Jovanka dan anak-anaknya sedang bermain di halaman rumah kontrakan baru mereka, ketiganya udah bisa beradaptasi dengan cepat, awalnya Jovanka akan kesulitan membuat anaknya kerasan di tempat tinggal mereka yang baru, namun diluar dugaan ketiga anak-anaknya malah menyukai lingkungan tempat tinggal mereka yang baru.
Anak-anak juga sangat senang karena mereka kini memilki nenek, walau bukan nenek kandung, namun setidaknya mereka sudah memilikinya, impian mereka yang jadi kenyataan, karena tanpa Jovanka sadari anak-anaknya berharap punya keluarga yang lengkap, ada ayah dan nenek , sama seperti teman sekelas mereka yang sellau memamerkan keluarga mereka, menceritakan di depan ketiga anak tersebut lalu menghina mereka.
Ketiganya tidak mau membuat mama mereka sedih, sehingga mereka menyimpan kesedihan mereka dalam hati, hanya Devina yang tak bisa, ia selalu mengadu pada Adrian dan menganggap Adrian papanya, dengan begitu ia tak merasa sedih.
"Ma, nenek kok gak punya anak?" tanya Devina di sela-sela bermain
"Mama gak tahu sayang, mama kan baru kenal sama nenek" ucap Jovanka tersenyum melihat anaknya
"Ma, kita gak akan pindah lagi ke desa kan?? aku suka disini ma, sinyal juga stabil"ucap Daffa
"Apa kamu senang disini nak?? tapi mama mau memberitahu kalian semua.
Sekarang kita hidup mandiri, jauh dari papa Adrian.
mama harap kalian tidka menyusahkan atau melakukan apapun yang bisa membuat papa Adrian khawatir.
Kita harus memberi ruang buat papa Adrian menata hidupnya dan menemukan wanita yang sesuai untuknya, jadi Davina, mulai sekarang juga harus mandiri. kita harus belajar berdiri sendiri diatas kaki kita.
Kalau kita kompak , pasti kita bisa" ucap Jovanka berharap ketiga buah hatinya mengerti apa Yaang ia katakan, atau setidaknya berhenti menghubungi Adrian untuk menyampaikan hal-hal kecil.
"Aku mengerti ma" ucap Daffa
"Aku juga ma, mengerti. Aku tahu mama tidak mencintai papa" ucap Daffi tiba-tiba membuat lidah Jovanka keluh, bagaimana anak sekecil ini bisa menangkap apa yang terjadi pada ia dan Adrian.
"Sayang, darimana kamu tahu itu?? siap yang mengatakannya?" tanya Jovanka hati-hati
"Aku tahu semua, termasuk dugaan papa belum mati seperti yang mama katakan kepada kami.
ma kami bukan anak kecil" ucap Daffi yang mengatakan kalimat terakhir berbisik ke kuping Jovanka, sehingga hanya Jovanka yang bisa mendengar.
Bola mata Jovanka membulat, ia tak percaya anaknya bisa berkata demikian, apa dia masih umur enam tahun???sulit di percaya
"Davina juga " ucap Davina tak mau kalah dari kakaknya
"Kamu juga kenapa sayangnya mama" tanya Jovanka lembut, mengangkat Davina duduk di pangkuannya
"Atu mengelti" ucap Davina nyaring. Jovanka menciumi pipi anaknya yang menggemaskan itu
"Anak pintar" ucap Jovanka mengelus rambut putrinya
"Ya sudah kalian kembali main, kecuali Daffi, mama mau bicara denganmu" ucap Jovanka
Setelah kedua anaknya kembali bermain,Jovanka menatap menyelidik pada Daffi
"Sayang, mama mau tanya sama kamu, dari mana dan siapa yang memberitahumu?? mama gak akan memarahi mu nak, yang penting kamu harus jujur, karena kejujuran adalah modal utama kamu jadi orang sukses"
Daffi menghela nafas sambil menggeleng pelan
"Daffi lagi gak berbohong ma, gak ada yang memberitahu Dafi, kami, maksud Daffi kakak sama Daffi tahu semua , jika papa sebenarnya masih hidup.
jika papa sudah meninggal, mama pasti akan mengajak kami ke makamnya, namun sejak kecil kami tidak pernah di bawa ke makam papa, kalau memang gak diajak, tapi harusnya makam papa ada" ucap
Jovanka membisu tak mampu berkata apa-apa.
ternyata kedua putranya anak yang sangat pandai di usianya yang masih sangat-sangat belia, mereka bisa menilai situasi di sekitarnya dengan akurat.
