“Aku nggak tau ya, kenapa semuanya pada betah menjomblo, kak Chaim, kak Linzy dan kak Tya, aku nggak pernah melihat mereka menggandeng pasangan mereka,” ucap Cello saat mereka semua berkumpul di rumah mama Dita.
“Ya karena kami belum mendapatkan pasangan yang tepat, tidak kayak kau yang suka gonta-ganti pasangan,” jawab Linzy membelah diri.
Cello dan Linzy, bagaikan Mama Dita dan ayah Rio, saat mereka bertemu selalu saja berdebat tidak ada yang mau kalah, ada saja yang mereka berdekatan, sedangkan Chaim orangnya sangat pendiam, seperti paman Davin, bicara seperlunya saja, dan di umur dua puluh lima tahun ini, Chaim masih sendiri, dia belum mempunyai kekasih.
“Bukan menunggu pasangan yang tepat, tapi memang tidak ada yang suka,” jawab Cello tertawa.
“Terserah kaulah, suka-suka kau, mau ngomong apa, yang intinya kami tidak kayak kau,” ucap Linzy dan langsung meninggalkan Cello di ruang tamu.
Linzy langsung langsung ke dapur bergabung dengan Tya yang lagi asik duduk menikmati segelas jus di meja makan.
“Kak Linzy juga mau?” tawar Tya pada Linzy.
“Boleh juga, kebetulan cuaca lagi panas, jadi butuh yang segar-segar,” jawab Linzy.
Mereka berdua lagi asik menikmati jus buatan Tya, tidak lama Chaim ikut bergabung dengan mereka, namun Chaim tidak minum jus malah membuat kopi, minuman favoritnya.
“Kak jangan terlalu banyak minum kopi, tidak bagus buat kesehatan,” tegur Linzy ke Chaim.
“Sekali doang dek, kakak lagi ngantuk ini,” jawab Chaim.
Tya hanya melihat ke arah yang lain saat mendengar jawaban kakak sepupunya itu, karena Tya paling tau, kalau kopi dan rokok tidak bisa lepas dari seorang Chaim.
“Cello ke mana?” tanya mama Dita.
“Tadi di ruang tamu, tapi sekarang nggak tau dia mana lagi,” jawab Linzy.
“Dia lagi keluar, tadi dia menerima telfon, dan langsung pamit ke papa mau keluar sebentar,” jawab papa Adit.
Cello memang jarang di rumah, dia lebih banyak menghabiskan waktunya di luar, bersama dengan kekasihnya, kadang membuat mama Dita marah kepadanya, karena lebih mementingkan kekasihnya dari pada keluarganya, weekend begini seharusnya menghabiskan waktu bersama dengan keluarga, karena hati lain di habiskan dengan kerja, namun Cello lebih memilih menghabiskan weekendnya dengan kekasih-kekasihnya.
“Mama nggak tua mau bilang apa lagi, agar anak itu berubah, mulut mama ini sampai berbusa pun dia tidak akan mendengar,” omel mama Dita.
“Ada apa lagi mbak, mengomel terus,” tegur Dea tiba-tiba muncul di dapur.
“Biasa, ulah si ponakan gantengnya bunda,” jawab Tya.
Dea hanya menarik nafas panjangnya, dia juga sudah kehabisan cara untuk menghadapi Cello, Dea juga sering menasehatinya namun percuma saja, Cello tidak akan berubah kalau soal wanita.
Anggi yang sudah berada di sebuah mall, dia lagi menunggu kedatangan Cello, karena mereka sudah janjian akan bertemu di mall tersebut.
“Lama banget sih, aku udah dari tadi di sini,” ucap Anggi satu Cello baru tiba.
“Maaf, tadi di jalan sedikit macet, senyum dong biar cantiknya tidak hilang,” ucap Cello menggoda Anggi yang sudah mulai kesal.
Anggi langsung tersenyum kepada Cello, mereka langsung menuju bioskop untuk menonton, sebenarnya Cello sangat malas namanya nonton namun demi Anggi akhirnya dia menurut saja, dari pada wanita di sampingnya itu kesal atau marah-marah kembali, lebih baik menuruti saja kemauannya.
Cello yang kembali berfikir tentang Anggi, yang bersikap seenaknya, membuat dirinya ingin menghindar dari Anggi, karena Cello tidak suka dengan wanita yang terlalu banyak mengatur.
Sehabis menonton, mereka tidak langsung pulang, Anggi masih meminta untuk berkeliling mall, menemani dirinya untuk berbelanja, sehabis berbelanja mereka menyempatkan diri untuk makan di sebuah cafe yang ada di mall.
