Sebelum bel sekolah berbunyi Leon sudah tiba dan memarkirkan motornya tak jauh dari gerbang sekolah.
Sepuluh menit kemudian bel berbunyi dan anak-anak sekolah satu persatu keluar gerbang. Leon yang sudah menyalakan sepeda motornya memperhatikan satu persatu murid yang keluar gerbang, ia mencari keberadaan Jesselyn yang belum muncul.
Leon kembali tersenyum kecut dengan apa yang sedang ia lihat. Tanpa menunggu lama ia langsung mengejar sepeda motor yang membawa Jesselyn.
"Leo..." Jesselyn kaget dan berteriak memanggil nama Leo saat sebuah sepeda motor dengan tiba-tiba berhenti di depan mereka. Leo yang juga tak kalah kagetnya seketika merem motornya agar tidak menabrak motor di depannya.
"Naik!" pelan namun nada suara Leon begitu mengintimidasi.
"Kak Leon?" ucap Jesselyn bingung melihat Leon.
"Cepat naik!" meninggikan suaranya sehingga membuat Jesselyn bergidik ngeri.
"Tapi kak, aku..."
"Aku bilang cepat naik sekarang," nada suara Leon semakin mengintimidasi. Karena sedikit takut akhirnya Jesselyn turun dari motor Leo dan menghampiri Leon. Leo hanya diam namun pandangannya seolah menyelidik Leon, ia ingin mengatakan sesuatu namun ia urungkan karena takut jika ucapannya mengakibatkan masalah bagi Jesselyn nantinya.
"Maaf ya Leo aku pulang sama kak Leon hari ini?"
"Ya udah cepat sana. Hati-hati ya?"
Perjalanan pulang sekolah hari ini terasa panjang bagi Jesselyn, ia yakin pasti ada sesuatu tapi tidak berani untuk bertanya.
Ia tertawa kecil saat melihat dirinya dari spion, merasa lucu akan dirinya yang saat ini berada di boncengan Leon dengan memakai helm Leo.
"Aw!! Kenapa tiba-tiba ngerem sih kak?" Jesselyn spontan memeluk pinggang Leon dari belakang.
"Lepas!" perintah Leon penuh penekanan.
"Maaf kak tadi ngak sengaja" ia langsung melepaskan tangannya dari pinggang Leon.
Leon kembali menjalankan motornya dengan cukup kencang sampai membuat Jesselyn menahan nafas berkali-kali.
Saat akan memasuki rumah, Leon mengatakan sesuatu yang membuat Jesselyn sedih namun tak ditunjukkannya di hadapan Leon.
"Makasih kak Leon" ucap Jesselyn saat turun dari motor.
"Makasih? hm.....(menghela napas)
Makasih juga buat ini (menunjukkan bekas luka di bibir). Terimakasihmu akan sangat berarti kalau ngak nyusahin orang lain dan ngak nimbulin masalah buat orang lain. Paham?"
Jesselyn tidak mengerti apa yang diucapkan Leon, ia menengadah kelangit agar air matanya tidak jatuh. Dengan kepala tertunduk ia memasuki rumah mengikuti Leon yang sudah berjalan terlebih dulu.
Di dalam rumah, Bagas dan Lena sudah menunggu mereka.
"Om Bagas ada di rumah, bukannya harusnya besok baru pulang?" Jesselyn berkata dalam hatinya ketika melihat Bagas yang duduk di sofa dan melihat kearahnya.
"Kamu duduk dulu ya nak ada yang mau kita tanya sama kamu," pinta Lena pada Jesselyn, ia hanya menurut karena tidak tahu apa-apa dan duduk di dihadapan suami-istri itu.
"Kamu juga duduk!" perintah Bagas pada Leon. Leon yang sudah menyadari situasinya tidak dapat berbuat apa-apa. Ia duduk disebelah Jesselyn.
"Jujur nak, kamu kesekolah naik apa selama om Bagas ngak ada?" tanya Lena dengan nada lembutnya.
"Diantar kak Leon tante" bohongnya karena belum menyadari permasalahan yang ada.
"Hari ini dia juga yang ngantar kamu?"
Kini Bagas yang bertanya karena ia sudah melihat kebenaran di pagi tadi.
"Ia om, tadi juga di antar kak Leon" bohongnya lagi dengan niat tidak ingin membuat Leon dalam masalah.
"Kalau kamu diantar kak Leon lalu anak laki-laki yang boncengin kamu kesekolah tadi naik motor siapa? Om ngak suka kamu bohong karena ingin menutupi kesalahan orang lain. Kamu ngak perlu berbohong lagi karena om sudah tahu yang sebenarnya," Bagas kesal karena Jesselyn yang berusaha menutupi kesalahan Leon
"Maaf om?" ingin rasanya Jesselyn menghilang saat itu juga, menghilang dari situasi yang serba salah.
"Papa ngak akan memperpanjang masalah ini, papa sudah terlalu capek akan pekerjaan diluar kota dan ditambah ini lagi sekarang. Papa marah ke Leon karena tanggung jawab yang papa berikan lagi-lagi tidak kamu lakukan.
Bagaimana kalau ada orang-orang jahat diluar sana yang ganggu Jesselyn? Ini kota besar, kalau ada apa-apa pada Jesselyn papa yang harus tanggung jawab. Om marah sama Jesselyn karena kamu berbohong. Om ini orangtua kamu selama disini, om ngak suka dibohongi. Satu lagi yang boncengin kamu tadi siapa dan sudah sejak kapan?"
"Namanya Leo om, teman satu kelas dengan Jesselyn dan tinggalnya juga ngak jauh dari sini. Sudah seminggu pergi dengan dia," kali ini Jesselyn berkata jujur tak ingin membuat Bagas marah.
"Lain kali kalau pulang dengan dia lagi, kamu suruh mampir kerumah."
"Iya om" jawab Jesselyn dengan kepala yang sedari tadi menunduk.
"Sekarang kamu ganti pakaian dan istirahat setelah makan siang," perintah Bagas yang mendapat anggukan dari Jesselyn.
Leon masih berada ditempat duduknya, ia merasa aneh karena papanya tidak semarah tadi pagi. Luka diujung bibirnya masih terasa perih saat dia membuka bibirnya.
Bagas dan Lena memilih makan siang diluar dengan tujuan menenangkan pikiran.
...Terimakasih semuanya yang tetap setia mengikuti cerita ini. Semoga dapat dinikmati ya ...Jangan lupa untuk like dan memberikan komentar yang membangun pastinya. ...
...Terimakasih ❤️❤️❤️❤️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Dari bab ini mengajarkan kita untuk jujur
2022-09-04
0
Siapa Aku
yg satu Leo, yang satunya lagi Leon, bingung dah perkara beda huruf n. ada aja si author
2022-08-20
0
Anonymous
kesel banget deh sama iklannya tapi aku suka ceritanya thor
2022-08-05
0