Edgar mengantar Salsa dan Davin pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Edgar bertemu dengan kedua orang tua Salsa.
"Selamat sore om."
"Sore," jawab pak Romi dengan nada sedikit menekan.
Pandnagan pak Romi tertuju pada Salsa dan Davin. Ia menatap tajam ke arah kedua anaknya.
"Kalian masuk!"
Salsa pun melirik ke arah Edgar. Edgar hanya membalas dengan anggukan dan tersenyum. Setelah itu Salsa menggendong Davin membawanya masuk ke dalam rumah.
"Maaf, jika sudah tidak ada kepentingan sebaiknya kamu segera pulang," sahut pak Romi dengan nada mengusir.
Edgar yang menyadari bahwa pak Romi tidak menyukainya. Ia memilih untuk pergi dari sana.
"Kalau begitu saya pamit dulu om."
Edgar menundukkan kepala lalu mencium punggung tangan pak Romi. Namun pak Romi menanggapinya dengan cuek, seperti orang yang sedang malas berkomunikasi.
Edgar pulang dengan membawa dua perasaan sekaligus antara perasaan bahagia karena Salsa menerima cintanya dan perasaan kecewa saat melihat sikap pak Romi.
Edgar kembali melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Saat ini, ia benar-benar sedang merasakan gelisah di hatinya.
***
Sampai di kediaman rumah Edgar Atmaja
Senja sudah mulai menyelimuti langit. Matahari sudah terbenam menghilang dari bumi. Mobil Edgar kini telah sampai di rumahnya.
Edgar berjalan memasuki rumah tanpa menoleh pada ibu dan ayahnya. Ia menaiki tangga dengan cepat menuju kamarnya.
"Bunda, kenapa anakmu?" tanya pak Erwan.
"Tidak tahu yah,tapi sepertinya dia sedang ada masalah. Nanti coba bunda tanya."
Bunda Elia menuju kamar Edgar.
Tok tok tok
"Edgar ini bunda, buka pintunya!"
"Ada apa si bun?" tanya Edgar, membukakan pintu.
"Kamu kenapa nakn kalau ada masalah cerita sama bunda."
"Aku baru mengatakan perasaan pada seorang wanita bun, tapi sepertinya orang tua dia tidak menyukaiku," keluh Edgar.
Tiba-tiba pak Erwan masuk.
"Oh jadi, ceritanya anak ayah sedang galau?"
"Ih ayah apa sih."
"Nih ya, tidak apa-apa tidak jadi masalah jika orang tuanya tidak menyukaimu. Tapi yang terpenting kan, wanita itu mencintaimu. Itu tantangan untukmu. Jika kamu benar-benar serius mencintainya maka perjuangkan dan buktikan. Ayah juga dulu begitu ya bun? " kata pak Erwan mengedipkan mata pada bunda Elia.
"Ih ayah ..." kalimatnya terjeda, bunda Elia tersipu malu lalu mencubit pinggang suaminya.
Bunda Elia tersenyum lalu berkata, "Apa yang dikatakan sama ayah kamu itu benar. Semangat nak, perjuangkan cintanya sayang. Kan, anak bunda tampan, siapa sih yang gak mau sama anak bunda," sahut bunda Elia tersenyum.
"Ayah sama bunda benar, aku harus memperjuangkn cintaku," sahut Edgar bersemangat.
"Nah begitu, itu baru anak ayah sama bunda," sahut pak Erwan.
Setelah berbincang dengan ayah dan bunda, Edgar beranjak mandi.
Kenapa ya aku jadi kepikiran terus sama Salsa, dia sekarang lagi apa ya, moment terindah saat bersamanya,tapi gara-gara adiknya Salsa jadi berantakan padahal baru sebentar.
Selesai mandi,Edgar menggunakan baju dan celana pendek. Ia merasa rindu Salsa dan berniat untuk meneleponnya.
***
Seketika Salsa sedang membaca novel, hp nya berdering dan dilihat ada pangilan masuk dari sayang.
"Hallo,"
"Selamat malam sayang, aku ganggu gak?"
"Malam juga sayang, gak ganggu kok, ada apa sayang?"
"Aku rindu sama kamu, besok main yu ke hotel. kamu mau kan?"
"Boleh sayang, besok jemput aku ya!"
"Siap bu bos, sampai bertemu besok sayang,"
"Iya bawel ...."
Telepon pun dimatikan, Edgar dan Salsa benar-benar sedang falling in love.
Aku jadi tidak sabar menunggu esok hari, semoga selalu tergariskan kebahagiaan tanpa saling menyakiti.
***
Terlelap dalam tidur panjang dan penuh harapan ingin bertemu esok hari. Lima belas menit kemudian, ada yang mengetuk pintu kamar.
Tok tok tok
"Iiissstt, siapa si malam-malam gini."
"Kak, buka pintu ini Davin!"
Salsa pun beranjak dari ranjangnya hendak membukakan pintu.
"Ada apa sih malam-malam kamu ke sini?"sahut Salsa kesal.
"Besok kakak ketemu lagi gak sama om Edgar?"
"Iya, memang kenapa?" Salsa memelas.
"Aku mau ikut, mau minta dibeliin es krim lagi," sahut Davin menatap penuh permohonan.
"Tidak boleh, kamu ini masih kecil mainnya harus sama anak kecil lagi jangan sama orang dewasa, Udah ah kakak ngantuk mau tidur!"
Langsung saja Salsa menutup pintu membiarkan Davin. Terdengar suara teriakan menangis tetapi tidak dihiraukan oleh Salsa. Ia melanjutkan mimpi indahnya, tak sabar menunggu esok hari tiba.
Salsa kembali merebahkan tubuhnya. Saat memejamkan mata berulang-ulang akhirnya dia tidak bisa tidur juga.
Hingga lima jam berlalu dirinya masih dengan mata terus melotot tanpa terpejam. Padahal saat ini ia cukup lelah. Tidak ada kerjaan, Ia meraih sebuah buku novel lalu membacanya.
Namun tak kunjung mengantuk juga ia mendengus kesal bisa-bisa besok kesiangan.
Jarum jam terus berputar menghitung detik, menit yang telah berlalu. Malampun semakin larut.
Tepat jam dua belas malam, ia terbangun saat membuka mata melihat ke arah jendela, nampak bayang-bayang dari luar sana. Seketika perasaannya mulai tidak tenang.
Salsa kembali memejamkan matanya tanpa menoleh ke arah jendela itu. Ia menarik selimut sampai menutupi kepalanya. Ia benar-benar sangat takut.
Siapapun tolong selamatkan aku! gumamnya.
Ceklek ....
Mulai terdengar suara pintu terbuka lalu berdecit. Semilir angin yang menembus sela-sela jendela membuat dirinya merinding.
Salsa benar-benar sangat ketakutan, ditambah saat ini tepatnya jam dua belas malam.
Suara langkah kaki kian mendekat ke arahnya. Salsa semakin ketakutan, ia menangis benar-benar sangat takut.
"Ssssttt ... Saaa ...." suara bisikin kian membuat tubuhnya bergetar hebat, ia sampai terpejam di bawah selimut.
Padahal saat itu bu Meila menghampiri Salsa untuk melihat putri kesayangannya. Namun bu Meila mengira Salsa sudah tertidur pulas lalu ia kembali berlalu keluar dari kamar Salsa dan menutup pintu.
Salsa bukan terpejam karena tidur tapi karena rasa takutnya yang berlebihan, ia pingsan seketika.
Saat tengah malam juga ponselnya kembali berdering. Nomor asing yang tidak tahu siapa pemiliknya.
Pintu kamar itu kembali terbuka, seorang anak kecil menghampiri Salsa yang tengah pingsan di bawah selimut.
Ya, dia Davin, anak itu juga melihat bayangan di balik jendela kaca. Meski masih kecil tapi dia bisa membedakan mana manusia atau bukan. Davin sering berbicara sendiri, padahal di sana tidak ada orang sama sekali.
Dia berbeda dengan anak lainnya, maka dari itu pak Romi selalu membatasi Davin keluar rumah. Jika pak Romi melihat Davin keluar rumah tanpa sepengetahuannya, ia akan marah pada siapapun yang mengantar Davin pulang.
Davin naik ke atas tempat tidur Salsa, ia tidur di sebelah Salsa sambil memeluk kakaknya dengan erat. Semenjak kejadian itu, Davin sering merengek ingin tidur di temani oleh siapapun yang terpenting ia tidak sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Lhop Lhop
anak cerdas daviiin
2020-07-26
1
Yosi Mamanya AsKz
kok jd serem ya
2020-06-16
1
Xiena Lin
gw kebacanya Covid bukan Davin😂😂
2020-06-06
2