Pertemuan Terindah

Pagi yang cerah, sinar fajar mulai menyinari jendela kamar Salsa. Saat itu juga Salsa terbangun dari tidurnya atau mungkin dari pingsannnya.

Saat Salsa membuka mata sekilas ia melihat tangan mungil berada di atas perutnya. Salsa jadi teringat kejadian semalam sebelum ia benar-benar tidak sadarkan diri.

Salsa berteriak, " Aaaaaaa ...."

Bu Meila yang sedang memaksa untuk sarapan seketika terkejut mendengar teriakan Salsa. Ia mematikan kompor lalu berlari menuju kamar Salsa. Begitu pun pak Romi tidak kalah paniknya.

Salsa dengan jantung yang berdegub kencang menutupi seluruh tubuh hingga wajahnya dengan menggunakan selimut.

Di luar sana terdengar suara panik bu Meila dan pak Romi.

"Nak, sayang kamu kenapa?" tanya bu Meila panik.

"Ibu, tolong aku, aku takut," lirih Salsa mulai menangis.

Saat itu juga bu Meila dan pak Romi membuka pintu. Ia melihat seorang anak kecil.

"Davin sayang, kamu lagi ngapain disini?"

Davin beranjak turun dari tempat tidur lalu menghampiri ibunya dan memeluknya sangat erat. Pak Romi menatap heran pada kedua anaknya itu.

"Davin kamu sedang apa nak?"

Salsa di balik selimut itu mendengar ucapan ibu dan ayahnya.

Hah, Davin? sial ... jadi, tangan kecil itu Davin." Ardella mendengus kesal.

Perlahan ia membuka selimut yang menutupi wajahnya, ia melirik dan benar saja itu Davin berada dalam gendongan bu Meila.

Sementara bu Meila dan pak Romi menatap bingung pada Salsa.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya pak Romi mendekati Salsa

"Semalam aku melihat penampakkan di balik jendela itu. Terus sekarang masih sepagi ini aku mlihat ada tangan kecil di perutku. Aku kan, kaget yah." Ungkapnya.

Pak Romi tertawa, mengelus rambut putri kesayangannya.

"Aku serius yah, semalam bukan Davin. Masa iya, Davin main di luar jendela."

Davin menjawab dengan polos, ia berkata,

"Ayah benar kok, semalam Davin lihat ada orang di balik jendela itu."

Deg ... Salsa kembali teringat, ia sangat ketakutan lalu tiba-tiba memeluk ayahnya. Pak Romi hanya diam, mengelus rambut kepala Salsa.

"Sudah jangan takut, disini tidak ada apa-apa kok,"

Salsa hanya menyembunyikan wajahnya di dada milik ayahnya.

"Sudahlah nak, sekarang cepat mandi!" perintah bu Meila.

Sedangkan bu Meila menggendong Davin menuju meja makan.

Salsa menyetujuinya, ia berlalu mengambil sebuah handuk dan memasuki kamar mandi.

Setelah selesai mandi, Salsa memakai gaun merah muda yang panjangnya selutut dipadu dengan make up natural sesuai warna kulitnya.

Wajahnya nampak anggun dan menawan. Ia meraih sebuah ponsel, melihat satu notifikasi pesan masuk. Dari siapa lagi kalau bukan dari kekasihnya.

Edgar : Sayang, sebentar lagi aku sampai di rumahmu.

Salsa tersenyum membaca isi pesan itu lalu ia membalasnya.

Salsa : Baiklah, hati-hati ya Ed.

Setelah cukup lama menunggu akhirnya terdengar suara mobil berhenti di halaman rumahnya. Salsa langsung berlalu meraih tas dan keluar dari kamarnya. Menuruni tangga dengan penuh semangat.

Ia berlalu menuju ruang makan terlebih dahulu lalu berpamitan sekaligus meminta izin pada kedua orang tuanya. Setelah mendapat izin, ia menemui Edgar

Saat pintu terbuka, benar saja itu Edgar. Ia langsung berjalan mendekatinya. Melihat Salsa, mulut Edgar menganga seperti sedang melihat bidadari.

"Kamu cantik sekali hari ini," pujinya.

"Oh berarti hari-hari biasa aku jelek gitu?" jawab Salsa cemberut.

"Bukan begitu, maksudnya hari ini kamu jauh lebih cantik. Sudah ah yuk kita berangkat sayang!" ajak Edgar sebari membuka pintu mobil.

Mereka pun berangkat. Diperjalanan Edgar terus menerus memuji Salsa hingga membuat pipi gadis itu berwarna merah merona.

Sampai di Apartement Brilionerd

Beberapa menit kemudian, mereka tiba di sebuah apartement berbintang lima. Edgar membukakan pintu mobil lalu mengulurkan tangannya pada Salsa. Salsa menerima uluran tangan Edgar lalu mereka berjalan menuju salah satu kamar lantai atas untuk bersantai melihat pemandangan kota.

"Ayo sayang masuk, tidak apa-apa kok, ini kamar pribadiku."

"Iya, sayang."

Mereka berdua asyik mengobrol, sesekali pikiran Edgar nakal. Tiba-tiba terdengar suara tetesan air hujan sepertinya di luar hujan deras. Itu membuat suasana menjadi dingin.

Edgar menatap Salsa namun pandangannya beralih pada lekukan dada Salsa yang sedikit terlihat. Hal itu, membuat Edgar memikirkan hal yang tidak seharusnya ia lakukan.

Edgar berdiri dan mulai menarik tangan Salsa membuat Salsa terperanjat terkejut. Kini Salsa sudah berada dalam pelukan Edgar.

Batas ruang wajah mereka hanya beberapa centi meter. Edgar menatap Salsa lalu mencium bibirnya. Salsa berusaha untuk menolak namjn pelukan Edgar sangat kuat. Semakin lama ia menikmati ciuman Edgar yang semakin ganas membuat Salsa mengeluarkan desahan.

"Ed ... aahh ...."

Edgar sudah tidak bisa menahan lagi keinginannya. Ia menggendong tubuh Salsa menuju ranjang yang berukuran cukup luas. Salsa ingin menolak namun tubuhnya terasa kaku.

"Sayang, boleh kan?" Edgar berbisik di telinga Salsa sesekali menjilatnya. Salsa tersenyum lalu memejamkan matanya.

Itu membuat Edgar bersemangat dan tidak membuang waktu lagi. Edgar langsung membuka resleting gaun Salsa dengan sesekali menciumi punggung lalu memegang gunung kembar yang sintal itu kini telah mengeras.

Salsa semakin mendesah. Edgar terus melancarkan aksinya. mengecup setiap inchi tubuh Salsa, meninggalkan jejak krpemilikan disana. Mendengar desahan yang kian memanas, Edgar tidak membuang waktu lama, ia langsung membuka semua pakaiannya hingga tidak ada satu helai pun kain yang menutupi tubuh mereka. Mereka saling berpagutan menyatukan cintanya.

***

Di rumah, ibu Meila sedang memasak untuk Davin dan suaminya. Ketika hendak mengambil gelas, tiba-tiba tidak sengaja gelas itu terjatuh. Mendengar pecahan gelas, membuat pak Romi terkejut lalu berlari ke dapur menghampiri istrinya.

"Bu, kamu tidak apa-apa kan?"

"Perasaanku tidak enak pak, aku teringat Salsa."

"Sudah bu, jangan berpikiran aneh-aneh. Semua pasti baik-baik saja," sahut pak Romi berusaha menenangkan istrinya.

"Iya pak, ibu beresin dulu pecahan gelas ini."

Kenapa tiba-tiba perasaanku tidak enak, semoga tidak terjadi sesuatu dengan anakku, ya tuhan lindungi anakku dimana pun ia berada.

***

Berbeda lagi dengan Salsa dan Edgar yang badannya dipenuhi keringat kenikmatan. Edgar menghela nafas lalu berbaring di sisi Salsa. Ia tersenyum dan mencium bibir Salsa sekilas. Salsa sepertinya kelelahan karena Edgar begitu ganas saat menyetubuhinya.

"Kamu istirahat saja dulu sayang nanti sore kita pulang. Terimakasih ya sayang, aku mencintaimu," sahut Edgar memeluk Salsa.

"Aku juga mencintaimu, tapi berjanjilah jangan pernah meninggalkanku!" sahut Salsa yang tiba-tiba menitikkan air mata.

"Aku tidak akan meninggalkanmu. Jadi, jangan khawatir, aku akan selalu ada untukmu. Jangan menangis ya sayang," sahut Edgar mencoba menenangkan Salsa.

Terkadang kita harus siap dengan keputusan yang kita pilih. Entah itu keputusan yang membawa kebahagiaan ataupun kepedihan. Ingatlah semua orang tak ada yang sempurna, mereka pasti memiliki satu kesalahan besar dalam hidupnya.

Terpopuler

Comments

Nayla Nur

Nayla Nur

nih novel apa sih crtanya ko bgtu sih kn salsa bru kls 1 tr di tgln aja bru tau...

2021-01-12

0

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

Ummu Sakha Khalifatul Ulum

up thorr.....

2020-06-04

1

Li Na

Li Na

semangat yaa

2020-05-31

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!