Setelah insiden kecil yang terjadi di mobil, mereka akhirnya sampai di sebuah mall, ketiga anak kembar itu terlihat antusias, itu karena Jovanka jarang sekali mengajak mereka ke mall, akan sangat merepotkan mengawasi ketiga anaknya di tempat keramaian ,dan yang paling Jovanka takutkan adalah, ada orang yang mengenalinya dan memberitahu keluarganya jika ia disini, itu berbahaya untuk ketiga buah hatinya karena ia yakin jika mama dan kakak tirinya bisa saja datang dan benar-benar membuatnya lenyap dari muka bumi.
Harta bisa membuat seseorang gelap mata.
Jovanka tahu jika sikap mama dan kakak tirinya murni karena ingin menguasai kekayaan keluarganya, sayangnya bukti kepemilikan sah perusahaan mamanya atas nama dirinya, entah bagaimana jadinya sepeninggalan kepergiannya, Jovanka tidak perduli.
Setelah memarkirkan kendaraan, mereka langsung menuju restoran Kentucky, melihat ketiga anaknya berbinar senang dalam hati Jovanka sedih.
seharusnya mereka bertiga bisa mendapatkan kehidupan yang layak, sayangnya gajinya hanya pas-pas an untuk menghidupi mereka berempat, sehingga Jovanka harus hidup hemat.
Setelah makanan sampai mereka langsung memakan dengan lahan, Jovanka menyuapi si bungsu Devina yang terlihat Maja pada mamanya, ia masih kesal dengan Adrian, terlihat ia tak menggubris omongan Adrian
"Sayang, apa kamu masih marah pada papa?" tanya Adrian lembut
"Papa jahat," ucapnya sambil bersedekah dada membuat Jovanka menggeleng lucu melihat putrinya
"Sudah jangan marah sama papa, nanti gak diajak makan sama jalan-jalan lagi loh??” Jovanka membuat si kecil Devina seolah berfikir sambil menjulurkan tangannya
"Papa, maaf" ucap Davina menyodorkan jari kelingkingnya, Adrian menyambut dengan jari kelingkingnya, lalu keduanya bermain seolah Devina tak pernah marah. Bayi kecilnya itu sangat mudah di bujuk.
Davina dan Daffi bermain perosotan, sementara Daffa bermain getget nya,
"Sayang bermainlah seperti adik-adikmu, kamu akan cepat tua jika tubuh kecilmu itu terllau lama bermain ponsel"
"Ma, aku tahu papa belum meninggal, kami ingin bertemu papa suatu saat nanti.
kalau papa sudah beristri, mama baru boleh menikah dengan papa Adrian"ucap Daffa membuat Jovanka menganga, ia tak percaya anaknya itu bisa berbicara seperti itu
"Sayang, bagaimana kamu begitu yakin papa masih hidup??, lagi pula mama dan papa Adrian hanya sahabat” ucap Jovanka tersenyum canggung
"Tapi papa Adrian mencintai mama" ucap Daffa membuat Jovanka terdiam, anak sulungnya itu diam-diam memperhatikan sekelilingnya, ia bisa menangkap jika Adrian mencintainya
"Sayang, mama saat ini hanya perduli dengan kalian, Kalianlah alasan mama kuat" ucap Jovanka memeluk putra sulungnya
”Mama tenang saja, sebentar lagi aku akan membantu mama mencari uang, tunggulah ma.
mama tak perlu kesusahan uang lagi" ucap Daffa menepuk punggung Jovanka, walau kalimat itu terdengar lucu dan tak mungkin, Jovanka merasa terhibur, putranya bisa berfikiran membantunya di usianya yang masih sangat kecil
"Haha sayang, mama bangga padamu, mama hanya minta kamu sekolah dan belajar yang giat, itu sudah cukup membantu mama.
Masalah lain serahkan pada mamamu ini" ucap Jovanka menepuk dadanya menyombongkan diri pada anaknya
"Baik ma, tapi mengenai aku akan membantu mama, aku tak membual, hanya tunggu sebentar lagi..."
"Mama, kak Daffi nakal, ia mendorongku" adu Davina sambil menangis membuat ucapan Daffa terputus.
Jovanka menghapus air mata di pipi putrinya itu
"Mana mungkin kakakmu jahat sayang, mungkin tak sengaja saja” ucap Jovanka menenangkan
"Maaf ma, aku gak sengaja"ucap Daffi menundukkan kepalanya
"Mama tahu sayang, tapi bisakah kamu meminta maaf pada adikmu??? " tanya Jovanka lembut
"Tapi ma...., ah baiklah.
Maafkan kakak anak cengeng"ucap Daffi mengulurkan tangannya
"Tuh kan ma"protes Davina di Katai nak cengeng oleh Daffi
"Daffi..."
"Hufh, maafkan kakak ya dek, kakak gak sengaja" ucap Daffi pada akhirnya berjabat tangan dengan Davina, setelah itu mereka kembali bermain lagi seolah tak terjadi apa-apa.
