Setelah pertemuan dengan Edgar, kini hati Salsa dilanda kebingungan. Entah sekarang ia harus bagaimana, kepalanya sudah terasa sangat pening memikirkan harus menjawab apa.
Ia tak hentinya memikirkan Edgar menerima atau menolaknya?
Akan tetapi karena waktu itu ia sudah berjanji pada hati dan dirinya maka sekarang ia sudah menemukan jawaban yang tepat.
Ia berharap semoga kali ini, ia tidak akan pernah menyesal dalam mengambil sebuah keputusan.
***
Berbeda dengan Hazrina dan Mega yang menghabiskan liburannya berjalan-jalan mengunjungi wisata di kota pada malam hari. Mereka berdua sudah membuat janji liburannya akan bersama.
"Hazrin, kita liburan ke Monumen Nasional yuk!"
"Daripada ke sana lebih baik ke Korea saja, nanti di sana kita bisa ketemu oppa tampan. Aku mau mencubit pipinya terus minta tanda tangan dan mau joget bareng juga," sahut Hazrina sangat antusias dalam halusinasinya.
"Kamu ini apa-apa Korea, tidak ada yang lain apa selain Korea?"
"Dipikiran aku tuh cuma oppa tampan, tidak ada yang lain. Aahh ... pokoknya aku ingin ke Korea."
"Memang kamu punya uang buat ke sana?" ledek Mega.
"Tidak punya sih," jawab Hazrina cemberut.
"Haha ... terus jika tidak punya uang kamu mau naik apa ke sana? naik odong-odong. Memang kamu gak takut sama corona? disana kan, ada corona."
"Iihh ... Mega, kamu menjengkelkan sekali. tahu aahh ... Aku tidak takut sama corona karena hidup dan mati sudah ada garisnya masing-masing. Akan tetapi kita juga harus tetap ikhtiar, ya kan?" ucap Hazrina seakan-akan berceramah.
"Eh ... apa ini sebuah kebetulan, temanku ini mendadak menjadi bijak," ledek Mega.
Sepanjang jalan mereka asyik mengobrol di mobil hingga beberapa jam berlalu akhirnya tiba juga di Monumen Nasional.
Terlihat sekali di sana tampak begitu sepi. Hazrina dan Mega menjadi takut keluar dari mobil. Mungkin karena sedang maraknya Covid-19 maka suasana di kota jadi lengang dan sepi.
Akhirnya mereka berdua memutuskan untuk kembali pulang mengingat covid-19 membuat mereka mengurungkan keinginannya untuk berwisata. Namun tetap saja pada akhirnya wisata di rumah juga menghabiskan waktu di dalam kamar.
***
Berbeda dengan Salsa liburannya disempatkan dengan tumpukan buku-buku novel kesukaannya. Stok cemilan di kamarnya pun sudah tersedia.
Pesan masuk di "Grup Trio Centil"
Hazrina: Hei, kalian sedang apa sih?
Mega: Apa sih kamu, baru saja bertemu tadi sudah berisik di grup. Kamu masih rindu sama aku?
Salsa: Eh ... bagaimana liburan kalian, apakah seru?
Hazrina: Apanya yang seru, malahan aku gagal wisata.
Mega: Hazrina yang bikin gagal wisata, masa di mobil membahas oppa, oppa, oppa terus. Sekalian saja tuh makan oppa!
Salsa: Kalian ini ya, selalu saja ribut.
Hazrina : Apa sih kamu Mega daripada kamu pergi liburan ke Monumen Nasional, mana sepi gara-gara corona. Liburan tidak jadi akhirnya sudah jauh-jauh balik lagi.
Mega: Begitu saja marah, dasar oppa.
Salsa : Sudah ih grup jadi rame sama kalian berdua saja. Ya sudah kalau begitu aku mau of dulu ya lanjut baca novel.
Bete juga ya di rumah. Gumam Salsa dalam hatinya.
Tiba-tiba ponsel Salsa berdering ternyata Edgar menelpon.
"Hallo, selamat malam tembem. Meski sekarang sudah agak tirusan ya itu pipinya."
"Hallo juga, apa sih kamu ih," jawab Salsa yang tiba-tiba pipinya merah merona.
"Lagi apa? hem, apa aku tidak mengganggumu?"
"Tidak kok, aku lagi baca novel, kamu ada apa nelepon aku?"
"Ya, aku rindu, memang kamu tidak rindu padaku? hehe ..."
"Ih apa sih Ed."
"Jangan lupa besok aku tunggu di taman."
"Oh iya, aku pasti datang kok."
