Bab 12

Rencana Cello ingin mengajak Ema makan siang bersama hari ini gagal, karena dia harus menghadiri meeting dengan papa Adit, sekalian makan siang bersama.

Handphone Cello tidak berhenti bergetar di dalam saku celananya, Cello hanya mengecek siapa yang menghubungi dirinya, ternyata Erni bergantian dengan Windi, mereka berdua ingin mengajak Cello makan siang bersama, Windi sudah di lobby kantor menunggu Cello.

“Mbak, nunggu siapa?” tanya seorang security kepada Windi.

“Aku nunggu Cello,” jawab windi cuek.

“Oh maaf mbak, pak Cellonya lagi keluar meeting,” jawab pak security dengan sopan.

Windi langsung meninggalkan lobby dengan muka tidak sukanya kepada pak security.

“Sombong banget, nggak cocok menjadi anak menantu pak Adit dan juga ibu Dita,” ucap pak security kepada rekannya yang lain.

Security yang lainnya hanya tertawa mendengar ucapan rekan kerjanya, sedangkan Windi hanya menoleh menatap security dengan tatapan tidak sukanya, tidak lama Cello akhirnya tiba di kantornya, bersama dengan papa Adit dan juga Tya.

Erni melihatnya dari jauh, sangat bahagia dengan pedenya langsung mendekati Cello, “beb ayo kita makan siang bareng, aku belum makan siang,” ucap Erni dengan manja.

Papa Adit hanya menatap Cello sedangkan Tya menatap Erni dengan tatapan tajamnya, “Cello ayo keruangan, ada yang harus kau selesaikan,” ucap Tya dengan nada membentak, papa Adit hanya tersenyum mendengar Tya membentak adiknya.

Erni menjadi ciut di depan Tya, jangankan dirinya Cello saja tidak berani melawan Tya, tanpa menjawab apapun Cello langsung masuk ke dalam lift di susul oleh Tya, sedangkan Erni hanya berdiri bagaikan patung.

Beberapa rekan kerja Erni tersenyum mengejek kepada Erni, karena awal pacaran dengan Cello, Erni sangat sombong kepada rekan kerjanya, apa lagi dia dengar selama ini tidak ada yang pernah berpacaran dengan Cello, baru dirinya lah yang berpacaran dengan anak atasannya itu.

Bukannya tidak ada yang di sukai oleh Cello namun semuanya tau dengan sifat playboy yang ada pada diri Cello, mereka kadang hanya tersenyum saat mendapatkan gombalan receh dari Cello, mereka tidak pernah menanggapi dengan serius.

“Aku tidak suka di depan karyawan pacar kau bersikap seperti itu, kayak pasangan murahan saja,” ucap Tya sedikit marah kepada Cello.

Cello hanya diam seribu bahasa, dia tidak berani melawan Tya, karena apa yang di katakan Tya benar adanya.

“Mada... tolong panggilkan Erni bagian pemasaran, suruh menghadap ke saya,” ucap Tya kepada Mada.

“Kak jangan marahin anak orang, lebih baik kakak marahin aku saja,” ucap Cello memohon kepada Tya.

Namun Tya tidak peduli, dia tetap dengan pendiriannya, sedangkan Mada sudah tiba di ruangan bagian pemasaran, “permisi bisa bertemu dengan Erni?” tanya Mada pada manajer pemasaran.

“Ada apa dengan Erni mbak?”

“Di suruh menghadap ibu Tya,” jawab Mada dengan sopan.

Erni yang mendengar dirinya di panggil oleh ibu Tya, sedikit was-was, karena baru kali ini dia di panggil oleh ibu Tya, apa lagi Erni mendengar dari rekan-rekan satu ruangan dengannya kalau ibu Tya itu sangat tegas.

“Selamat siang, ibu memanggil saya?” tanya Erni sedikit gugup, sedangkan Cello hanya melihat ke tempat lain.

“Ia silakan duduk,” ucap Tya mempersilahkan Erni untuk duduk.

Erni langsung duduk di sofa, di susul oleh Tya, “maaf sudah mengganggu jam kerja kamu, tapi saya di sini mau tegaskan bahwa tolong jangan sikap bedakan di kantor dan di tempat lainnya, saya tidak suka dengan gaya kamu tadi di lobby, apa kamu tidak menghargai pak CEO kita?” ucap Tya menatap Erni.

“Kalau masalah pribadi saya tidak ikut campur, tapi ini kantor dan di sana banyak karyawan lain, melihat kamu datang memelukmu Cello begitu saja, apa kamu tidak malu?” lanjut Tya

“Maafkan saya buk, saya janji tidak akan mengulanginya lagi,” jawab Erni menundukkan kepalanya.

Cello hanya berpura-pura fokus menatap layar laptop namun telinganya mendengar, sebenar Cello juga sangat kaget karena tiba-tiba Erni datang memeluknya dan mengajaknya makan siang bersama, apa lagi Erni memeluknya di lobby dan depan papa Adit.

“Aku pegang kata-kata kamu, silakan kembali ke ruangan kamu, tapi ingat jangan pernah melakukan itu lagi,” ucap Tya kepada Erni.

Erni langsung pamit meninggalkan ruangan Tya dan Cello, dia sedikit kecewa karena Cello tidak melihatnya, malah asik dengan pekerjaannya sendiri, Dia juga tidak suka dengan Tya karena sok menasehati dirinya, padahal pak CEO mereka tidak menanggapi apapun, seandainya pak Adit keberatan pasti dirinya sudah panggil ke ruangan pak Adit.

Erni yang sudah keluar dari ruangan Tya, sambil mengomel, dan itu tidak luput dari pantauan Mada.

“kenapa mbak, kok mengomel?” tanya Mada kepada Erni.

Namun Erni tidak menjawabnya, dia langsung menuju lift dan kembali ke ruangannya, sedangkan di dalam ruangan Cello, Tya kembali menasehati adik sepupunya itu.

“Ia kak, aku jani akan meninggalkan Erni,” jawab Cello.

“Bukan begitu dek maksudnya, aku cuma ingin dia juga tau sopan dan tata krama, gimana kalau ada tamu dan dia begitu, nyelonong memeluk kamu, apa namun tidak malu?” tanya Tya kembali.

Betul-betul hari ini Tya di uji dengan sikap Erni yang keterlaluan menurutnya, karena ini adalah kantor, bukan tempat rekreasi, sedangkan Erni marasa tidak suka dengan Tya, dirinya langsung menceritakan ke tidak sukanya pada Tya, membuat rekan kerjanya sedikit heran dengan sikap Erni.

“Tapi ibu Tya itu baik loh, nggak mungkin dia negur kamu, kalau dia tidak merasa keterlaluan, apa lagi tadi kamu meluk pak Cello di lobby,” ucap Milan rekan Erni.

“Wajar dong, karena pak Cello itu pacar aku, bilang aja kalian pada iri karena dia pacaran dengan aku,” jawab Erni tidak mau di salahkan.

“Bukan begitu say, tapi ya susah mau jelasin dengan orang yang lagi bucin,” ucap Milan.

Milan merasa rugi kalau menasehati Erni, karena kita mau ngomong apa saja, pasti bagi dia salah, dan apa yang dia lakukan itu menurut dia benar, jadi percuma berbicara dengannya.

Jam pulang kerja sudah tiba, Tya dan Cello sudah bersiap-siap mau pulang, kali ini mereka pulang bareng, karena Tya tidak bawah kendaraan, dan itu sudah biasa bagi mereka, apa lagi rumah Cello dan Tya berdampingan, mereka berdua meninggalkan ruangan dan menuju ruangan papa Adit.

“Pa..., ayo kita pulang?” ajak Cello pada papa Adit.

“Ayo, papa juga udah lelah,” jawab papa Adit.

Mereka akhirnya meninggalkan ruangan papa Adit, mereka bertiga langsung segera menuju lift untuk pulang, di lobby Cello bertemu kembali dengan Erni, namun seperti biasa Cello selalu cuek, apa lagi ia sudah mendapatkan teguran dari Tya.

💕💕💕

jangan lupa tinggalkan jejak, lewat like dan komentarnya ya kak🙏😘🤗

Bersambung 💕💕

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!