Di Undang Makan Siang

Bab 3

Medina mengintip kepergian Rendra dari balik jendela, terlihat jelas raut kecewa di wajahnya.

Suami yang selama ini dicintainya dengan sepenuh hati, begitu tega meninggalkan dirinya dan Zoya hanya demi wanita rubah itu.

Melly adalah istri muda Rendra, yang dinikahi secara siri selama setahun ini.

Tapi Melly sudah merenggut kebahagian yang dijaga Medina selama 30 tahun ini.

Medina sangat membenci Melly karena telah merebut suaminya secara terang - terangan.

Melly seorang wanita berumur tiga puluh lima tahun dengan dandanan seksi, tentunya Rendra terpikat dengan kecantikannya.

Setahun yang lalu dengan terang - terangan mereka meminta izin kepada Medina untuk menikah .

Medina menolak dengan keras pernikahan itu dengan alasan Medina tidak mau dimadu, akan tetapi cinta sudah membutakan Rendra sehingga pernikahan itu tetap dilaksanakan.

Zoya mengerti apa yang dirasakan mamanya itu. Dengan lembut Zoya mengusap punggung mama.

"Ma, biarkan saja Papa pergi! Mama masih memiliki Zoya dan Kak Zetta," ucap Zoya berusaha menenangkan mama.

Mama tersenyum getir tapi mama tetap mengangguk sebagai tanda mengiyakan ucapan Zoya.

"Ayo Ma, kita keluar! Papa sudah pergi," ajak Zoya kepada mama seraya merangkul mama mengajak mama keluar dari kamar.

"Zoya akan memasak, jadi Mama duduk saja sambil menonton sinetron kesukaan mama."

Satu jam kemudian Zoya sudah selesai memasak. Lalu Zoya mengajak mama untuk makan.

"Zoy, Mama baru ingat, siapa pemuda yang membawa Mama ke rumah sakit pada waktu itu, apakah dia temanmu? " tanya Mama sambil mengunyah makanannya.

"Oh, itu. Zoya baru mengenalnya hari itu juga Ma, dia seorang montir yang memperbaiki mobil Zoya," jawab Zoya.

"Sepertinya dia laki-laki yang baik, siapa namanya?" tanya mama.

"Siapa ya?" Zoya berusaha mengingat pria itu.

"Oh iya Ma, aku ingat, namanya Zein!"

"Mama ingin bertemu dengannya, bisakah kamu membawanya untuk Mama? Mama ingin berterima kasih kepadanya, karena sudah menolong kita," ucap mama.

"Iya, nanti Zoya usahakan Ma."

Mama tersenyum senang dengan janji Zoya yang akan mempertemukan dirinya dengan pemuda itu.

Keesokan harinya.

Zoya mendatangi bengkel tempat Zein bekerja,dengan berbekal kartu nama yang diberikan Zein pada waktu itu.

"Permisi mas, apakah di sini ada yang bernama Zein?" tanya Zoya pada salah seorang pegawai bengkel tersebut.

Oh, Zein, tunggu sebentar ya, Mbak, saya panggilkan!" ucap pegawai bengkel berusia sekitar empat puluh tahun itu dengan ramah.

Tak berapa lama pria itu kembali bersama Zein.

"Zein ini, Mbak yang mencari kamu," ucap pegawai bengkel itu.

"Iya, makasih ya Pak Adi," ujar Zein.

"Mbak Zoya? Ada apa ya, apakah ada masalah dengan mobilnya?" tanya Zein, Zein merasa senang bercampur terkejut, bisa bertemu dengan gadis cantik itu lagi.

"Tidak! Mas Zein, mmh.. , Mamaku ingin bertemu Mas Zein, Mama ingin mengucapkan terimakasih dengan mengundang Mas Zein untuk makan siang di rumah sekarang, bisa?

Bukan main, Zein merasa senang, Zein serasa mendapatkan jackpot.

" Baik Mba! Bisa! Saya akan minta izin dulu kepada bos," ucap Zein dengan cepat dan bersemangat.

Setelah minta izin, Zein pun mengikuti mobil Zoya menggunakan motor maticnya menuju ke rumah Zoya.

Beberapa menit kemudian mereka sampai di rumahnya Zoya, Zoya mempersilahkan Zein untuk masuk.

Mama menyambut Zoya dan Zein dengan suka cita.

"Ayo silahkan, langsung ke ruang makan Nak Zein," ucap mama dengan ramah.

Mama dan Zoya sengaja memasak makan siang untuk mengundang Zein.

"Waduh, saya menjadi tidak enak tante, pasti merepotkan," ucap Zein yang sebenarnya merasa sungkan diperlakukan seperti tamu spesial.

"Tidak apa - apa Nak Zein, ini sebagai ungkapan terima kasih tante karena sudah membantu Zoya pada waktu itu."

"Tidak apa-apa tante, saya ikhlas membantu sesama," ucap Zein apa adanya.

"Sudah! Sudah! ngobrolnya nanti aja, sekarang makan dulu yuk! Nanti keburu dingin," ucap Zoya menginterupsi.

Dengan tenang dan lahap mereka pun menghabiskan makan siang mereka.

"Masakannya enak banget tante, apakah tante yang masak?" puji Zein.

"Yang masak Zoya, kalau tante cuma bantu potong - potong saja," ujar Medina.

"Wah, Mbak Zoya selain cantik juga pintar memasak ya?" puji Zein dengan tulus.

Wajah Zoya merona dipuji seperti itu, namun dia hanya tersenyum tipis padahal dalam hatinya meletup-letup bahagia.

Selesai makan siang, Zein berpamitan kepada Zoya dan mama, karena Zein harus kembali bekerja.

Sebenarnya, mama ingin mengobrol banyak dengan Zein, mama ingin mengetahui latar belakang Zein.

Sepertinya mama menyukai pemuda itu, selain tampan, Zein juga memberikan kesan yang baik pada mama.

Zein

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!