“Habis ini kita pulang ya,” ucap Cello.
“Kok cepat banget pulangnya, aku masih ingin jalan-jalan bersama kamu, mumpung kamu tidak kerja,” rengek Anggi.
“Nggak bisa Anggi, soalnya aku lagi di tunggu di rumah, keluarga aku semuanya lagi berkumpul di rumah,” jawab Cello.
Anggi langsung membuang muka karena tidak suka dengan jawaban Cello, makannya belum habis Anggi langsung berdiri meninggalkan Cello yang lagi makan, tanpa mengucap sepatah kata pun, Cello hanya geleng-geleng kepala sambil menghabiskan makanannya, Anggi sudah duluan pulang, ini yang kedua kalinya Anggi bersikap seenaknya kepada Cello, mungkin ini karma buat Cello karena selama ini dia yang bersikap seenaknya kepada wanita.
“Kamu dari mana?”tanya mama Dita kepada Cello.
“Pulang jalan ma, sama teman,” jawab Cello kepada mamanya.
“Kamu lebih mementingkan teman dari pada keluarga kamu? kamu tau tadi semuanya pada berkumpul di sini, hanya kamu yang tidak ada, mama kecewa sama kamu,” ucap mama Dita dan langsung meninggalkan kamar Cello.
Cello hanya duduk sambil memijit keningnya yang sedikit pusing, saat dirinya ingin merubah sikap playboy nya, namun sikap Anggi yang seenaknya membuat dirinya ingin meninggalkan Anggi.
Sambil berbaring dirinya mengingat Ema, wanita yang dia sudah lupakan karena kehadiran Anggi, tanpa malu, Cello langsung menghubungi nomor Ema, namun Ema tidak mengangkatnya, berapa kali Cello menghubungi namun tetap sama, dia mengirim pesan tetapi tidak ada balasan dari Ema.
“Dari mana? kok akhir-akhir ini kamu jarang di rumah?” tanya mami Sesil.
“Aku lagi jalan-jalan bersama teman mi, dia orangnya baik, tapi kadang bikin aku kesal, karena setiap di ajak jalan selalu ingin cepat pulang dengan alasan di rumahnya ada oma dan opanya lah, atau apalah,” jawab Anggi.
“Siapa sih laki-laki itu yang berhasil membuat anak papi tidak betah di rumah?” tanya Rian kepada Anggi.
“Ada deh, tapi pekerjaannya bagus, dia wakil CEO di kantornya,” jawab Anggi bangga.
“Bagus dong, hebat dia masih muda tapi sudah mencapai posisi itu,” jawab Rian kembali.
“Aduh mami penasaran deh, siapa namanya kalau mami boleh tau?” lanjut Sesil.
“Namanya Cello Mahesa, di Cello” jawab Anggi.
Sesil langsung kaget, mendengar kata Mahesa, tidak mungkin dia mau jadi besan Adit, laki-laki yang pernah dia khianati.
“Mami tidak setuju, mami minta kamu tinggalkan dia,” jawab Sesil dengan nada gemetar.
Anggi yang mendengar penolakan dari sang mami sangat kaget, karena baru kali ini mami nya menentang dirinya, selama ini mami nya selalu mendukung apa yang ia lakukan, begitu juga dengan hubungannya dengan mantan-mantanya yang dahulu.
“Mami kenapa? dia baik kok mi, tidak pernah macam-macam ke aku, dia sangat sopan ke aku,” jawab Anggi dengan nada tinggi.
“Kalau mami bilang tidak ya tidak, lebih baik kamu kembali ke Australia dari pada di sini berhubungan dengan laki-laki itu,” ucap Sesil tidak mau kalah.
Anggi langsung berlari naik ke kamarnya, sedangkan Sesil hanya duduk di samping suaminya, Rian sangat tau apa yang di rasakan istri dan anaknya namun ia menunggu semuanya tenang baru ia bicara, karena bicara dengan orang yang lagi emosi percuma saja karena mereka tidak akan dengar.
🌷🌷🌷🌷
Jangan lupa like dan komentarnya ya kak, terimakasih🙏🙏🙏
Bersambung🌷🌷🌷
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
Nona_Ariesta
lanjut kak
2021-10-12
0
Nova Herlinda
Owww mamanya anggi wanita jalang ya.... mantan pacar papanya ello... duchhh jgn lah.... pasti anak ame mak gak jauh beda lah... sama sama jalang Dan tkg selingkuhh
2021-10-10
2
Tasya Aulia
lanjut
2021-10-09
0