Bab 4

Bab 4

Zein tidak bisa melupakan peristiwa tadi siang, makan siang bersama Zoya merupakan peristiwa yang paling bersejarah.

Zein merasa paling beruntung karena bisa merasakan masakan Zoya.

Semenjak Zein menemani Zoya di rumah sakit, Zein sudah mulai tertarik dengan Zoya.

Tapi dia tidak menyangka sama sekali kalau Zoya malah mengundangnya makan siang.

Begitu banyak para gadis yang tertarik dengan Zein bahkan anak bosnya juga menyukai Zein. Tapi sedikit pun Zein tidak menggubrisnya, Zein sangat malas berhubungan dengan wanita. Bagi Zein wanita itu sangat merepotkan dengan tingkah lakunya yang manja.

Tapi setelah bertemu dengan Zoya, cara berpikir Zein terhadap wanita berubah tiga ratus enam puluh derajat.

Zein terpesona dengan kecantikan Zoya dan juga Zein suka masakan Zoya.

"Ah, sepertinya aku harus mendekati gadis itu, ucap Zein dalam hati sambil senyum - senyum sendiri.

"Tapi apa dia mau ya? Aku kan hanya seorang montir," batin Zein tiba - tiba merasa pesimis.

"Tapi aku harus mencobanya," ucap Zein dalam hati.

"Woy.. kesambet ya kamu!? Dari tadi bengong sambil senyum - senyum sendiri, hii..!" seru pak Adi sambil bergidik.

"Istighfar Zen! Eling! Eling!" ucap yudis sambil menggoyang-goyangkan bahu Zein.

"Ish..! Apaan sih!" siapa yang kesambet?" ucap Zein seraya terkekeh.

Baru saja gadis itu menari - nari di dalam pikiran Zein, sekarang gadis itu sudah berdiri di hadapannya.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, itulah perumpamaan yang cocok untuk Zein.

" Mas, Zein!" seru Zoya dengan riang.

" Mbak Zoya!" balas Zein dengan senyum sumringahnya.

"Ini ada kue dari mamaku," ucap Zoya seraya menyerahkan kantong kresek putih berisi kue pemberian yang katanya dari mamanya Zoya.

Woow,... Serasa mendapat durian runtuh Zein senang bukan main. Bukan karena kuenya tapi karena gadis yang mengantarnya.

Kalau tidak malu, ingin rasanya Zein bersorak - sorak karena bahagia.

"Makasih banyak Mbak Zoya," ucap Zein seraya menerima kue tersebut.

"Aku permisi dulu ya, Mas," pamit Zoya.

"Eh, iya Mbak! Oh iya, bagaimana kabar mama kamu? kemarin saking senangnya saya sampai lupa menanyakan kabar mama kamu," ucap Zein jujur.

Kemarin saking senangnya diundang makan siang, Zein lupa menanyakan kabar mamanya Zoya.

"Mama sudah baik," jawab Zoya.

"Baiklah Mas, saya harus pergi," ucap Zoya.

Eh iya, Mbak makasih ya, " sahut Zein.

Zoya mengangguk dan tersenyum kepada Zein.

Gedubraak..!

Zein serasa ingin pingsan melihat senyum gadis cantik itu, hatinya benar-benar meleleh melihat bibir tipis, berwarna pink dengan gigi putih yang berbaris rapi.

Senyum Zein terus mengembang sampai mobil yang dikendarai Zoya menghilang.

🌷🌷🌷🌷🌷

Keesokan harinya Zein diundang makan siang lagi oleh mama.

Tidak perlu didatangi ke bengkel lagi, Zoya cukup mengirim pesan kepada Zein, karena waktu kemarin Zoya sudah meminta nomor ponselnya Zein atas perintah mama.

"Bagaimana Zein bersedia datang untuk makan siang di rumah kita?" tanya mama dengan antusias.

"Bersedia Ma," jawab Zoya.

Sebenarnya Zoya heran dengan mama, mengapa mamanya itu begitu terobsesi kepada Zein? tapi Zoya enggan membahasnya, yang terpenting bagi Zoya mamanya senang dan tidak melakukan hal-hal yang aneh.

Tak berapa lama Zein pun datang. Zoya mempersilahkan Zein langsung masuk ke ruang makan.

Zein sangat kagum dengan rumahnya Zoya meskipun tidak terlalu mewah tapi rumah Zoya termasuk rumah yang bagus dengan segala isinya yang tentunya mahal - mahal dan berkelas. Selain itu rumah Zoya sangat bersih dan nyaman.

"Sini Zein, duduk!" ajak mama. Sepertinya mama mulai akrab dengan Zein.

"Tante, ini saya bawakan buah-buahan untuk Tante, " ucap Zein seraya menyerahkan kantong kresek putih berisi buah-buahan dari salah satu supermarket.

"Wah.. terima kasih ya Zein," ucap mama lalu meletakan kantong tersebut di meja makan.

Zoya hanya memperhatikan interaksi kedua orang itu.

"Sepertinya mama menyukai Mas Zein. Masa, mama jatuh cinta sama Mas Zein? Ish.. Apa sih yang aku pikirkan ini? Ada - ada saja," ucap Zoya dalam hati. Zoya merasa lucu dengan dugaannya itu, dia berusaha membuang jauh - jauh pemikiran itu.

Mereka bertiga sudah duduk di meja makan dengan tenang.

Saat mereka bertiga sedang menikmati makan siang mereka, tiba-tiba papanya Zoya datang.

Wah…! Kalian makan siang tidak ajak - ajak Papa, " ucap papa sambil melirik kepada Zein.

Sontak mama terkejut dengan kedatangan papa.

Tapi mama tidak bereaksi, mama hanya diam dan tetap menyuapkan makanan ke mulutnya.

Zoya merasa tidak enak, kalau harus bersikap cuek kepada papa seperti mama, karena ada Zein saat ini.

"Eh, iya pa, ayo gabung," ajak Zoya seraya mengambilkan piring untuk papa.

Papa pun ikut gabung dengan mereka, papa mengambil nasi beserta lauk pauknya.

Atmosfer di ruang makan terasa dingin dan canggung Zein bisa merasakannya.

" Zoy, siapa dia? tanya papa penasaran dengan pemuda di hadapannya ini.

" Teman Zoya Pa," ucap Zoya.

"Zein ini Papaku, " ucap Zoya memperkenalkan papanya pada Zein untuk mengusir kecanggungan.

Zein mengangguk hormat dan sopan pada papanya Zoya, " Siang, Om," ucap Zein.

Papa hanya mengangguk.

"Saya sudah selesai, silahkan kalian lanjutkan makan siangnya," ucap mama lalu meninggalkan meja makan dan masuk ke kamarnya. Mama sudah merasa malas dengan keberadaan papa.

"Maaf permisi," ucap papa kepada Zein lalu papa menyusul mama ke kamar.

Nampak mama sedang duduk di sisi ranjang sambil menatap kosong ke arah jendela.

"Ma, mau sampai kapan Mama menghindari Papa terus," ucap papa seraya duduk di samping mama.

Mama tidak menjawab, mama hanya diam saja.

"Ayolah Ma, Mama harus bisa menerima keberadaan Melly sebagai istri muda Papa, mari kita hidup dengan akur dan rukun," ucap papa memohon kepada mama.

"Jangan mimpi kamu! Lebih baik kamu ceraikan aku saja!" Pekik mama dengan air mata yang mulai menggenang.

"Ma, sampai mati pun, Papa tidak akan menceraikan Mama, Mama tetap istri Papa yang pertama, Papa tetap akan menyayangi Mama.

" Sayang kata kamu!? Tapi kamu tidak adil kamu lebih banyak menghabiskan waktu kamu dengan wanita itu, " mama meluapkan emosinya.

Papa menghela nafas panjang, papa juga menyadarinya, memang selama ini dia lebih banyak tinggal dengan Melly ketimbang dengan Medina dan Zoya.

Tapi bagaimanapun Melly memberikan apa yang dibutuhkan oleh laki - laki normal seperti papa, papa butuh melampiaskan hasratnya, sedangkan usia mama sudah tidak memungkinkan lagi.

Memang laki-laki meskipun sudah berusia lima puluh tahun gairah se**alnya masih meledak - ledak, namun berbeda dengan wanita mungkin di usia itu gairahnya sudah mulai memudar.

"Maafkan Papa, jika Papa tidak adil, Papa janji untuk kedepannya Papa akan membagi waktu untuk kalian," ucap Papa seraya memeluk mama dan mencium pipi mama.

Bagaimanapun papa tidak bisa tidak menyayangi mama, karena mamalah yang menjadikan papa bisa sesukses sekarang, mamalah yang menemani papa mulai dari nol sampai sukses, mamalah yang selalu ada disamping papa dalam suka dan duka.

Mama hanya diam dipeluk papa, sungguh mama juga masih menyayangi papa, mama tidak rela kalau harus kehilangan papa.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!