Enam Tahun Kemudian
Tiga bayi kembar yang menggemaskan kini sudah beranjak besar, mereka masih duduk di TK , namun ketiganya sudah menunjukkan minat yang berbeda.
Si sulung Daffa sangat menyukai berlama-lama berada di balik komputer, wajahnya selalu terlihat serius.
Jovanka terkadang heran melihat putra sulungnya Yang terlihat lebih dewasa ketika berada di depan komputer, ia terlihat seperti bos cilik, sedang adiknya Daffi lebih senang membaca buku, ia seperti kutu buku kecil yang sangat menggemaskan.
Dibanding kedua kakaknya, Davina masih bersikap sesuai usianya, gadis kecil cantik yang senang bergaya di depan kamera, ia bahkan bisa melenggak-lenggok lenggok bak peragawati terkenal dengan kepercayaan diri tinggi
"Ah bayi-bayi kecil mama yang sangat menggemaskan, sini berbaris, mama.sudha menyiapkan susu but kalian" teriak Jovanka membawa tiga gelas mag mag di tangannya
"Mamaaaaa, kami bukan anak kecil" ucap ketiga anak kembar itu sambil memanyunkan mulutnya kesal
Jovanka tertawa geli melihat ketiga anaknya yang bertingkah seperti orang dewasa.
"Mama kami tidak sedang bercanda, kami tidak mau minum susu" teriak Daffi bersedekah dada
"Iya ma, atu juga ga mau" ucap Davina yang masih belum lancar bicara
"Kalau kamu masih kecil, bicara saja belum lancar, jadi wajar kamu minum susu" cibir Daffi pada adiknya
"Atu bukan anak kecil, kak Dafi dan aku cuma beda lima menit saja" ucap Davina bertolak pinggang
Sementara si sulung hanya menggeleng dan kembali fokus pada komputer didepannya
"Sayang, Susu baik untuk pertumbuhan kalian, buat otak kalian. Bagaimana kalian bisa tinggi jika minum susu saja kalian susah" ucap Jovanka mensejajarkan tubuhnya dengan putra dan putrinya
"Atu mau besar ma, bial kak Daffi bica aku tonjok" ucap Davina
"Kamu ditakdirkan jadi kurcaci walau minum susu sekalipun" goda Daffi
"Mamaaaaa" teriak Davina mengadu pada Jovanka membuat ia tertawa lucu melihat tingkah anak-anaknya
"Daffi minum susumu atau mama akan marah dan Davina juga, tapi bukan untuk menonjok kakakmu sayang, kalian harus saling menyayangi dan kak Daffa dan kak Daffi harus melindungi adik Kalian ya" ucap Jovanka mengelus puncak kepala putranya.
Dengan tersungut Daffi meminum susunya, sementara Davina sudah merengek minta di gendong Jovanka.
Jovanka menghampiri putra sulungnya , alisnya berkerut melihat apa yang di kerjakan putranya
"Sayang apa kamu sedang main game? mama sudah bilang tidaka ada game saat hari biasa" ucap Jovanka menegur lembut anaknya
"Aku sedang membuat game bukan bermain" ucap Daffa lalu turun dari kursinya mengambil gelas mag mag dari tangan Jovanka dan berjalan ke dapur, tak lama ia kembali dengan gelas mug di tangannya
"Sayang apa kau buang susumu??? susu bisa membuat kalian pintar, mama harap kalian patuh meminum susu kalian, mama mau bayi-bayi mama semua pintar dan sehat" ucap Jovanka mendesah
"Ma, aku meminum susuku, tapi bisakah jangan menaruhnya di gelas mag-mag, kami sudah terlalu tua meminum dari sana" ucap Daffa meneguk susu nya perlahan lalu kembali ke kursinya kembali fokus pada komputer didepannya
"Astaga, apa dia beneran anaknya??? dosa apa ia hingga punya anak yang bersikap lebih dewasa dari usianya, dan sikap angkuh itu? darimana berasal???" gumam Jovanka menghela nafas, ia hanya berharap putera dan putrinya bersikap layaknya anak seusianya
"Ah baiklah" ucap jovanka frustasi, ia menyiapkan sarapan untuk anak-anaknya, lalu meminta mereka duduk di meja makan
Jovanka terbiasa membuatkan sarapan lalu mengantar anaknya sekolah, setelah itu ia akan berangkat kerja.