"Sayang, apa kamu tidak mau bermain dengan adik-adikmu???" tanya Jovanka yang melihat Daffa masih duduk manis di tempatnya
"Aku sudah dewasa ma, itu hanya untuk anak-anak"ucap Daffa santai membuat mulut Jovanka menganga lebar
"Sayang, kamu juga masih anak-anak" ucap Jovanka menggelengkan kepalanya, bagaimana bayi kecilnya ini berfikir sepuluh tahun lebih tua dari usianya, astaga gen siapa yang ia warisi??? teriak Jovanka dalam hati
Adrian kembali dan sudah membawa sekantong paper bag yang berisi ice cream gelatto
"Atu pa" teriak Davina semangat melihat ice cream
Adrian memberikan ice cream tersebut pada ketiga anak kembar Jovanka, kini ketiganya anteng menikmati ice cream mereka
"Daffa, bukankah kamu sudah besar?? apa kamu juga masih suka ice cream??" goda Jovanka yang kini menyuap ice cream ditangannya
"Aku juga butuh protein dan makanan manis untuk pertumbuhan ku, lalu mengapa orangtua seperti mama juga makan ice cream? bukankah mama tidak butuh untuk pertumbuhan??" ucap Daffa membuat Jovanka tersedak ice cream nya sendiri, apakah ia putranya??? mengapa lidahnya tajam sekali????
Adrian menyodorkan tisu dengan senyum yang tak mampu ia sembunyikan
"Aku curiga ia bukan anakku mas, dia pandai bersilat lidah dan lihat sikapnya seperti itu"gerutu Jovanka membuat Adrian hanya tertawa kecil
"Kurasa tak ada yang salah dengannya, hanya kamu yang terlalu ..." Adrian tak meneruskan ucapannya
"Mama terlalu kaku pa" ucap Daffa meneruskan ucapan Adrian , sehingga Jovanka melotot tak senang kearah Adrian dan putra sulungnya
"Kalian bersekongkol, menyebalkan" ucap Jovanka memanyunkan mulutnya, ia memilih diam dan memakan ice cream nya
Setelah puas memakan ice cream, Adrian mengajak mereka bermain di wahana bermain, sementara Adrian dan Jovanka duduk memperhatikan ketiga bocah kecil yang asik bermain
"Kulihat sejak tadi kamu banyak melamun, apa kamu tak senang kita jalan-jalan??" tanya Adrian memecah kebisuan
"Aku senang sekali mas, jujur aku sangat malu selalu menyusahkan mu mas”
"Tenanglah, aku tak merasa di susahkan, aku senang ada kalian di dekatku" ucap Adrian dengan senyum yang selalu menawan.
Wajah tampan dengan sepasang alis tebal dan bibir yang tipis, di tambah sebuah kacamata yang menghias wajah tampannya membuatnya terlihat tampan dan smart.
tubuhnya yang tinggi dan atletis siapapun pasti akan bahagia jika jadi kekasihnya, namun Jovanka tidak memiliki perasaan apapun hingga detik ini, entah karena ia masih trauma atau memang ia hanya menganggap Adrian sahabatnya
"Mas, sebenarnya aku dapat promosi jabatan dari kantorku , tapi..."
"Selamat ya Ayu, aku tahu kamu wanita pekerja keras, kenapa ada tapi??? apa yang mengganjal perasaanmu?"
"Tapi aku harus kembali ke kota asal ku mas, aku masih trauma. Aku takut bertemu dengan orang-orang yang ku kenal, aku takut membahayakan ketiga anakku dan yang paling ku takuti adalah..."
"Bertemu dengan papa anak-anakmu???" tanya Adrian seakan membaca pikiran Jovanka.
Jovanka mengangguk pelan, ia tak bisa menyembunyikannya dari Adrian, sejak Adrian menolongnya dan tahu kebenaran di balik keberadaannya di desa tempat ia bekerja, Tak ada lagi rahasia diantara mereka
"Sebenarnya, aku juga ingin memintamu kembali ke kota karena papaku sakit-sakitan dan hanya aku anak mereka, Aku akan meneruskan usaha papaku, tapi aku khawatir meninggalkanmu di desa itu.
Tapi mendengar kamu di promosikan aku lega.,
Ayo kita kembali ke kota bersama, anak-anak juga perlu pendidikan yang lebih baik untuk masa depan mereka"
"Tapi Adrian...?
"Percayalah, Allah akan melindungi kalian, dan aku akan selalu ada untukmu" ucap Adrian menyentuh tangan Jovanka, menggenggamnya erat
"Terima kasih mas, kamu dewa penolong bagiku, aku seperti punya kakak yang selalu melindungi ku" ucap Jovanka berbinar
"Apakah aku tidak punya kesempatan untuk lebih Ayu, aku sangat mencintaimu" ucap Adrian makin mengeratkan genggaman tangannya
"Mas, ..."
"Baiklah aku tak memaksa. Aku akan mencarikan kamu rumah tinggal untuk mu nanti" ucap Adrian melepaskan genggaman tangannya, ia terlihat kecewa
"Mas, aku akan cari sendiri, aku hanya minta tolong padamu, titip anak-anak, Minggu depan aku akan ke kota dan mencari kontrakan yang sesuai dengan gaji ku"
"Baiklah” ucap Adrian pasrah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
KrisTie Lyiee
😆😆😆🤭🤭🤭🤭🤭🤭
2022-10-31
1
Amah As Siddiq
adrian am vera aja
2022-10-30
0
Ida Lailamajenun
berharap ayu ma Adrian aja la bukan ma arjuna.kasihan Adrian dewa penolong ayu harus patah hati kalau ayu memilih Arjuna..
2022-07-06
1