Tiara melepas pandangannya dari makanan yang tinggal sedikit diatas piring dan melihat di sekelilingnya.
Beberapa cewek memang terpesona dengan kecantikannya, ada yang merasa iri namun ia tahu tidak semua dari mereka memandangnya seperti itu.
"Bukannya itu cewek yang kemarin bermasalah dengan kakak kelas kan?" Bisik seseorang yang duduk tepat di belakang Lia dan Alda.
"Mirip sih tapi cewek yang ini lebih cantik dari pada yang kemarin." Jawab cewek disampingnya mencoba mengingat kembali wajah Tiara.
"Bukan mirip lagi emang itu dia."
"Masa sih.."
"Iya. Bla bla bla.."
Lia dan Alda seketika membalikan badan mereka menatap orang yang sedang membicarakan Tiara.
Karena mendapatkan tatapan yang tidak biasa, kedua orang itu pun berhenti berbicara lalu beranjak pergi dari tempat duduk mereka.
Tentu mereka ingin menghindari Tiara dan sahabatnya karena mereka juga ingin tinggal aman dan nyaman di Boulevar tanpa membuat masalah.
"Tiara, katakan! Apa bener yang mereka omongin kalau kamu bermasalah sama kakak kelas?" Tanya Alda di sambut anggukan dari Lia. Mereka ingin mengetahui kebenarannya langsung dari mulut Tiara.
"Aku gak bermasalah kok." Jawab Tiara dingin.
"Huh syukurlah." Keduanya mengelus dada lega mendengar jawaban Tiara.
"Hanya Kaka kelasnya aja yang cari masalah." Lanjut Tiara dengan nada dingin yang sama.
"What?" Lia dan Alda berteriak kaget tak percaya dengan pendengaran mereka.
Bagaimana tidak barusan mereka sudah bernafas lega dan sekarang Tiara membuat mereka terkena serangan jantung dalam sekejap.
Aksi Lia dan Alda mengundang semua pasang mata orang-orang di kantin tertuju pada mereka. Menyadari itu, keduanya menebar senyum meminta maaf bahwa tidak ada hal serius yang terjadi.
"Tiara gimana bisa kamu sampe berurusan sama kakak kelas?" Tanya Lia.
"Iya kamu tahu kan kalau berurusan sama mereka itu artinya,"
"Menggali kuburan kita sendiri.." Lia memotong pembicaraan Alda.
Tiara hanya duduk diam menikmati segelas susu hangat yang ia pesan tanpa menjawab pertanyaan Alda.
Karena mendapati Tiara yang membisu seribu bahasa Alda maupun Lia tidak ingin menuntutnya untuk menjawab. Bagaimanapun mereka seperti sudah terkoneksi dengan Tiara dan mempercayainya.
Sarapan berakhir dengan kenikmatan. Banyak siswi yang memuji masakan yang di sediakan oleh kantin asrama. Ya meskipun makanan di siap berdasar beberapa kategori, dari yang paling sederhana sampai yang paling lengkap atau kompleks tapi semuanya sama lezatnya.
Ini dapat menunjukan para siswi dapat membeli menu-menu tersebut berdasarkan isi kantong mereka.
----
"Wow wow wow. Ini beneran Boulevar High School yang melegenda tuh?" Lia terbelalak kagum tak percaya sambil menutup mulutnya yang terbuka lebar dengan kedua tangannya.
Meski Lia mengatakan berasal dari kota M tetap saja ia hanyalah seorang anak desa. Bagaimana bisa ia tidak bereaksi melihat besar dan indahnya bangunan tempat ia menuntut ilmu itu.
Sama halnya dengan Alda. Selama tinggal di kota E, Alda tidak pernah melihat bangunan sekolah semegah Boulevar berdiri di kotanya.
"Luar biasa. Benar ya kata orang-orang, sekolah di BHS tuh bisa bikin kita jadi orang yang paling beruntung di dunia." Lia menitikan air matanya.
"Lia kenapa kamu nangis?" Tanya Tiara khawatir.
"Iya Lia ada apa? Ayo cerita!" Sambung Alda.
Memori Lia berputar kembali mengenang masa-masa dia berusaha keras untuk bisa lulus tes masuk Boulevar.
Lia mengusap air matanya. "Gak apa-apa kok. Aku hanya keinget aja gimana aku berjuang keras waktu itu. Belajar dari pagi sampe malem ketemu pagi lagi hanya untuk bisa masuk ke Boulevar."
"Orang-orang bilang kalau kita bisa bersekolah di Boulevar artinya kita menemukan harapan di sana. Masa depan kita akan terjamin dan kita bisa merubah kehidupan kita." Lanjut Lia.
"Aku ingin merubah kehidupanku dan ibuku agar kelak ibuku tidak mencuci pakaian orang-orang kaya itu lagi dan tidak merendahkan kami."
Tiara dan Alda terharu dengan tekad Lia. Mereka saling melempar pandangan, bersyukur masih memiliki orang tua yang lengkap dan dilahirkan dalam keluarga yang berkecukupan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments