Bab 9

Dua tahun kepergian Arman, Ema kembali mendapatkan kabar buruk, karena mamanya kini mau menikah kembali, hati Ema sangat hancur mendengar berita, dia sudah kehilangan seorang papa dan di tambah lagi mamanya akan menikah dan akan tinggal di luar kota bersama suaminya kelak.

"Om juga ingin kamu tinggal bersama dengan kami, kalau Ema bersedia" ucap Om Bram calon suami mamanya.

"Maaf om, aku akan tetap di sini, karena kerjaan aku juga di sini" jawab Ema menolaknya.

Ayu dan Bram, tidak bisa memaksa Ema untuk ikut bersama mereka, walaupun hati ayu berat meninggalkan Ema sendirian tetapi mau gimana lagi, kalau dirinya masih di berikan jodoh.

"Kapan mama dan om akan menikah?" tanya Ema dengan nada pelan.

"Mungkin dia minggu lagi, kami akan menikah di kampung nenek" jawab Mama nya, kampung orang tua Ayu.

Ema hanya terdiam tanpa bicara, kini dirinya tinggal sendiri di jakarta, tetapi dia yakin dia bisa melewatinya semua itu, dirinya sudah bertekat ingin tinggal di jakarta dengan papanya, dia yakin bisa melewati semuanya.

"Aku akan hadir nanti di acara pernikahan mama dan om" ucap Ema kepada mereka.

Mama Ayu bahagia mendengar ucapan Ema, dirinya sempat mengkhawatirkan hal itu, tetapi ternyata Ema bersedia untuk hadir.

"Kapan mama berangkat ke sana?" tanya Ema kembali.

"Besok sayang, karena masih banyak yang mama mau urus sayang" jawab Ayu.

Ema hanya mengangguk, dia tidak tau mau bilang apa lagi, hanya bisa berharap mamanya bahagia dengan pernikahan keduanya ini, dan om Bram bisa membahagiakan mamanya.

Tidak lama Ema pamit untuk ke butiknya, karena sedari tadi handphonenya berdering, ada yang ingin bertemu dirinya di butik.

"Ma... om... Ema pamit dulu nya, soalnya ada yang ingin bertemu dengan Ema" pamit Ema kepada mama Ayu dan om Bram.

"Ia hati-hati di jalan ya nak" ucap mama Ayu kepadanya.

Ema hanya menganggukkan kepalanya dan langsung menuju mobil dan segera ke butiknya, Ayu yang melihat anaknya pergi sedikit merasa bersalah.

"Udahlah Ayu, aku percaya Putrimu anak yang baik, suatu saat nanti dia akan mendapatkan laki-laki yang baik juga" ucap Bram mengelus pundak Ayu.

Ayu hanya tersenyum menatap Bram dengan mata berkaca-kaca, “Apa aku terlalu egois?” tanya Ayu dengan suara pelan.

"Kamu tidak Egois, hanya saja Ema belum siap segalanya, apa lagi papanya pergi meninggalkan dia dengan cara tiba-tiba" ucap Bram.

"Dia sangat manja kepada Arman, ada masalah sedikit pasti larinya ke Arman, terkadang aku cemburu, aku yang melahirkan dia tetapi dia malah dekat dengan papanya" jawab Ayu dengan air mata yang tidak bisa ia bendungan, mengingat kedekatan Arman dan anaknya Ema.

Bram bisa merasakan apa yang di katakan oleh Ayu, karena dia juga dulu sangat dekat dengan anak gadisnya, tetapi karena bercerai dengan istrinya, akhirnya anak gadisnya di bawa pergi oleh mantan istrinya, dan kehilangan kontak sampai sekarang.

"Aku juga pernah merasakan hal itu, karena anak gadis kita pasti dekat dengan papanya, tapi aku malah kehilangan jejak sampai sekarang, mungkin anak aku sudah sebesar Ema sekarang" cerita Bram.

"Kok kita malah curhat-curhatan begini sih" jawab Ayu sambil tertawa dan mengusap air matanya.

Sedangkan Ema sudah tiba di butiknya, dan betul saja customer sudah menunggunya.

"maaf, sudah menunggu lama" ucap Ema minta maaf.

"Tidak apa-apa mbak Ema, kami juga belum lama kok."

Ema langsung duduk dan mulai mengobrol dengan customernya, apa dan bagaimana kemauan mereka, setelah sering dengan customernya, Ema langsung mengerti apa yang mereka inginkan, Ema sangat senang dengan customernya ini karena tidak terlalu banyak neko-nekonya.

💕💕💕

Jangan lupa di like dan komentar ya kak😘 terimakasih🙏 🤗😘

💕💕💕bersambung 💕💕💕

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***