"Ah maafkan mama sayang, mama bukan mau membohongi kalian tentang papa kalian" ucap Jovanka akhirnya
"Tenang ma, kami tahu pasti papa membuang mama karena tidak menginginkan kami, kamu juga tak butuh papa. Mama tenang saja, aku dan kak Daffa pasti akan membuat mama bahagia dan bangga, Biar papa bodoh itu tahu rasa dan menyesal telah menelantarkan kita"ucap Daffi membuat Jovanka terkejut, ia tak tahu harus menjelaskan bagaimana pada putranya, tak mungkin juga ia mengatakan jika ia di perkosa DNA taj tahu siapa papa mereka, itu akan melukai hati mereka dan terlalu rumit untuk mereka mengerti di usia mereka sekarang, namun Jovanka akan mengatakannya jika waktunya tiba, mungkin dua puluh tahun lagi, atau tiga puluh tahun lagi, yang pasti sampai Jovanka memiliki keberanian untuk membuka takbir kelam masa lalunya.
"Ah. sayang, itu...”
"Jangan khawatir ma, aku akan merahasiakan semuanya, aku sayang mama"ucap Daffi memeluk mamanya.
Sementara di sudut sana, Daffa melihat mereka dengan intens. dibandingkan dengan Dafi, Daffa lebih kaku dan dewasa lebih cepat dari umur nya.
Terkadang Jovanka sedikit khawatir pada putra sulungnya itu, namun saat mereka bermain bertiga, sifat kekanak-kanakan mereka masih terlihat sehingga Jovanka berfikir jika itu hanya pikiran nya saja
"Baiklah kembali bermainlah dengan saudara dan saudariku, amma.mau buatkan makan siang untuk kalian" ucap Jovanka
Jovanka berjalan menuju dapur, ia segera memasak makan siang mereka, namun ia baru saja sadar jika ada yang kurang pagi ini, sejak tadi ia tak melihat Bu Ratna yang biasanya rajin menyapu halaman , namun matahari sudah tinggi dan kamarnya masih tertutup rapat.
Setelah menyelesaikan masakannya ia menuju kamar Bu Ratna, mengetuk pintunya pelan, namun tak ada jawaban dari arah dalam, Jovanka terlihat ragu, ia lalu membuka pintu kamar Bu Ratna yang tidak terkunci, gelap karena jendela kamar masih tertutup rapat, hanya cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah jendela, membuat Jovanka bisa melihat jika wanita itu sedang terbaring di kasurnya dengan selimut menutupi tubuhnya hingga dada
"Bu, Bu Ratna, apa ibu baik-baik saja?" tanya Jovanka lirih
Jovanka membuka jendela kamar Bu Ratna membiarkan udara segar masuk ke dalam dan pencahayaan ruangan tersebut, ia terkejut melihat Bu Ratna sedang demam, wajahnya sampai pucat pasi
"Bu, ibu, ini Jovanka Bu" panggil Jovanka menepuk lembut pipi wanita paruh baya itu
"Owh jovanka, ibu sedang tak enak badan" ucap Bu Ratna lemah
Jovanka lalu bergegas mengambil handuk hangat, mengompres kening Bu Ratna, lalu ia membuatkan teh hangat dan membawa makanan serta obat penurun demam untuk Ratna, dengan telaten Jovanka menyuapi Ratna lalu meminum kan obat , setelah itu ia membuatkan Ratna kembali tertidur.
Anak-anaknya juga dengan patuh makan tanpa membuat kegaduhan, mereka terlihat khawatir karena nenek baru mereka sedang sakit dan mamanya sedang merawatnya.
Jovanka berjaga di pinggir tempat tidur, terus mengecek dan mengompres kening Ratna, hingga akhirnya panasnya turun.
Jovanka belum banyak berbincang dengan Bu Ratna sehingga ia tak tahu siapa yang harus ia kabari untuk memberitahukan keadaan beliau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
ARA
Kasian Ayu.. Trauma padahal kisah semalam ya pasti dengan Arjuna suaminya (berharap begitu) 😒😁
2023-02-04
0
mami chi
jgn2 ratna nenek kandung ny si kembar. arjuna ayah biologis kembar n ratna ibu kandung arjun. 😂 halu
2022-06-02
0
Gahara Rara
napa typo terus sih ??
2022-05-01
1