Beberapa menit kemudian
Aurora terbaring di bangkar rumah sakit, tepat di samping kamar rawat Ayahnya. Bahkan belum sadarkan diri sejak pingsan di pelukan Laura beberapa menit yang lalu. Laura terpaksa menghubungi sahabat Aurora, karena Nicholas maupun Aprilio tidak bisa di hubungi. Dan dia akan membantu urusan pemakaman.
“tidak apa-apa...dia hanya syok...tapi tolong jaga dia...kandungannya masih muda dan rentan... jangan biarkan dia terlalu stress...dan jangan lupa berikan makanan yang bergizi...” jelas dokter wanita setelah memeriksa Aurora, sedangkan gadis di depannya membulatkan matanya terkejut.
“Apa...kandungan...ma-maksud dokter dia hamil...berapa bulan...” tanya gadis itu tak percaya.
“iya...kau tidak tau” gadis itu hanya menggeleng lemah, “ dia hamil 1bulan...dan itu usia kandungan yang rentan terjadi keguguran...jadi jaga dia baik-baik” gadis itu menghela nafas, kemudian mengangguk mengerti.
Beberapa saat kemudian, Aurora membuka matanya perlahan untuk menyesuaikan cahaya dan menatap ke sekeliling.
“Rara...kau sudah bangun” Aurora mengalihkan pandangan kepada seseorang di sampingnya.
“Me-linda” lirihnya.
“iya ini aku...bagaimana perasaan mu... apa ada yang sakit...” tanya gadis bernama Melinda itu beruntun khawatir.
“kenapa kau ada disini...apa yang terjadi...” tanya Aurora sangat lirih.
“dokter Laura tadi menghubungi ku dan mengatakan kalau kau pingsan karena Ayah mu-... “ Melinda tidak melanjutkan kata-katanya, namun tetap itu membuat Aurora teringat sesuatu dan langsung bangun dari tiduran.
“Ayah... aku mau lihat Ayah ku” ujar langsung beranjak turun dan keluar.
“Ra...tunggu... “ panggil Melinda mengejar.
Beberapa hari kemudian
Setelah mengurus pemakaman Ayahnya, Aurora memutuskan untuk tinggal di Asrama untuk sementara, Dan menceritakan semuanya pada Melinda, setelah sahabatnya itu menuntut penjelasan padanya.
Terkejut, tentu saja, apalagi yang Melinda tau, Aurora tidak pernah dekat dengan seseorang, apalagi berkencan hingga hamil, tapi setelah mendengar penjelasan Aurora, Melinda mengerti dan meruntuki dirinya yang tidak bisa membantu sahabatnya.
Melinda adalah gadis dari keluarga biasa, tapi sejak dulu, Aurora tetap mau berteman dengan nya, tanpa memandang status, sejak saat itu Melinda berjanji akan selalu berada disisi Aurora, apalagi saat Aurora terpuruk, Ayahnya yang koma karena kecelakaan dan semua hartanya di ambil pamannya yang serakah, hingga tak mampu membayar biaya rumah sakit.
Selama beberapa hari ini Melinda mendampingi Aurora yang sedang berduka, jika Aurora tidak mau makan, Melinda yang akan mengingatkan jika ada nyawa yang harus Aurora jaga, terkadang Melinda juga membantu menghubungi Aprilio yang hingga saat ini tidak ada kabar, begitupun juga kata Dokter Laura yang tidak bisa menghubungi Nicholas.
“woah...” Melinda tertegun sejak Aurora mengajaknya memasuki Apartemen mewah tempat Aprilio, dan tempatnya tinggal saat ini.
“kau yakin akan tinggal di sini sendirian... Bukankah lebih baik kau di asrama...jadi aku bisa memantau mu untuk makan...” ujar Melinda cemas.
“tidak apa-apa...aku ingin disini menunggu nya...” jawab Aurora sendu, “hari ini...tepat 1bulan perjanjian kami...dia bilang akan memperbarui perjanjian kita kalau aku positif hamil...tapi-hiks” Aurora terisak tak sanggup melanjutkan ucapannya.
“ ssttt...sudah sudah...sekarang kau istirahat saja” Melinda segera memeluk Aurora saat sahabatnya itu mulai menangis.
“aku merindukannya” gumam Aurora terisak.
“sabarlah...mungkin dia sedang sibuk...” ujarnya mengusap punggung Aurora menenangkan, “ dan ingatlah... kau sedang mengandung anaknya... jaga kandungan mu baik-baik...jadi... saat dia kembali... dia pasti bahagia mendengar nya...hm” lanjutnya setelah melepas pelukannya dan menatap Aurora, dan Aurora hanya mengangguk lemah.
