Di lantai empat bangunan asrama bergaya American modern, Michelle keluar dari dalam lift. Dirinya hendak ke kamar namun siapa sangka telinga tajamnya mendengar omongan sampah dari orang-orang yang paling tidak berguna dimatanya.
"Hah.. tuh dia si pahlawan ke sorean." Monica mengencangkan suaranya di hadapan kedua sahabatnya. Jelas dia melakukannya dengan sengaja setelah melihat Michelle.
Michelle yang berjalan melewati ketiga orang tersebut pun menghentikan langkah kakinya.
"Hei Monic, kalo ngomong jangan kerasan dong nanti orangnya denger loh." Sambung Susi dengan suara yang tidak kalah kencangnya dengan Monica. Hal itu pun kemudian mengundang tawa gelitik dari Lydia.
Lydia paham apa maksud Susi. Kalau Susi tidak ingin pembicaraan mereka di dengar oleh Michelle, kenapa juga ia mengatakannya dengan suara yang tidak kalah kencangnya dari Monica.
Lydia merasa lucu melihat kelakuan kedua sahabatnya itu. Hanya orang bodoh yang tidak bisa memahami kata-kata sindirannya.
Michelle tidaklah bodoh untuk mengetahui niat mereka. Jelas sekali Monica sudah menceritakan kejadian tadi pada kedua sahabatnya itu. Dan apa yang mereka lakukan sekarang tidak lain ya untuk menyindir dirinya.
"Oh gitu ya.. aku harap sih orangnya budek jadi gak bisa denger deh apa yang kita omongin." Monica mengekorkan matanya pada Michelle.
"Haha.. kalau begitu judulnya bisa berubah dong. Pahlawan ke soreanku adalah budek. Atau ketua asramaku yang budek?" Susi menyindir disambut tawa gelitik Monica dan Lydia yang memenuhi seluruh koridor.
Sindiran telak Susi tentu membuat Michelle geram. Siapa sih yang tidak kesal jika disindir langsung pada sasarannya.
'Sabar Michelle.. Mereka itu sampah jadi mulut mereka pun pasti hanya mengeluarkan sampah'
Michelle membatin mencoba menenangkan dirinya agar tidak terbawa emosi. Ia kemudian membalikkan badannya lalu menatap tajam kearah tiga serangkaian badut tersebut namun dengan senyum yang cukup elegan.
Michelle berdiri tepat di depan Monica disusul Susi dan Lydia dibelakangnya.
"Sepertinya ada bau sampah ya.. kalian cium gak?" Michelle mengendus-endus disekitar tubuh Monica lalu mengibas-ibaskan tangan ke hidung mancungnya.
Monica tak percaya Michelle mengendus tubuhnya. Karena merasa minder ia lalu mundur selangkah menjauhi Michelle namun tetap tidak mengerti dengan maksud dari perkataan Michelle.
Susi dengan kepolosannya ikut mengendus-endus tubuh Monica mengikuti apa yang dilakukan Michelle.
'Apa iya tubuh Monica bau sampah?' tanya Susi dalam pikirannya. 'Tapi tidak ada bau sampah yang ada hanya wangi parfum. Eh, wangi parfum Monic kok tajam banget ya. Apa dia baru habis ganti parfum?' lanjut isi pikiran Susi.
Monica mulai merasa risih. Kenapa juga Susi ikut-ikutan mengendus tubuhnya? Apa benar dia bau sampah? Tapi dia ingat persis sebelum berangkat ke kota H, dia sudah memakai parfum yang baru dibelinya.
Melihat ekspresi bingung di wajah Monica dan keluguan Susi, Michelle tersenyum menyeringai. Hanya bisa mengatakan betapa bodohnya kedua badut tersebut.
Michelle tidak perlu mengatakan 'betapa bodohnya kedua orang tersebut' karena dimatanya mereka terlihat seperti badut. Badut yang menghibur karena kebodohannya.
"Michelle apa sih maksud kamu?" Tanya Monica heran.
"Iya betul. Monic gak bau sampah tuh hanya bau parfum tante-tante." Sambar Susi polos.
"...." Lydia.
Perkataan Susi mengundang tawa tak kuat Michelle. Air mata terlihat jelas di sela-sela matanya. Itu adalah kebiasaan Michelle. Saat tertawa dia akan mudah mengeluarkan air mata di kedua mata bulatnya.
"DIAM." teriak Monica kesal. Bagaimana tidak selain dirinya malu karena dibilang bau sampah, kini sahabatnya sendiri pula yang mengatakan wangi parfumnya seperti tante-tante. Dan Michelle tertawa puas padanya? Ini sebuah penghinaan.
Michelle berhenti tertawa seiring teriakan Monica dan berkata : "Ah iya Susi benar tidak ada bau sampah tapi bau mulut."
'Beraninya kalian mencari masalah dengan keponakanku? Tiara adalah mahkota permatanya Alexander. Tidak ada yang berani menyentuhnya maupun menghinanya di depan semua orang dan kalian? Dengan mulut dan kelakuan sampah kalian, kalian mau menghinanya bahkan dihari pertamanya dia di kota H? Mimpi! Selama aku, Michelle Alexander, masih disini aku gak akan biarin kalian menyentuh sehelai rambutnya pun.'
'What?' Monica & Susi kaget tak percaya pada Michelle. 'ba.. bau mulut? Ma.. maksudnya..'
'Maksudnya Monica bau mulut gitu?' Monica tidak berani memikirkan kelanjutannya namun Susi dengan pemikiran lugunya mencoba semampu mungkin untuk mengerti perkataan Michelle.
"...." Lydia.
"Monica.." Michelle berjalan mendekati Monica yang tentunya direspon mundur oleh Monica secara langsung.
"Saya hanya akan mengatakan ini sekali. Jadi pasang telinga kamu baik-baik dan dengarkan." Michelle membisik ditelinga Monica.
"Saya sarankan berhentilah mengganggu Tiara sebelum kamu menyesalinya. Dia bukan tandinganmu."
Bulu kuduk Monica seketika berdiri. Dinginnya suara Michelle yang masuk ke sela-sela daun telinganya bagaikan sengatan listrik di sekujur tubuhnya.
Setelah memberikan peringatan kepada Monica, Michelle pergi dari sana dengan senyum kemenangan di wajahnya meninggalkan Monica yang mematung.
Susi penasaran dengan apa yang dikatakan Michelle pada Monica sahabatnya tersebut. Dia menanyakannya pada Monica namun tak kunjung mendapat jawaban karena Monica masih membeku.
Lydia hanya menatap dingin pada sosok Michelle yang semakin menjauh dari pandangan mereka tanpa mengatakan apapun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Masna Abadi
msh bingung nih Thor....blm dpt chemistry nya...btw...aku ttp akan baca🤩🤩🤩
2020-04-09
7