Bab 15
Zoya dan Zein masuk ke kamar pengantin yang juga sekaligus kamarnya Zoya.
Mereka duduk berdua di bibir ranjang. Suasana canggung dirasakan oleh mereka berdua, karena ini kali pertama mereka berada di dalam kamar yang sama.
"Sini aku bantu melepas sanggulmu," Zein menawarkan diri untuk membantu Zoya melepaskan sanggulnya.
Dengan telaten dan perlahan, Zein melepaskan satu persatu aksesoris yang menempel di kepala Zoya.
Tusuk konde, dan bunga melati yang ada di kepala Zoya telah terlepas semua, kemudian Zein melepaskan sanggul itu dan meletakkannya di meja rias.
Zein membantu merapikan rambut Zoya dengan menyisirnya secara perlahan.
Glek!
Zein menelan air liurnya dikala melihat tengkuk putih mulus dan kenyal milik Zoya.
"Mas Zein aku mandi dulu aja," ucap Zoya.
"Eh, iya," ucap Zein agak gugup.
Secara bergantian mereka mandi, kini mereka telah selesai mandi dan kembali duduk di bibir ranjang.
Zoya maupun Zein bingung apa yang harus dilakukan selanjutnya.
Lama mereka berdiam dalam keheningan, akhirnya Zein memulai pembicaraan.
"Kamu sudah ngantuk?" tanya Zein seraya menatap Zoya.
"Belum juga?" sahut Zoya agak merinding ditatap seperti itu oleh Zein.
"Apa kita akan melakukannya sekarang?" tanya Zein gugup.
"Apa?" tanya Zoya.
"Hmmm…. melakukan malam pertama," ucap Zein malu - malu.
"Jika kamu mau, ayo kita lakukan?" sahut Zoya tak kalah malu.
"Kamu yakin? Kamu tidak lelah kan?" tanya Zein ingin lebih memastikan kesiapan Zoya.
"Tidak!" tegas Zoya lalu wajahnya berubah merona menahan malu.
"Sini aku bantu mengeringkan rambutmu," ucap Zein seraya merebut handuk dari tangan Zoya dan memulai menggosokkan handuk itu ke rambut Zoya.
Zoya pasrah lalu dia membelakangi Zein, agar Zein lebih mudah mengeringkan rambutnya.
Zein kembali membantu menyisir rambut hitam panjang milik Zoya.
Rambutmu sangat bagus, cocok jadi model iklan shampo, " puji Zein dengan tulus karena memang rambut Zoya sangat indah.
Zoya tersipu mendengar pujian dari Zein, "Ehem, terima kasih," sahut Zoya.
"Sudah selesai," ucap Zein lalu dia meletakkan handuk di kamar mandi.
Setelah meletakan handuk di kamar mandi, kemudian Zein kembali duduk di samping Zoya, namun kali ini lebih dekat.
"Zoy,!" Zein menyebut nama Zoya dengan suara agak serak.
Kemudian Zein merangkul pinggang Zoya.
Cup!
Zein mengecup leher putih mulus milik Zoya, tubuh Zoya berdesir, jantungnya berdegup kencang, tubuhnya serasa mendapat sengatan listrik bertegangan rendah, padahal cuma dicium saja.
Zein menangkup pipi Zoya agar menghadap pada dirinya, lalu dengan lembut Zein membelai rambut Zoya yang masih basah itu. Zein menyampirkan rambut Zoya ke belakang telinganya.
"Cantik!" ucap Zein seraya mengusap bibir tipis Zoya dengan ibu jarinya.
Tubuh Zoya meremang dan bergetar, jantungnya Zoya meletup - letup tidak karuan. Seluruh tubuh Zoya juga menegang.
Begitu pula dengan Zein, menyentuh bibir Zoya membuat tubuhnya menegang. Jantung Zein berdegup kencang. Sumpah Zein juga merasa gugup.
Zein semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Zoya, hidung, kening mereka beradu, Zein memiringkan kepalanya dan…
Cup!
Bibir tebal itu sudah menempel di bibir tipis milik Zoya, sesaat benda kenyal itu menempel di sana, dingin dan basah itu yang dirasakan mereka.
Zein mencium bibir Zoya dengan lembut, walaupun masih kaku.
C**man itu berubah menjadi luma**n liar dan menuntut.
Zein menggigit bibir bawah Zoya dengan lembut sehingga mulut Zoya agak terbuka, kesempatan itu digunakan Zein dengan baik. Zein menerobos lebih dalam lagi, lidahnya mengeksplor yang ada di dalam sana.
Setelah dirasa sesak dan tidak bisa bernafas mereka melepas pagutan itu sesaat,.
Nafas mereka berdua semakin memburu tidak karuan, rasa malu pun sudah menguap entah kemana. Pokoknya pengantin baru itu ingin segera menuntaskan hasrat yang semakin membara.
Zein mengangkat tubuh Zoya ala-ala bridal style, lalu Zein merebahkan tubuh Zoya di kasur. Dia mengungkung Zoya.
Mata Zein berkabut penuh gairah, satu persatu kancing piyama Zoya dilepasnya dengan tidak sabaran.
Setelah kancing terlepas semua, dengan terburu - buru dia melepaskan piyama atas Zoya dan dilempar entah kemana.
Dengan tidak sabaran Zein meraup benda kenyal kembar milik Zoya, yang sebelumnya penutupnya telah Zein lepas juga.
Agh..! Mmh! pekik Zoya tertahan.
Zoya sangat menikmati sapuan itu di dadanya.
Beberapa kali dia dibuat mendesah tidak berdaya oleh Zein.
Terkadang lembut, terkadang terburu - buru, terkadang agak kasar, Zein dalam memberi sentuhan di tubuh bagian atas Zoya yang kini telah polos.
Zein menghisa* leher Zoya tanpa ampun, stempel merah keunguan sudah tercetak dimana - mana.
Bagian bawah tubuh Zein sudah menegang dengan sempurna, siap memangsa buruannya.
"Zein segera membuka bawahan piyama Zoya, namun dia terkejut karena pakaian dalam Zoya terdapat bercak kemerahan.
" Zoy," lirihnya.
" Iya mas? " tanya Zoya keheranan karena Zein dengan seketika menghentikan aktivitas panasnya.
"Kamu datang bulan? " tanya Zein dengan raut kecewa.
"Masa sih,?" tanya Zoya tidak percaya lalu dia melihat kebawah.
" Astagfirullah,! Zoya sedikit memekik, dengan segera dia beranjak dari tempat tidur, Zoya dengan cepat mengambil ****** ***** dan pembalut di laci dan berlari ke kamar mandi. Tidak lupa Zoya memungut pakaiannya terlebih dahulu.
Tak berapa lama Zoya keluar dari kamar mandi, sungguh Zoya sangat malu karena Zein sudah melihat dirinya dalam keadaan seperti itu.
"Maaf ya, " ucap Zoya dengan kikuk.
"Untuk?" Zein bertanya.
"Malam pertamanya tidak jadi," jawab Zoya dengan tersipu.
"Tidak apa - apa, masih banyak waktu," ucap Zein seraya menyeringai.
"Kemarilah! kita tidur saja pasti kamu lelah," ajak Zein seraya melambaikan tangan.
Zoya mendekat dan merebahkan badannya di samping Zein, lalu Zein menarik Zoya kedalam pelukannya.
"Kamu masih menegang?" tanya Zoya merasa bersalah. Zoya bisa merasakan ada yang mengganjal di bawah sana.
"He 'em, biarkan saja nanti tidur - tidur sendiri," ucap Zein seraya terkekeh.
Semakin lama, yang di bawah sana bukannya tertidur tapi semakin cenat - cenut karena menempel dengan tubuh Zoya.
"Sepertinya aku harus menidurkanya di kamar mandi," ucap Zein dengan frustasi.
"Maksudnya?" tanya Zoya dengan polos.
"Adikku tidak mau tidur, mungkin harus aku tidurkan di kamar mandi, mungkin menggunakan sabun," ucap Zein.
"Ish.. Kamu itu! Sini aku bantu, aku pernah baca di mbah gogle, gitu itu hanya boleh dilakukan oleh tangan istri, selain itu tidak boleh," ucap Zoya terpaksa mengatakannya, padahal dia malu setengah mati.
"Emang kamu bersedia?" tanya Zein.
Tanpa menjawab pertanyaan Zein lagi, tangan Zoya, meremas dan menggosok - gosok adiknya Zein dan tak berapa lama, Zein melenguh nikmat.
Pelepasan pertama di malam pertama dia dapat dengan menggunakan tangan istrinya.
"Makasih ya," ucap Zein sambil tersenyum lebar merasa senang karena adiknya tertidur dan tidak cenat - cenut lagi, lalu dia mengecup dahi Zoya.
Zoya mengangguk dan tersenyum tipis.
Setelah Zoya mencuci tangan dan Zein mencuci adiknya, mereka kembali merebahkan badan mereka di kasur yang empuk dan akhirnya mereka terlelap dengan posisi saling berpelukan.
My Bab 16
Adzan subuh berkumandang, setelah mandi besar, Zein menunaikan sholat subuh dengan khusuk, selesai sholat tidak lupa Zein berdoa untuk ibunya, almarhum ayahnya, untuk dirinya dan Zoya, juga mendoakan orang tua Zoya.
Setelah selesai berdoa dan berzikir, Zein kembali ke ranjang, merebahkan badanya di samping Zoya. Dipandanginya wajah cantik istrinya yang baru dinikahi kemarin.
"Kalau kamu sudah selesai datang bulannya, nanti kita akan sholat subuh berjamaah," gumam Zein dalam hati.
Zein tersenyum bahagia karena kini dirinya telah memiliki seorang istri yang akan selalu menemaninya.
Zein bersyukur bisa menikah dengan Zoya walaupun dia belum lama mengenal Zoya. Tapi Zein yakin kalau Zoya adalah jodoh terbaik untuk dirinya.
Zein mengecup dahi Zoya, lalu memeluk pinggang Zoya dan Zein kembali ikut terlelap bersama Zoya.
*****
Matahari pagi sinarnya menyusup masuk kedalam kamar, melewati celah tirai. Cahayanya yang menyilaukan membuat pengantin baru itu terjaga.
Zoya seketika membuka matanya, Zoya melihat jam di dinding yang menunjukan pukul 9 pagi.
Zoya menguap dan menggeliat, eh, dia baru sadar jika di pinggangnya ada sebuah tangan kekar melingkar.
Zoya baru sadar jika dia tidak tidur sendirian lagi. Dipandanginya wajah tampan suaminya, Zoya tersenyum seraya mengelus lembut wajah suaminya itu.
"Saat tidur pun kamu terlihat sangat tampan dan segar," Zoya mengagumi ketampanan suaminya itu. Eh, Neng Zoya tentu saja terlihat segar, tadi subuh kan, Mas Zein udah mandi.
Zoya tersipu mengingat kejadian tadi malam. Ingin sekali dia segera selesai tamu bulanannya, agar bisa mengulangi kejadian tadi malam dan melanjutkannya lebih dari itu.
Zein yang masih terlelap bisa merasakan jika ada yang mengelus - elus pipinya. Zein pun membuka matanya dan tersenyum melihat Zoya yang sedang membelai pipinya.
"Eh,! sontak Zoya terkejut dan menjauhkan tangannya, tapi Zein menangkap tangan itu dan meletakan kembali di pipinya.
"Sudah bangun? Istriku yang cantik," goda Zein seraya tersenyum lebar.
" Hem, " ucap Zoya.
Cup!
Zein mengecup bibir Zoya, sontak Zoya merasa terkejut, lalu dia menutup mulutnya dengan sebelah tangannya, karena sebelahnya lagi dipegang Zein. Dia merasa malu karena belum gosok gigi.
