Leon Afandi adalah anak pertama dari pasangan Bagas dan Lena. Usianya setahun diatas Nadya. Mereka kuliah di Universitas yang berbeda. Leon lebih memilih kuliah di Universitas swasta walaupun dulunya ia diterima disalah satu Universitas Negeri. Sedangkan Nadya sangat senang ketika ia mengetahui bahwa dirinya diterima di Universitas Negeri yang sesuai dengan harapannya.
Nadya adalah seorang anak yang mudah bersahabat sedangkan Leon seorang yang cuek dan dingin namun dengan memiliki wajah tampan membuatnya menjadi idaman banyak gadis- gadis sejak ia SMA hingga kuliah saat ini.
Leon yang sangat suka menggambar memilih jurusan arsitektur dan saat ini berada di tingkat dua.
Pagi ini Lena sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk keluarganya. Sudah sejak subuh ia berada di dapur.
Nadya yang baru bangun langsung bersiap- siap untuk pergi kuliah karena ia sudah hampir terlambat karena bangun kesiangan. Sedangkan Jesselyn masih tidur dengan lelap dengan lampu kamar yang ia matikan.
Menurutnya ia akan lebih cepat tertidur jika lampu kamar dimatikan, dan cahaya lampu tidak bagus untuk kesehatan mata dipagi hari.
Nadya yang sedang menikmati sarapannya seakan mendengar sambaran petir ketika mendengar bentakan. Ia menoleh kearah ibunya seakan bertanya ada apa.
"Sudah, cepat habisin sarapan kamu kalau ngak mau telat," Lena tidak ingin Nadya ikut-ikutan diantar dua pria yang ada dirumah itu.
"Papa pasti lagi marahin kak Leon ya, ma? Mengenai soal kejadian semalam?"
"Biarin aja mereka. Kakak kamu juga sudah keterlaluan."
"Iya sih, ma. Tapi kasihan juga kak Leon. Papa kalau lagi marah seram banget apalagi suaranya, nyaingin petir" bergidik ngeri.
Lena tersenyum mendengar penuturan putrinya tersebut.
"Pasti akan ada konsekuensi dari setiap kesalahan yang kita perbuat. Jadi, kamu juga harus belajar dari kejadian ini Nadya sayang,"
ia tidak ingin jika anak-anaknya lalai saat diberi suatu amanat.
Nadya hanya mengangguk paham akan apa yang mamanya katakan. Ia juga dapat merasakan jika seandainya ia berada di posisis Jesselyn semalam.
Plak…
Terdengar suara tamparan yang siapa saja akan merinding mendengarnya.
Suara ribut pun terdengar jelas dari kamar Leon.
Setelah bagun Bagas langsung menuju kamar Leon dan menanyakan alasannya tidak menjemput Jesselyn semalam. Leon dengan santainya hanya mengatakan jika ia lupa.
Bagas amarahnya semakin memuncak karena Leon tidak merasa bersalah bahkan setelah ia memberitahu Jesselyn yang menunggu lama di bandara sampai malam dengan penuh ketakutan dan menangis.
Ia menampar wajah Leon. Ini pertama kalinya Bagas melakukannya sehingga membuat Leon marah dan tidak terima.
"Papa sampai semarah itu ke aku? Papa nampar Leon hanya karena itu?"
"Leon?" Bentak Bagas memekakkan telinga.
"Kalau sampai terjadi apa- apa sama dia gimana? Dia anak gadis dan sendirian.
Kamu bisa bayangin ngak?" Teriak Bagas
"Dia kan bisa nelpon papa atau mama buat jemput? Jangan cuman salahin Leon pa?" jawab Leon tidak mau kalah.
"Dia ngak punya handphone, Leon!"
"Mana aku tahu pa. Yang penting diakan baik- baik aja. Selesai kan, pa? Kalau menurut papa Leon salah, Leon minta maaf, pa?"
"Baik, kali ini papa maafin kamu. Tapi kalau kamu ngelakuin hal yang membuat papa marah lagi, kamu akan tahu akibatnya."
"Leon, papa minta satu hal dari kamu mulai dari sekarang belajar untuk bertanggung jawab."
Bagas menatap tajam kearah anak laki-lakinya itu dan keluar meninggalkannya yang masih duduk diujung tempat tidurnya dengan perasaan kesal.
Leon kembali merebahkan tubuhnya diatas kasur dengan sebelah tangannya kini mengelus-elus pipi kirinya yang sakit akibat tamparan yang ia dapatkan tadi.
...Jangan lupa untuk support cerita ini ya teman-teman dengan memberikan like dan komentar yang mendukung....
...Terimakasih...❤️❤️❤️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Rasain kamu leon
2022-08-30
0
Siapa Aku
makanya dengarin papa Bagas Leon...
2022-08-20
0
Anonymous
kasihan kamu Leon, makanya ingat pesan papa kamu
2022-08-05
0