"Ok, jangan lupa. Ya sudah kamu cepat tidur ini sudah hampir larut malam!"
"Iya, kalau begitu aku tidur dulu ya. Selamat malam."
"Malam pun."
Tut ... tut....
Sambungan telepon seketika dimatikan. Salsa tidak sabar menunggu esok hari tiba. Ia sudah siap akan jawaban dan keputusannya. Semoga kali ini berhasil dan tidak mengecewakan.
Salsa membuka konten youtube yang menampilkan sebuah video tutorial make up. Salsa tidak pernah memakai make up berlebihan.
Ia menonton sambil mencari video lain. Lima menit kemudian nampak sebuah panggilan masuk dari nomor asing. Salsa kira itu Edgar sedang menjahili dirinya namun dugaannya salah.
Saat di angkat terdengar suara orang asing. Salsa ketakutan, ia langsung mematikan telepon nya. Namun, ponsel itu terus berdering. Salsa dengan ragu dan was-was mengangkat teleponnya.
"Hallo, hahaha ..."
"Maaf, anda siapa?"
"Gadis manis, anda tidak perlu tahu siapa saya tetapi yang jelas saya menyukaimu."
Salsa mendecih lalu berkata, "Anda siapa? ada urusan apa menelepon saya?"
"Aku menginginkan tubuhmu. Jadi, cepatlah bersiap-siap karena beberapa bulan ke depan kamu akan menjadi milikku."
"AKU TIDAK MAU DENGANMU, DASAR PRIA ANEH," teriaknya.
Salsa mematikan sambungan telepon itu, melempar ponselnya ke samping tubuhnya.
Siapa pria itu?
Mengapa dia menginginkan tubuhku?
Apa maksudnya?
Salsa saat ini benar-benar kebingungan ditambah lagi dengan perasaan cemas dan takut.
Apa aku cerita saja sama bapak tapi sepertinya jangan dulu. Apa cerita sama Edgar saja ya? gumamnya dalam hati.
Salsa sampai merencanakan akan mengganti nomor ponsel. Ia takut sewaktu-waktu pria itu meneleponnya kembali. Ia menjadi kepikiran dan merasa takut jika pulang sendirian.
Tok ... tok ... tok ...
Salsa tersadar dari lamunannya saat suara pintu mengejutkannya. Nampak bu Meila datang menghampirinya membawakan Salsa segelas susu murni.
"Kamu belum tidur nak?" tanya bu Meila menatap bingung pada anaknya.
"Be-belum bu, belum ngantuk," jawabnya gugup.
Bu Meila menghampiri Salsa dan duduk di sisi ranjang. Ia mengusap rambut panjang Salsa yang terurai.
"Kenapa nak, apa ada masalah?"
Salsa menggelengkan kepala dengan cepat.
"Tidak kok bu, Salsa cuma cape, butuh istirahat."
"Ya sudah, kalau begitu cepatlah tidur. Kamu harus jaga kesehatan ya nak, sebelum tidur minum dulu susu."
"Baiklah bu, terimakasih."
Bu Meila mengecup kening Salsa, ia masih memperlakukan Salsa seperti putri kecilnya yang selalu meminta untuk dibacakan sebuah dongeng sebelum tidur. Namun bedanya sekarang Salsa sudah tidak meminta itu lagi sehingga menyadarkan bu Meila bahwa putri kecilnya saat ini sudah beranjak dewasa.
Bu Meila keluar dari kamar Salsa dan kembali menutup pintu kamar itu. Salsa masih memikirkan yang tadi menelepon dirinya. Ia mencoba menenangkan diri.
Seperti yang diucapkan oleh ibunya, kini Salsa meraih segelas susu lalu meneguknya sampai habis. Setelah itu, ia mulai merebahkan tubuh lalu menarik sebuah selimut sampai menutupi setengah lehernya.
Dua pikiran yang berbeda berpadu menjadi satu. Salsa berharap dirinya akan baik-baik saja hingga akhirnya ia terlelap dalam tidur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Okky Widiastuti
salsa anak yg cerdas, but why dia ga masuk peringkat sama sekali..
apakah persaingan di sekolah ny begitu hebat??
dia berasal dr keluarga yg amat sederha, tp fasilitas ny oke punya..
mungkin kita beda sudut pandang ya thor 😁😁
2021-01-15
1
Lhop Lhop
bngung aluurny
2020-07-26
1
Ummu Sakha Khalifatul Ulum
agak tegang thorr bacanya, soalnya ada penelepon misterius 😂
up thorr.....
2020-06-04
1