Jesselyn Anastasya (POV)
Hari- hariku kulewati hanya berdua dengan seorang ibu. Aku bersyukur memiliki ibu yang sangat menyayangiku, aku tahu ia memiliki banyak impian akan hidupku. Setelah ayah meninggal akibat kecelakaan kerja, ibuku harus banting tulang untuk memenuhi kebutuhan kami berdua.
Aku tidak begitu ingat bagaimana saat terakhir kali ayah bersamaku karena ia pergi disaat aku masih kecil. Tetapi aku tahu ia seorang yang sangat menyayangi keluarganya dari cara ibu menceritakan setiap kenangannya semasa masih hidup dan betapa bahagianya ia saat aku dilahirkan.
Dela dan Neta adalah sahabatku, kami berteman sejak masih duduk dibangkus SMP. Mereka adalah orang- orang yang selalu ada disaat aku tidak dapat menceritakan masalahku pada ibuku.
Mereka selalu mengatakan bahwa mereka sangat bersyukur memiliki teman seperti aku tanpa mereka sadari akulah yang sangat bersyukur karena memiliki mereka sebagai sahabat.
Dela yang lahir dari keluarga berada namun tidak memandang status dalam berteman. Neta yang selalu berpikiran positif dan siap membantuku dalam pelajaran yang kurang aku pahami.
Aku...?
Aku hanya ingin kebahagiaan selalu bersamaku dan orang-orang yang kusayangi.
Aku angin hari-hariku lebih berwarna.
Aku tidak bermimpi untuk diriku menjadi luar biasa.
Menjadi sederhana tanpa harus menyakiti yang lain, sudah cukup buatku.
Tak ada yang berbeda dari hari-hariku sampai ibu memintaku untuk melanjutkan sekolah di ibukota.
Aku tak ingin namun ibu tetap meyakinkanku, aku tidak tahu apa yang ibu sedang pikirkan saat itu.
Dengan terpaksa aku menyetujui keinginan ibuku. Aku pergi saat libur kenaikan sekolah tinggal lima hari lagi.
Aku pergi tanpa memberitahu sahabat-dahabatku dan aku sangat menyesalinya.
Aku pergi seorang diri dengan keberanian yang entah darimana datangnya. Aku pergi dengan banyak pertanyaan dikepalaku. Mengap ibu sangat ingin aku melanjutkan sekolah di ibukota? Seperti apa keluarga yang aku akan jumpai disana? Mereka siapa dan masih banyak lagi.
Aku begitu takut ditengah keramaian bandara. Sudah beberapa jam setelah aku tiba tapi tak seorang pun datang menjemputku. Aku tidak mengenal siapa yang menjemputku, ibu hanya bilang kalau aku akan dijemput oleh kerabat dari ayah dan mereka juga sedah punya fotoku karena sebelumnya ibu sudah mengirimnya pada mereka.
Hanya anak perempuan mereka yang aku tahu itu pun lewat media sosial.
Saat hampir menangis seseorang berteriak memanggil namaku yang seketika membuat kakiku kokoh kembali. Ternyata dia Om Bagas kerabat ayah, dia memelukku bagaikan anaknya sendiri dan menenangkanku yang mulai menangis.
Aku sangat senang karena tante Lena, istri om Bagas dan kak Nadya putrinya menyambutku dengan senang hati.
Semua berjalan sesuai dengan yang kuinginkan, pikirku. Hingga keesokan pagi aku terbangun dari tidurku karena suara yang begitu kuat dan dapat kudengar dua orang sedang beradu argument dilantai bawah.
Aku sedikit ketakutan hingga akhirnya turun untuk sarapan. Bukan tiga orang yang tadi malam yang begitu hangat menyambutku yang kutemui saat dimeja makan namun seseorang dengan tatapannya yang begitu tajam, seolah-olah ingin mencabik-cabikku saat itu juga.
Tampan walaupun dengan wajah yang masih lusuh karena bangun tidur.
Sekilas pikiranku terbang entah kemana namun kembali tatapannya membuatku tersadar.
Tak ada respon saat aku menyapanya begitu juga saat tante Lena menghampiri kami di meja makan. Munkin karena masih pertemuan pertama pikirku tetapi sikap kak Leon tidak ada bedanya sampai kini sudah tiga bulan kami tinggal dirumah yang sama.
Aku masih berharap kak Leon mau menerimaku dan bergaul denganku. Aku sangat ingin memiliki kakak lelaki yang dapat kujadikan pelindungku seperti kawan-kawanku yang lainnya.
Aku ingin ia dapat mengganggapku sebagai adik perempuannya juga. Jika aku dapat berhungan baik dengan kak Nadya seharusnya dengan kak Leon pun aku bisa, itulah yang kupikirkan.
Aku selalu mencoba dari menyapanya setiap kali bertemu, ikut dalam percakapannya dengan Nadya dan bertanya apa yang sedang dia lakukan. Semunya sia-sia dan sepertinya ada jarak yang begitu besar diantara kami.
Aku sangat senang saat om Bagas menyuruh kak Leon untuk mengantarku ke sekolah selama om Bagas kunjungan kerja ke luar kota.
Ya, aku saja yang merasakannya berbeda dengan kak Leon yang sangat keberatan. Walaupun kak Leo terpaksa karena perintah om Bagas yang tidak dapat ditentang, aku sangat senang bahwa kak Leo akan mengantarku kesekolah beberapa minggu ini. Tak sabar aku ingin memamerkannya sebagai kakak yang begitu ganteng dan keren pada teman-temanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Kakak cowok ketemu gede ya
2022-09-02
0
Siapa Aku
syera anak baik
2022-08-20
0
Anonymous
aduh duh... jesselyn kamu anak yang baik dan ngak neko-neko ya
2022-08-05
0