Zein terkekeh melihat tingkah Zoya, "Kenapa ditutup mulutnya?" goda Zein.
"Aku belum gosok gigi!" sahut Zoya sambil terus menutup mulutnya dengan tangan.
"Aku mau mandi!" ucap Zoya.
"Sebentar saja," ucap Zein lalu menarik Zoya kedalam pelukannya dengan erat. Zein mengecup rambut, pipi dan leher Zoya.
"Setelah puas memeluk Zoya, Zein melepaskan Zoya, " Sana kalau mau mandi! " ucap Zein kepada Zoya.
Zoya pun bergegas pergi ke kamar mandi.
Selesai mandi Zoya tidak menemukan Zein di kamarnya, lalu Zoya berganti pakaian dan merias diri sedikit biar kelihatan segar.
"Ck!" Zoya berdecak kesal saat melihat tanda merah di lehernya di cermin, lalu Zoya mengoleskan foundation agak tebal di lehernya dan menutupnya dengan bedak agak tebal, tanda itu agak samar terlihat walaupun tidak sepenuhnya hilang, beruntung rambut Zoya panjang sehingga bisa menutup lehernya.
Zoya keluar dari kamarnya, ternyata Zein sedang mengobrol dengan mama dan papa juga ibu Mira, di meja makan sambil menikmati sarapan.
'Sini Zoy! Mama mengajak Zoya untuk bergabung.
Zoya pun ikut duduk di meja makan, "Sarapan dulu Zoy!" titah Mama seraya menyodorkan roti bakar yang telah diolesi selai coklat.
Zoya pun menerima roti itu, "Ibu Mira sudah sarapan?" tanya Zoya kepada ibu Mira.
" Sudah Nak Zoya! " jawab ibu Mira.
" Ibu akan pulang hari ini juga, " ucap ibu mira.
" Kok terburu - buru?" tanya Zoya kecewa.
" Maafkan Ibu, Ibu masih banyak urusan di kota Batu, kebun Ibu sebentar lagi mau panen, jika urusan Ibu telah selesai ibu akan mengunjungi kalian lagi," ucap ibu.
Ibu Mira termasuk petani sukses di kota Batu dia memiliki banyak kebun, mulai dari cabe, sayuran dan buah - buahan ditanam di kebunnya.
" Zein antar ya bu, " ucap Zein.
" Jangan, Ibu sudah dijemput Pak Man, dia sudah ada di depan, kamu pengantin baru temani saja istrimu," ucap ibu.
Pak Man adalah orang kepercayaan ibu, mungkin kalau orang kota menyebutnya asisten.
"Baiklah! Bu," ucap Zein pasrah karena ibunya itu tidak akan pernah bisa dipaksa.
Zoya, Zein, mama dan papa mengantar ibu mira sampai depan rumah.
"Hati - hati ya bu," pesan Zein lalu Zein mencium tangan ibu dan memeluk ibu dengan erat.
"Udah! Baik - baik sama menantu Ibu ya, jaga dia dengan baik, kalau ada waktu longgar bawa menantu Ibu ini ke kota Batu," ucap ibu kepada Zein.
"Nak Zoy, Pak Rendra, Bu Medina saya permisi dulu ya," Bu Mira berpamitan.
Zoya dan mama bergantian cipika - cipiki dengan ibu mira.
Setelah selesai berpamitan ibu masuk ke dalam mobil dan menutup pintu mobil, ibu menurunkan kaca jendela mobil lalu melambaikan tangan dan tersenyum pada mereka.
" Pak Man hati - hati ya!" seru Zein kepada pak Man.
"Iya Mas, beres," ucap pak Man seraya melajukan mobil itu.
Zein memandang mobil ibu sampai, mobil itu menghilang di belokan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Lina Zascia Amandia
Gagal euy mlm pertamanya.
2022-08-23
0
Nona Bucin 18294
like like like 💜💜
2021-11-30
0