Pukul lima pagi Jesselyn sudah bangun dan membantu Lena di dapur untuk menyiapkan sarapan. Bagas yang juga sudah bersiap-siap langsung menyantap sarapannya dan tak lama kemudian meninggalkan rumah karena mobil kantor yang akan mengantarnya ke bandara sudah tiba lebih awal. Hanya Jesselyn dan Lena yang melihat kepergian Bagas.
"Kamu jangan sampai telat sekolah karena bantuain tante," Lena mengingatkan.
"Ngak kok tante, Jesselyn siap-siap dulu ya tante,"berlari kecil menuju kamarnya untuk bersiap ke sekolah.
Jesselyn yang sudah sarapan lebih dulu bersama Bagas dan Lena menuju kamar nya untuk bersiap ke sekolah.
Pukul setengah tujuh pagi Jesselyn sudah berada di teras rumah dan terlihat begitu rapi dan manis dengan seragam sekolahnya.
Sebelumnya ia sudah berpamitan dengan Lena dikamarnya. Lena kembali beristirahat ke kamarnya karena merasa ngantuk dan lelah setelah mempersiapkan keperluan suaminya semalam.
Sudah lima menit Jesselyn menunggu tapi orang yang akan mengantarnya ke sekolah belum kelihatan juga.
"Ngak mungkin kak Leon lupa kan? Semalam om Bagas sudah dengan tegas mengatakannya dan kak Leon menyetujuinya," pikir Jesselyn.
"Kalau dia lupa gimana? Apa aku cek ke kamarnya ya? Tapi aku takut kak Leon marah," Jesselyn mulai gelisah karena sudah waktunya untuk berangkat sekolah, ia takut terjebak macet nantinya dan bisa-bisa telat ke sekolah.
Brum...
Brum....
Brummm....
Terdengar suara motor dari arah garasi, dengan wajah tersenyum Jesselyn berdiri saat melihat Leon keluar dari garasi dangan motornya.
"Pagi kak?" Sapa Jesselyn namun hanya jawaban kosong yang ia terima.
"Naik!" ucapa Leon yang begitu singakat.
Untuk pertama kalinya Jesselyn meresa begitu dekat dengan Leon saat ia berada di boncengan, ia tersenyum namun sesuatu yang ganjil menghampiri pikirannya saat motor mulai melaju.
"Kak Leon ngak ke kampus? Oh iya kak, kita ngak pakai helm, biasanya ada rajia dilampu merah dekat sekolahku loh kak?" tanya Jesselyn yang merasa khawatir.
Tidak ada jawaban dari Leon hingga ia menghentikan motornya di halte yang tak jauh dari kawasan perumah mereka.
"Turun!"
"Tapi kak, kita ...."
Belum lagi Jesselyn selesai berkata Leon langsung memotong ucapannya.
"Punya uang kan?"
"Punya kak, tapi..." lagi-lagi ucapannya terpotong.
"Berapa?" tanya Leon tanpa melihat kearah lawannya bicara.
"Ada dua puluh ribu kak."
"Sudah pernah naik angkot kan?" tanya Leon lagi.
"Udah kak, kalau pulang sekolahkan sering naik angkot kalau ngak ya naik bus," tutur Jesselyn yang semakin bingung
"Ya udah, aku balik sekarang," ucap Leon sambil menyalakan mesin motornya kembali.
"Tapi kak, aku da hampir telat ke sekolahnya," menatap Leon yang sama sekali tidak menghiraukannya.
"Besok dan seterusnya ngak usah nungguin buat diantar kesekolah dan jangan buat ribet hidup orang," Leon melajukan motornya ke area perumahan mereka.
Jesselyn hanya bisa terdiam memandangi kepergian Leon. Jangan tanya apa yang ia rasakan saat ini. Air mata yang mulai menetes dipipinya sudah menjadi jawaban akan apa yang ia rasakan.
"Hah.., bukannya seharusnya sudah jelas, tapi kenapa harus nangis?" Jesselyn menghembuskan nafas begitu kuat dan menyeka air matanya dengan kedua tangannya.
Jesselyn bersyukur bus yang ia akan tumpangi datang tak begitu lama. Walaupun ia tetap juga telat masuk kelas tapi setidaknya ia tidak berlama-lama dihalte yang akan membuatnya menangis lagi.
Sebagai hukuman ia tidak dapat mengikuti pelajaran pertama hari ini. Untuk mengisi waktunya ia memutuskan pergi ke perpustakaan untuk membaca novel disana.
Bukannya membaca ia justru teringat akan kejadian dihalte. Raut wajahnya berubah sedih dengan tatapan mata sendu yang diikuti bulir-bilir air mata.
"Aku baik-baik saja dan akan baik-baik saja," ucap Jesselyn dengan suara yang begitu pelan karena ia tahu ia sedang berada di perpustakaan yang mengharuskan keadaan tenang.
Saat akan berganti mata pelajaran Jesselyn keluar dari perpustakaan menuju ruang kelasnya. Tanpa ia sadari seseorang juga berjalan dibelakangnya.
"Kalau sakit mending jangan sekolah yang ada virusnya nular lagi," kata Leo yang sedari tadi berjalan dibelakangnya.
"Leo? Wah...kaget tahu?"
"Siapa suruh jalan sambil ngelamun, untung disekolah, kalau dijalanan sudah diangkut preman."
Jesselyn hanya tersenyum dengan perkataan Leo dan melanjutkan perjalan mereka bersama ke kelas.
"Kamu ngak masuk pelajaran pertama?" tanya Jesselyn heran.
"Ngak!" jawab Leo singkat.
"Kok bisa?"
"Ngak usah nanya-nanya terus mending jalannya dicepatin biar ngak dihukum lagi karena telat," ujar Leo yang kini mempercepat langkahnya.
Jesselyn berlari mengikuti langkah Leo yang begitu cepat.
Leo adalah teman sekelas Jesselyn yang juga merupakan salah satu pemain basket andalan di sekolah tersebut.
Hanya berselang lima menit setelah mereka tiba dikelas dan guru yang selanjutnya pun tiba.
Jesselyn begitu semangat mengikuti setiap pelajaran hari ini. Ia sudah melupakan kejadian pagi tadi dan fokus pada pelajaran sampai bell tanda berakhirnya kegiatan sekolah hari ini berbunyi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 139 Episodes
Comments
Ada Leon... Ada Leo... Ah, piye Yoh kakak author. Beda di huruf N doang😁
2022-09-02
0
Siapa Aku
si Leon pengen dikirim ke Afrika keknya nih
2022-08-20
0
Anonymous
Setega itu kamu Leon😏😏
2022-08-05
0