Beberapa Jam Kemudian
Aurora kembali melakukan aktivitas seperti sebelumnya, walaupun Aprilio belum kembali, tapi Apartemen ini menyimpan banyak kenangan kebersamaan mereka, bahkan setelah Melinda pulang tadi, Aurora memutuskan untuk ke kamar Aprilio untuk mengobati rindunya, melihat semua barang-barang Aprilio di sana, Aurora seperti bisa merasakan jika Aprilio ada di sampingnya.
Namun baru saja ingin memejamkan mata, terdengar suara bel dan ketukan pintu sangat keras, Aurora berpikir sejenak, siapa yang datang, kalau Aprilio, tidak mungkin membunyikan bel atau mengetuk pintu, dia bisa saja langsung masuk, lalu siapa yang datang, bahkan ini sudah jam 10 malam.
Dengan gontai Aurora berjalan keluar dari kamar Aprilio menuju pintu, namun setelah membuka pintu, Aurora di kejutkan dengan Clara yang datang bersama beberapa bodyguard. Sedangkan di Apartemen ini sudah tidak ada satupun Bodyguard, karena kata resepsionis, beberapa hari yang lalu para Bodyguard itu pergi dan mengatakan mendapat tugas dari Aprilio, jadi mereka harus pergi, itu yang di sampaikan resepsionis.
“Ada apa ini” tanya Aurora bingung.
“kau membohongi ku...kalau ternyata kau bukan pembantu...tapi kau...perempuan miskin yang merangkak ke atas tempat tidur kak Aprilio... iyakan... “ teriaknya marah.
“bukan bukan...saya sungguh hanya asisten di sini... “ elak Aurora cepat.
“mana mungkin pembantu bisa di perlakukan istimewa... naik mobil... di antar majikannya... bahkan di beri kamar bersebelahan dengan majikannya... JANGAN BOHONG... “ teriak Clara marah dengan menunjuk-nunjuk wajah Aurora, hingga membuat Aurora mundur ketakutan.
“tapi-
“ Cukup...sekarang kau pergi dari sini...karena Kak Aprilio tidak akan kembali kesini lagi...” bentaknya mengusir Aurora.
“Apa...itu tidak mungkin” ujar Aurora tak percaya.
“kenapa tidak mungkin...saya dan kak Aprilio akan segera menikah...dan kak Aprilio sudah menyiapkan mansion mewah untuk kita tinggali...jadi dia tidak butuh Apartemen ini lagi...dia memintaku untuk menjualnya...” ujar nya sombong, Aurora menggelengkan kepalanya tak percaya, bahkan air mata nya sudah mengalir di pipinya.
“jadi kemasi barang mu dan pergi dari sini sekarang juga...” usir Clara tak main-main.
“tapi-
“Cukup...jangan banyak bicara...atau kau mau aku mengambil barang mu dan melemparkannya ke tengah jalan... huh” geram nya marah, Aurora yang mendengar perkataan Clara, jadi teringat sesuatu, jadi dia tidak bisa membiarkan Clara memasuki kamar nya dan menemukan surat hasil pemeriksaan nya, atau sesuatu yang buruk akan terjadi.
“tidak...biar saya saja” jawab Aurora segera masuk ke kamarnya dan mengambil barang-barang nya.
“Lama banget sih... buruan pergi dari sini...” teriak Clara saat melihat Aurora keluar dari kamarnya dengan perlahan seakan enggan untuk pergi.
Aurora segera keluar tanpa menoleh ke belakang sedikitpun, namun setelah keluar dari lift, Aurora berhenti di meja resepsionis dan menitipkan sebuah surat. Namun ternyata, tanpa Aurora sadari, Clara mengikutinya.
Setelah Aurora pergi, Clara merebut surat yang di titipkan Aurora pada resepsionis, dengan ancaman. Namun Clara membulatkan matanya saat mengetahui apa isi surat tersebut, tanpa berpikir lama-lama, Clara mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.
Halo
...
Dia baru saja pergi...ikuti...dan lakukan apa yang aku katakan sebelumnya...
...
Di sisi lain
Aurora berjalan linglung, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, hati nya merasa tak percaya jika Aprilio tega melakukan ini pada nya. Aurora mendekap erat tas nya di depan perutnya, udara semakin dingin, dan jalanan sudah mulai sepi, kemana Aurora harus pergi malam-malam begini, ke Asrama tidak mungkin, Ke rumah Melinda atau dokter Laura, Aurora tentu tak enak hati. Setelah beberapa saat Aurora akhirnya mendapat ide saat melihat ATM di seberang jalan. Tapi baru beberapa langkah Aurora ingin menyebrang, sebuah mobil melaju sangat cepat ke arah nya, dan...
Braaakkk
**Bersambung
Anak Genius CEO Tampan
written by Blue Dolphin**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments