Beberapa hari kemudian
Aurora dan Aprilio benar-benar sibuk dengan urusan masing-masing, bahkan mereka sudah tidak bertemu dalam beberapa hari ini. Aurora tetap seperti hari-hari sebelumnya, pagi kuliah, lalu ke rumah sakit menjaga Ayahnya, setelah itu kembali ke Apartemen malam hari dan belajar.
“hah...aku merindukannya” gumam Aurora menghembuskan nafas berat, lalu kembali fokus ke buku-buku di depannya.
Di tengah malam, Aurora tertidur di meja belajarnya, mungkin karena kelelahan, bahkan dia tidak menyadari jika seseorang masuk ke kamarnya. Dan bahkan tidak terusik sama sekali saat sebuah tangan mengusap kepalanya dan tersenyum, lalu perlahan mengangkat Aurora dan menidurkannya di tempat tidur dan memakaikan selimut, kemudian mengecup kening Aurora sebentar dan mengucapkan selamat malam, lalu beranjak pergi.
Apartemen sepi, Aprilio tidak pulang selama beberapa hari, itu yang Aurora tau. Padahal sebenarnya, tanpa Aurora tau, Aprilio selalu kembali tengah malam, saat Aurora sudah tertidur, dan kembali ke kantor pagi buta sebelum Aurora bangun.
Apa yang di rasakan Aurora, juga dirasakan Aprilio, rasanya tidak bertemu Aurora sehari membuat nya tak tenang dan tak fokus bekerja. Jadi Aprilio memilih pulang tengah malam, lalu masuk ke kamar Aurora dan menatap wajah gadis itu yang tengah terlelap. Setelah puas, Aprilio akan kembali ke kamarnya untuk tidur sebentar dan bangun saat matahari belum terbit lalu langsung pergi ke kantor.
Sudah seminggu Aprilio sibuk dengan urusan kantornya, dan saat ini sudah akhir pekan, Aprilio berencana ingin mengajak Aurora pergi jalan-jalan, tapi sepertinya rencana Aprilio tidak bisa terlaksana, karena Aurora sudah lebih dulu ada janji dengan seorang temannya. Jadi disinilah Aprilio sekarang, di sebuah lapangan tembak dengan Nicholas, daripada dia kesepian di Apartemen, setidaknya sampai Aurora kembali.
Namun nyatanya, hingga sore Aurora belum kembali, dan Aprilio bisa sampai lebih dulu di Apartemen, jadi dia memutuskan untuk menghubungi Aurora lebih dulu, dan gadis itu akan sampai 15menit lagi. Aprilio ingin mengajak Aurora makan malam di luar, atau nonton bioskop, itu ide yang bagus pikir Aprilio.
Beberapa saat kemudian pintu Apartemen terbuka dan menampilkan sosok Aurora. Tanpa pikir panjang, Aprilio segera bangkit dengan antusias.
“Kau sudah pulang” ujar Aprilio tersenyum menghampiri Aurora yang juga membalas dengan anggukan dan senyuman manis. “apa kau lelah” tanya lagi kemudian.
“tidak...memang nya kenapa...” jawab Aurora.
“sebenarnya tadi aku ingin mengajakmu jalan-jalan...tapi karena kamu tadi tidak bisa... bagaimana kalau kita makan malam di luar... kita cari tempat makan yang seru dan enak...” ujar Aprilio antusias panjang lebar.
“sungguh...memangnya urusan mu sudah selesai” tanya Aurora berbinar bahagia.
“hanya tinggal menunggu hasil saja...aku sekarang bisa santai...” jawab Aprilio santai.
“bagus...pas sekali ujian ku juga usai...begitupun soal skripsi...jadi kita bisa senang-senang...” Aurora begitu antusias.
“benar...dan lusa...aku sudah membuat janji dengan dokter...kita harus melihat hasil nya...semoga kita mendapatkan hasil positif...” terlihat jika Aprilio begitu bahagia.
“eoh iya...semoga kabar bahagia” jawab Aurora.
“ayo-
Kriiing
Ucapan Aprilio terpotong saat ponselnya berdering, membuatnya menggerutu kesal, setelah izin pada Aurora untuk mengangkat nya, Aprilio segera menggeser ikon hijau di ponselnya.
“ ada apa...”
“.... “
“apa kau bilang...bagaimana itu bisa terjadi...apa kalian tidak becus melakukan pekerjaan...benar- benar merepotkan...cepat siapkan semuanya... kita akan pergi malam ini juga...”
Aprilio menutup panggilan dengan kesal dan wajahnya yang tadi langsung berubah keruh membuat Aurora menatapnya cemas.
“ada apa...apa terjadi masalah” tanya Aurora lembut dan hati-hati, Aurora menghembuskan nafas untuk mengatur emosinya.
“Ra maaf...sepertinya rencana kita gagal...aku harus pergi ke negara M...sesuatu terjadi pada proyek yang aku kerjakan...jadi aku harus ke sana malam ini...tapi aku janji...aku hanya 2hari...dan lusa aku pasti akan kembali dan menemanimu ke dokter...tidak apa-apa kan...” jelas Aprilio panjang lebar dengan sedih, membuat Aurora terkekeh.
“tidak apa-apa...itu kan urusan penting...” jawab Aurora tersenyum.
“haaah...rasanya aku kesal sekali” gerutu Aprilio setelah menghembuskan nafas panjang.
“kenapa kesal... kan Cuma 2hari...setelah urusanmu selesai... kita bisa jalan-jalan...Hm” ujar Aurora menenangkan.
“benar... kalau begitu aku siap-siap dulu...” ujarnya lalu memasuki kamarnya setelah di angguki Aurora.
Beberapa saat kemudian, Aprilio keluar dari kamarnya, dengan pakaian yang sudah rapi, namun Aurora yang menunggunya di sofa mengernyit bingung saat melihat Aprilio tidak membawa apa-apa.
“aku berangkat dulu ya” ujarnya, Aurora berjalan mendekat.
“kau tidak membawa apa-apa...” tanya Aurora kebingungan.
“tidak perlu...aku akan membelinya di sana...” jawabnya santai.
“oh begitu...” orang kaya, lanjut Aurora dalam hati, dan mengganggu sebagai tanda mengerti, namun kemudian Aurora terkejut karena Aprilio yang tiba-tiba memeluknya, pelukannya terasa menghangatkan, tapi Aurora merasakan ada perasaan yang berbeda, seperti pelukan terakhir, tapi Aurora buru-buru menepis pikiran buruknya, dan langsung membalas pelukan Aprilio.
“kau harus baik-baik di sini” ujar Aprilio setelah melepas pelukannya.
“kau juga...” jawab Aurora tersenyum, mereka saling memandang tanpa berkata, hingga akhirnya Aprilio kembali melakukan hal yang mengejutkan, dengan menarik tengkuk Aurora dan menyatukan bibir mereka, ciuman yang dalam dan lama, membuat jantung mereka sama-sama berdetak kencang.
Aprilio melepas ciumannya saat Aurora menepuk dadanya karena kehabisan nafas, dengan nafas yang sama-sama terengah dan meraup udara, Aprilio menyatukan kening mereka dengan tersenyum, kemudian menarik wajahnya dan mencium kening Aurora lembut, hingga membuat Aurora refleks menutup matanya, hatinya menghangat dengan perlakuan Aprilio, karena mendapat perhatian yang sudah hampir 1 tahun tidak pernah lagi dirasakan Aurora.
“aku berangkat ya” pamit Aprilio lagi dengan menatap Aurora.
“iya hati-hati” jawab Aurora mengikuti Aprilio yang berjalan ke arah pintu lalu keluar, bahkan Aurora terus memandang punggung Aprilio hingga menghilang dibalik pintu lift.
Dua hari kemudian
Aurora berjalan di lorong rumah sakit sendirian, sejak pagi dia tidak mendapat kabar dari Aprilio maupun Nicholas, bahkan Aurora berencana membatalkan janji dengan dokter, namun pihak rumah sakit lebih dulu menghubungi dan mengatakan jika dokter sudah menunggu, jadi Aurora tidak enak jika membatalkan nya.
Menghembuskan nafas berat sejenak, Aurora memasuki ruangan dokter, sebenarnya sejak tadi perasaannya tidak enak dan gelisah, semoga saja setelah ini ada kabar baik.
“nona Aurora...anda sudah datang...silahkan duduk dulu...dimana tuan Aprilio...” tanya dokter pada Aurora memasuki ruangannya.
“maaf dokter... tuan Aprilio pergi ke luar negeri dan belum kembali... jadi hari ini saya datang sendirian...” jawab Aurora tersenyum dan menuruti perintah dokter untuk duduk.
“baiklah...pertama kita coba dengan cara mudah dulu yaitu dengan testpack...” jelas dokter, dan perkataan dokter.
Skip
Aurora berjalan dengan semangat menuju ke ruang ayahnya, namun dari kejauhan dia melihat dokter Laura berlari bersama beberapa suster dan langsung masuk ke kamar rawat ayah Aurora. Ada apa ini? Apa terjadi sesuatu pada ayahnya? Tanpa pikir panjang lagi Aurora segera berlari menuju kamar rawat ayahnya.
“ada apa ini dokter...kenapa dengan ayah saya..” tanya Aurora panik.
“maaf nona Aurora...jantung ayah anda tiba-tiba melemah...” jawab salah satu suster.
Laura terlihat cekatan dan langsung menolong ayah Aurora, dengan berbagai cara, hingga akhirnya beberapa saat, Laura terlihat begitu putus asa, menundukkan kepalanya sejenak, lalu beralih menatap Aurora dengan mata berkaca-kaca, Laura tak sanggup mengatakan, jadi dengan berat hati Laura menggeleng lemah pada Aurora.
“TIDAK...TIDAK MUNGKIN” teriak Aurora histeris mengerti apa yang di sampaikan Laura, “Tidak Ayah...Jangan tinggalkan Rara sendirian...Rara mohon Ayah...Rara sudah tidak punya siapa-siapa lagi...jangan pergi...hiks hiks...” Aurora menangis kencang dan mengguncang tubuh Ayahnya, berharap agar bisa bangun kembali, Laura yang tidak tega, segera menarik tubuh Aurora dan memeluknya.
“Dokter...tolong Ayah saya dokter...saya mohon...” mohonnya pilu, hati Laura rasanya ikut teriris melihat Aurora, Laura sudah menganggap Aurora seperti adiknya sendiri, walaupun Laura tidak bisa membantu secara finansial, setidaknya, Laura akan selalu berada di sisi Aurora, dalam keadaan apapun, terutama saat keadaan terpuruk seperti ini.
Aurora masih menangis dengan menyebut Ayah nya berkali-kali, sedangkan Laura hanya mampu mengusap punggung ringkih gadis yang lebih muda beberapa tahun darinya itu. Namun Laura merasa jika Aurora tiba-tiba diam dan tubuhnya semakin berat.
“Aurora”
**Bersambung
Anak Genius CEO Tampan
written by Blue Dolphin**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Rizky prasetyor862@gmail.com
😭😭😭😭😭😭 yg sabar ya Ra tuhan lebih syg pada Ayah mu
2021-12-21
0
Nur
baguss bangett
2021-12-04
1
Nur
ga sia2 favorit
2021-12-04
1