Jovanka harus membanting tulang untuk menghidupi ketiga anaknya, ia tak mau terus menyusahkan dokter Adrian, karena Jovanka tahu jika dokter Adrian menaruh hati padanya, namun Jovanka tidak mau membuat dokter Adrian berharap lebih saat ia juga tak tahu perasaanya saat ini.
Jovanka masih trauma dengan laki.
Setelah mendapatkan ijasahnya, Jovanka bekerja di sebuah perusahaan kecil yang berada di kota tersebut.
Siang itu setelah rapat, Jovanka di panggil oleh atasannya, ia mendapatkan promosi jabatan karena ketekunan dan prestasi kerjanya.
Namun ia masih belum memberikan jawaban, karena syarat promosi jabatannya ia harus pindah ke kota kelahirannya, kota yang membuatnya trauma.
Setelah keluar dari ruang pimpinan perusahannya, ia langsung keluar dari kantor untuk menjemput anak-anaknya, Jovanka langsung memberhentikan taxi menuju sekolah anak-anaknya.
Jovanka terus melirik jam tangannya, ia sudah telat tiga puluh menit, pasti anak-anaknya sudah menunggu mereka dengan cemas.
" Maafkan mama sayang, mama telat" gumam Jovanka cemas
Sesampainya di sekolah anaknya, jovanka segera turun setelah membayar ongkos taxi, ia setengah berlari memasuki area sekolahan TK tersebut.
Jovanka mencari keberadaan tiga malaikat kecilnya, nampak di kejauhan mereka sedang duduk manis sambil memakan ice cream dan disana ada Adrian Yang sedang memangku si bungsu Davina yang sedang menikmati ice cream nya hingga mulutnya belepotan ice cream, dengan sabar dan penuh kasih sayang Adrian mengelap mulut Davina,
Hati Jovanka bergetar, ia merasa sedih karena harusnya anak-anaknya mendapatkan kasih sayang dari papa mereka, namun mereka tumbuh tanpa kasih sayang papanya, beruntung Adrian sangat menyayangi ketiga anaknya, namun Jovanka terus merasa bersalah karena sampai detik ini, ia masih tak memiliki perasaan pada pria itu.
"Mama....” teriak ketiganya lalu berlari memeluk mama mereka
"Bayi-bayiku tersayang" ucap Jovanka menciumi satu persatu anaknya
"Mama atu bukan bayi" protes Davina memanyunkan bibirnya
"Ah baiklah mama ralat, malaikat kecil.
Maaf ya mama telat"ucap Jovanka merasa bersalah
"Gak apa-apa ma, ada papa Adrian datang bawa ice cream" ucap Daffi menunjuk ice cream nya
Jovanka sampai lupa jika ada Adrian, ia tersenyum canggung ke arah Adrian
"Terima kasih mas, kamu sudah mau menjaga anak-anak"
"Mama, papa juga cium, tadi kami sudah" ucap si kecil Davina membuat wajah Jovanka bersemu merah
bagaimana anaknya ini bisa memintanya mencium Adrian seperti dirinya mencium anak-anaknya,
"Sayang, mama gak bisa mencium dokter Adrian, itu gak sopan, karena kami bukan suami istri sayang" ucap Jovanka memberi pengertian putrinya
"cium mama" ucap Davina cemberut
"Sayang ini..."
"Bagaimana jika Davina memberi papa ciuman mewakili mama??" ucap Adrian
"Boleh"ucap Davina memeluk Adrian dan menciumnya, nampak wajah Adrian menjadi kotor oleh ice cream yang menempel di bibir mungil Davina
Jovanka merasa tak enak, tapi justru Adrian mencium pipi gembul Davina menggelitiknya membuat putrinya itu tertawa senang.
"Ah alangkah bahagianya jika keluarga mereka lengkap, tapi dimana ia harus mencari pria yang sudah menghamilinya??? namanya saja ia tak tahu, wajahnya apa lagi, ia hanya ingat siluet tubuhnya, dan aroma tubuh pria itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 220 Episodes
Comments
☠zephir atrophos☠
adik laknat😂
2023-08-14
0
😂
2022-08-20
0
나의 햇살
masih usia 6 tahun udah dibilang terlalu tua 🤣🤣
2022-07-04
0