Tiara diam sejenak di depan pintu kamar bernomor 111 sebelum membuka gagang pintu. Disini adalah kamar yang akan ia tempati setahun kedepan menurut pemberitahuan dari resepsionis.
Tiara tidak berharap banyak dengan siapa dan bagaimana dia akan menghabiskan waktunya setahun kedepan dikamar ini.
Tiara hanya berharap agar ketiga orang yang akan menjadi teman sekamarnya tidak merepotkan dirinya.
Tiara memejamkan matanya sesaat lalu melakukan ritualnya. Menarik nafas dalam-dalam kemudian mengeluarkan secara perlahan.
TAK...
Pintu kamar terbuka dengan sendirinya membuat Tiara mengernyit. Perasaannya mengatakan dia masih memegang gagang pintu dan belum membukanya lalu bagaimana pintu terbuka?
Dengan sigap Tiara membuka kedua bola matanya. Rasa kaget pun tak terelakkan namun dengan luwes ia memainkan ekspresi di wajahnya.
Tiara menatap datar pada orang yang membukakan pintu dari dalam kamar tersebut.
"Hai.." ucap Tiara datar sambil mengangkat tangannya.
"Ha.. hai." Jawab Lia gugup lalu di susul suara tersedak. Ia menyembur keluar makanan yang sedang dimakannya dari dalam mulutnya alhasil Tiara terkena semburan.
'Ups.. Awal perkenalan yang buruk.' Lia membatin.
Lia sesegera mungkin membersihkan makanan yang terlihat seperti kacang hijau itu dari baju Tiara. Ia takut karena kelalaiannya ia merusak baju mahal Tiara.
'Aduh dasar Lia ****. Kenapa juga kamu harus makan roti isi kacang hijau sih?' Lia mengutuk dirinya sendiri. 'Bagaimana kalau dia minta ganti rugi? Harga bajunya pasti mahal banget.' Lia menelan air liur yang terasa sakit di tenggorokannya hanya dengan memikirkannya saja.
"Ma.. maaf, sa.. saya tidak senga..ja."
Tiara menggenggam tangan Lia mencoba menghentikan tingkahnya yang terus menepuk bagian dada Tiara.
Lia menatap mata dingin Tiara. Kini air liurnya mengering dengan sendiri serasa dia belum meminum air selama beberapa hari.
'Mati aku.. Dia pasti marah banget.'
"Maafkan saya. Saya tidak bisa membayar biaya laundry. Sebagai gantinya biarkan saya yang mencuci baju anda." Lia berusaha bicara se formal mungkin karena ia belum mengenal baik Tiara.
Jika ia mengganti biaya laundry, uang sakunya yang hanya pas-pasan tidak mungkin bisa menutupi biaya hidupnya untuk beberapa bulan kedepan.
Lia juga tidak mungkin meminta ibunya untuk mengirimkan uang sedangkan dirinya saja baru sehari disini
Batin Lia tersiksa memikirkan bagaimana kondisi ibunya yang hanya seorang diri bekerja keras untuk membiayai kehidupan mereka selama ini.
Melihat Tiara yang terus menatap padanya tanpa mengatakan apapun, gadis bernama panjang Amelia Amora itu tidak ingin memusingkan dirinya memikirkan apa yang sedang dipikirkan oleh Tiara.
"Tidak usah khawatir bajumu akan rusak, ibuku bekerja sebagai tukang cuci di kampung. Dia mencuci pakaian orang-orang kaya dan saya biasanya akan membantunya, eh..." Lia berhenti sejenak. Dia menghela nafas panjang, bingung bagaimana harus menjelaskannya pada Tiara.
Mengatakan kebenaran bahwa dia adalah anak dari seorang tukang cuci saja merupakan sebuah bom bunuh dirinya untuknya. Orang-orang akan menghinanya dan ibunya jika mereka tahu kebenaran tersebut.
Meskipun Boulevar High School menerima murid tanpa membedakan status sosial mereka, tetap saja hal seperti ini sangatlah sensitif.
Akan selalu ada hukum alam dimana orang-orang kaya akan merendahkan orang-orang miskin atau orang-orang besar akan merendahkan orang-orang kecil. Itu yang selalu diingat dengan baik oleh Lia sejak dulu hingga sekarang.
Lia bukannya malu dengan pekerjaan ibunya. Dia hanya tidak ingin jika para murid yang memiliki status sosial lebih diatasnya akan merendahkan ibunya dan juga pekerjaan ibunya.
Lia percaya bukan hanya dirinya sendiri yang mencoba untuk merahasiakan status sosial mereka disini, tapi kebanyak murid Boulevar pasti melakukanya.
Entah itu karena mereka tidak ingin direndahkan, atau karena mereka ingin hidup dengan high profil, atau mereka ingin diterima dikalangan kelas atas, atau mungkin juga karena malu dengan pekerjaan orang tua mereka, itu pasti ada tidak mungkin tidak.
Akan tetapi kondisinya sekarang berbeda. Lia benar-benar tidak bisa berbuat apa-apa selain berkata yang sebenarnya.
"Tidak perlu." Jawab Tiara singkat.
"Eh.."
"Tidak perlu mengganti biaya laundry atau pun mencucinya dengan tanganmu sendiri." Tiara mencoba mendeskripsikan kembali maksud perkataannya sebelum.
Lia sama sekali tidak bereaksi. Dirinya masih belum mempercayai pendengarannya sendiri. Benarkah dia tidak perlu mengganti biaya laundry?
"Sekarang bisakah kamu minggir karena saya ingin masuk." Ujar Tiara pada Lia yang menatap kosong padanya.
"Iy.. iya silahkan. Boleh masuk saja. Silahkan." Lia merasa gugup dan sedikit salah tingkah. Bagaimanapun ia tetap merasa tidak enak terhadap Tiara.
Tiara melangkah masuk lalu mencari tempat tidur mana yang tersematkan namanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments