Winter menatap telapak tangannya yang menggantung di udara, teringat bagaimana dia memukul wajah Snow dengan telapaknya yang besar itu. Pagi ini, ia sengaja menghindar dari Snow. Dia tidak ingin menyesali perbuatannya hanya karena melihat pipi Snow memar, atau meninggalkan bekas telapak tangan. Itu akan terlihat keji dan sedikit, pecundang.
Winter menarik sudut bibirnya kaku. Dia juga tidak pernah menyangka jika dia akan melayangkan pukulan kepada Snow. Dia hanya berniat menginterogasi gadis itu, tapi jawaban yang diberikan Snow atas pertanyaannya tidak memuaskan. Emosinya menggelegak naik sampai di ubun-ubun, dan, ya begitulah kronologi tangannya dengan begitu kurang ajar memukul seorang wanita.
Dinding kaca yang luas membentang itu disapa mentari, membuat wajah Winter terpapar bias tegas sang Surya.
“Apa aku harus meminta maaf, nanti? Sepertinya aku terlalu berlebihan.” gumamnya sembari memasukkan kedua telapak di saku celana bahan yang ia kenakan.
Pada detik selanjutnya, pintu ruangan tiba-tiba terbuka dan seketika menarik perhatian Winter. Sosok Amora muncul dengan wajah tak kalah cerah dari cahaya matahari pagi, membawa beberapa stopmap dengan warna berbeda.
“Selamat pagi, pak. Ada beberapa berkas yang membutuhkan tanda tangan anda.” sapanya formal, persis seperti bawahan kepada atasannya.
“Selamat pagi, Mora.” jawab Winter bertabur senyuman kelewat manis sembari berjalan menuju meja kerjanya.
...***...
Seperti rencana awal Snow, dia akan sering menggunakan gazebo rumah Winter sebagai tempat bekerja, atau sekedar melepas penat dengan membaca beberapa buku yang sudah ia letakkan didalam rak kaca.
Hari ini dia sama sekali tidak bisa berkonsentrasi untuk menggambar, pipinya sakit dan sedikit lebam serta kebiruan. Tamparan Winter semalam tidak main-main. Sialan memang, tapi Snow juga tidak membenarkan perbuatan yang ia lakukan, dia terkesan sedang menyelingkuhi suaminya dengan cara diam-diam bertemu mantan. Meskipun pada kenyataannya, mereka tidak ada hubungan lebih.
Snow mengambil satu buku favoritnya, menariknya dari barisan buku-buku lain yang juga tak kalah menarik—tapi buku itu tetap tidak bisa mengalahkan posisinya bagi Snow—untuk dibaca, lalu duduk di kursi kayu yang ada disana.
Membuka satu demi satu halaman, membacanya dengan lamat, hingga tanpa sadar jika senja sudah digeser sepenuhnya oleh malam. Snow terlalu asyik dan larut kedalam alur cerita dari buku karya JK. ROWLING itu. Dia pecinta dunia fantasi, apalagi karya penulis besar sekelas JK. ROWLING, Snow tak pernah mau melewatkan karya-karyanya.
“Apa kamu tidak peduli pada suamimu yang bahkan sedang kelaparan sepulang kerja?” suara Winter memecah keheningan dunia Snow. Gadis itu terlonjak hingga buku yang ia baca terjatuh menyentuh telapak kaki.
Namun, Snow tidak ingin menanggapi apapun. Dia hanya berjongkok singkat untuk memungut bukunya, lalu memasang pembatas pada halaman terakhir yang ia baca.
Biasanya, Winter akan menemukan gadis itu berkutat didapur, memasak makan malam untuk dirinya yang lelah dan penat atas pekerjaan dikantor selama seharian penuh. Perlu Winter akui, kemampuan masak Snow mulai ada kemajuan, rasanya tidak lagi aneh, atau terlalu asin.
Snow berdiri, mengembalikan buku bacaannya kedalam lemari kaca dan berniat masuk kedalam rumah untuk membuat sesuatu yang simple, yang bisa dimasak dengan cepat agar Winter tidak melewatkan makan malamnya.
“Mau kemana?” ketus Winter seraya melipat tangannya angkuh didepan dada, mematik maniknya untuk beradu dengan manik indah milik Snow White.
Menghela nafas kasar, Snow benar-benar tidak ingin berdebat dengan Winter hanya karena masalah makan malam. “Bukankah tadi kak Winter ingin aku memasak makan malam?” jawab Snow sekenanya, karena tidak ingin sedikitpun menyembunyikan kekesalan melalui nada bicara yang ia lontarkan. “ Aku buatkan.”
Snow mengambil langkah seribu, dia tidak menoleh, juga tidak berbalik sama sekali ketika sudah melewati Winter yang masih berdiri di bibir gazebo. Dan entah mengapa, Snow yang diam justru membuat Winter merasa uring-uringan. Gadis itu tidak cocok dengan wajah muram, Snow lebih cocok terlihat ceria seperti biasanya.
“Shi*t!!” umpat Winter diam-diam saat Snow sudah masuk kedalam rumah, lalu turut berjalan masuk.
Dari ruang tamu, ia bisa mencuri-curi kesempatan untuk melihat Snow yang sibuk di dapur. Senyuman kecil terbit di bibir tipis Winter, hingga pribadi itu kembali ingat tujuan utamanya menyapa Snow terlebih dahulu. Dia ingin meminta maaf tulus, lalu menyodorkan hadiah kecil yang sudah ia beli sepulang kerja tadi.
Sebuah gelang kaki.
Winter tidak tau, tiba-tiba benda itu yang terlintas didalam kepalanya saat mencoba membelikan hadiah untuk Snow sebagai simbol permintaan maafnya yang tulus.
Tiga puluh menit berlalu, Snow berjalan ke ruang tengah, dimana Winter berada dan menikmati acara televisi malam seperti biasanya.
“Hanya omelette yang bisa dimasak dengan cepat. Jika kak Winter ingin makanan yang lebih layak makan dan enak, aku sarankan pesan fast food atau pesan makanan lain melalui online saja.” ucap Snow sambil meletakkan sepiring penuh Omelette yang masih panas diatas meja bersama sekaleng soda dan satu botol air putih.
“Tidak. Aku makan itu saja.” sahut Winter cepat, membuat Snow yang mendengar jawaban tersebut hanya mengedik bahu, lalu berbalik badan hendak pergi. “Tunggu!” lanjut Winter, menggeser diri, menepuk sisi kosong sofa yang ada disampingnya.
Snow terpaku, hal ini tentu saja tidak biasa, bagaimana Winter mengundangnya untuk datang dan duduk disamping Winter, itu sangat mustahil.
“Duduk dulu, jangan melihatku seperti itu. Tatapanmu menakutkan, Snow, By The Way.” ucap Winter kikuk. Dia tidak terdengar seperti perayu 'kan, saat ini?
Ragu-ragu, tapi Snow tetap menuruti kemauan Winter dan duduk disana, tanpa berkata apapun. Dari jarak sedekat ini, dia bisa melihat jelas bagaimana pria yang semalam menampar wajahnya itu sedang menyendok dan memasukkan Omelette buatannya kedalam mulut. Terlihat tidak ada raut menyesal, dan Snow tau Winter akan selalu seperti itu. Pria itu keras kepala.
“Ambil itu.” titah Winter, menunjuk sebuah kotak biru berbentuk persegi diatas meja dengan dagu. Namun, karena tak mendapati Snow segera mengambil, Winter membuka mata lebar saat kembali bersinggungan dengan mata bulat milik Snow. “Ambil?!” ulangnya dengan nada jenaka, dan mulut penuh dengan Omelette, terkesan gugup. Kali ini menunjuk kotak itu dengan sendok yang ia pegang.
“Apa itu?” tanya Snow datar, tidak berharap apapun. Apalagi sampai menebak jika itu tulus dari hati Winter.
Lengan Snow bergerak lambat menghampiri kotak diatas meja, namun dalam waktu bersamaan, Winter yang bergerak gesit menyahut kotak tersebut. Meraih telapak tangan Snow dan meletakkan kotak berisi gelang kaki itu diatas telapak terbuka milik Snow.
Tak berniat memperpanjang percakapan, Winter sekali lagi menyendok omelette buatan Snow dengan ukuran cukup besar, lalu melahapnya. Berdiri dan berjalan melewati Snow yang masih terpaku diatas duduknya, Winter melanjutkan berbicara.
“Maaf atas sikapku semalam. Anggap saja itu sebagai permintaan maafku padamu.”
Snow mengerjap cepat. Ini benar-benar terasa seperti mimpi, ketika mendengar seorang Winter meminta maaf. Ia melihat kotak biru ditangannya, lalu beralih melirik penuh telisik ke arah Winter. Kemudian membuka penutup untuk segera tau isi kotak tersebut karena sejak tadi membuat Snow dirundung rasa penasaran.
Ada sekelebat perasaan lega menghinggapi hati Winter ketika melihat binar senang di wajah Snow. Satu ulas senyum terbit dibibirnya, tak kalah tulus dari ucapan yang juga tiba-tiba terlontar.
“Aku tulus. Maafkan aku, Snow.”[]
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Riska Wulandari
si gila Winter..
2023-05-03
2
Kaleena Bunga
Bener-bener rantai violence yah, habis ngelakuin kekerasan terus ngasih hadiah. Aku bukan mau judge author, cuma mau kasih tau aja ke reader lain, kl ada orang yg lakuin kekerasan dalam bentuk apapun itu, setelahnya dia minta maaf dan bawa hadiah, itu tanda-tanda yg ditunjukkan sama pelaku sendiri kalo dia bisa mengulangi kejadian itu kapanpun di masa depan, semoga bisa lebih hati-hati kalo ketemu orang tipe macam gini 👌
2023-03-08
3