"Lepaskan aku!"
"Hahaha... lepas? Kamu ingin dilepas?"
Tawa Rafandra sungguh menakuti Manda hingga wanita muda ini merinding sendiri. Bagaikan melihat tawa psikopat.
"Eh buset, ganteng-ganteng tapi psikopat. Aku tidak mau calon suamiku kayak gini."
Manda membatin dengan tatapan masih tertuju pada Rafa.
"Hei, apa mau kamu sebenarnya! Kenapa mengikatku seperti ini? Aku sama sekali tidak mengenalmu!" teriak Manda membentak Rafa. Senyum tipis Rafa kembali membuat Manda menelan ludah.
"Apa aku harus katakan dengan jujur?" Rafa duduk di sofa dengan senyuman liciknya memperhatikan tubuh Manda yang terikat atas perbuatannya sendiri.
"Yalah bodoh!" bentak Manda berani. Rafandra makin gemas dibentak-bentak olehnya. Baru kali ini dia menghadapi wanita yang amat sangat punya keberanian mengejeknya BODOH! Ya, itulah Manda tidak akan takut meski dalam hatinya wanita ini ingin menjerit minta tolong.
"Cih, menarik sekali." Rafa berdiri mendekatinya.
"Tung-tunggu, kamu jangan ke sini! Kamu jangan ke sini!" ronta Manda menutup mata. Takut dirinya diapa-apain. Spontan, Manda berhenti memberontak setelah dua tangannya di kunci.
Glug!
"Kamu-kamu sebenarnya mau apa dariku?" tanya Manda ketakutan melihat wajah Rafa tepat di hadapannya. Jarak mereka sangat dekat, bahkan Manda dapat mencium bibir seksi lelaki di depannya.
"Aku hanya ingin tahu mengapa Nona Sheila bisa dengan mudah masuk ke dalam kamarku waktu itu," Rafa memainkan rambut Manda sembari memandang bergantian mata dan bibir wanita di depannya.
"Aku-aku bukan Sheila, aku Manda." Manda terbata-bata. Pria di depannya masih saja memandang liar dirinya, seakan dia tak bisa berhenti melihat mata dan bibirnya.
"Pfft, hahaha...." Rafa tertawa lucu mendengarnya, Rafa sudah tahu pasti ini yang akan dia dengar. Rafa pergi ke arah lemari, memakai baju dan celana. Memamerkan tubuh belakangnya kepada Manda. Manda mengalihkan pandangannya, ia sedikit kesal dipermainkan.
"Nona Sheila, kamu pandai sekali untuk berakting dan berbohong juga ya,"
BRAK!
Deg!
Manda terperanjat mendengar pintu lemari ditutup keras. Tampak lelaki itu mengambil gunting di atas meja kemudian mendekati Manda.
"Aaaa, kamu jangan bawa gunting itu ke sini! Jangan menyakitiku!" ronta Manda marah-marah.
"Kalau begitu!" ujar Rafa menindih Manda kemudian tersenyum menyeringai dengan gunting di tangannya.
"Kalau begitu apa?" tanya Manda sudah ketakutan, bahkan ingin pipis gara-gara dilanda kecemasan.
"Kalau begitu jujurlah! Atau gunting ini akan-" ucap Rafa tak main-main mengancam Manda.
"Oke! Aku akan jujur, namaku Manda Aresta, aku memang bukan Sheila!"
Bug!
Deg!
Manda kaget lagi setelah tangan Rafa hampir menonjok wajahnya. Manda menelan ludah dengan tatapan tajam Rafa.
"Bukan ini yang ingin aku dengarkan! Kenapa kamu masih tidak mau jujur soal dirimu, ha! Apa aku harus lakukan lebih kejam agar kamu mau jujur!" ancam Rafa dengan memainkan gunting itu.
"Ba-baiklah," ucap Manda menutup mata sejenak.
"Kamu benar, aku Sheila yang kamu lecehkan malam itu. Tapi sekarang aku adalah Manda, jadi lepaskan aku!" ronta Manda seketika berhenti setelah Rafa tertawa.
"Sialan, nih orang makin menyeramkan."
Manda merinding dengan tawa Rafa yang seakan puas. Sontak Manda terkejut gunting itu jatuh ke lantai. Rafa menatapnya puas, meski ucapan Manda sedikit menyebalkan.
"Sekarang tolong lepaskan aku, dan mulai hari ini jangan lagi menggangguku." Manda memohon dengan wajah kasihan.
"Pfft, hahaha... lepaskan kamu? Oh sayang, justru mulai malam ini kamu akan selalu berada di sampingku," ucap Rafa tersenyum tipis.
"Ku mohon, lupakan kejadian itu. Tolong jangan siksa aku, aku pasti akan ganti rugi kepadamu," mohon Manda agak kesal mendengarnya. Padahal malam itu bukan 100% persen salahnya setelah tidur dengan Rafa.
"Ha? Ganti rugi? Kamu pikir uang bisa menyelesaikan semuanya?" decak Rafa mulai lagi marah.
"Oke, oke. Aku tahu kok soal itu, tapi kamu harus tahu malam itu aku tidak ingat apa-apa. Mungkin saja kita belum saling bercinta. Jadi bagaimana kalau kita lupakan saja?" usul Manda agak takut.
"Ya ampun, ini gara-gara si setan Delsi. Awas tuh anak bakal aku buat perhitungan!" lanjut Manda berdecak dalam hati.
Rafa diam sejenak lalu tersenyum miring, Manda mengernyit heran melihatnya aneh lagi.
"Hm, aku juga kepikiran begitu. Tapi mungkin-"
"Mungkin apa, ha!" bentak Manda seakan tahu pikiran Rafa.
"Oh Nona, jangan galak-galak dong. Aku tidak menyukai wanita yang suka memberontak," elus Rafa berkata lembut semberi menyentuh rambut Manda.
"Ya sudah, cari saja yang menurut, dan lepaskan aku!" pinta Manda berani lagi.
"Untuk apa aku harus mencari jika wanita itu adalah kamu,"
"Maksdunya?" tanya Manda menelan ludah.
"Ya aku malam ini akan menjinakkanmu, sayang."
"Aaaaaa, menyikirlah! Aku tidak mau!" teriak Manda menolak setelah tangan Rafa mulai jahil ingin membuka kancing bajunya.
"Ups, sayang. Jadilah wanita penurut malam ini, kita harus buktikan malam itu. Mungkin saja setelah kita lakukan malam ini, ingatan kita berdua bisa pulih." Rafa menggodanya, mendekati wajahnya ke Manda. Sangat dekat sampai keduanya ingin berciuman.
"Huhuhu... aku mengakuimu, kamu memang pria yang tampan, dan juga sangat pandai menangkap wanita. Tapi malam itu sungguh hal yang sangat terpuruk bagiku, aku tidak tahu sama sekali akan berurusan denganmu, Tuan Rafa. Malam itu aku dijebak oleh saudaraku, aku selama lima tahun diusir oleh keluargaku setelah kejadian malam itu," tangis Manda pura-pura terisak. Rafa diam tidak jadi mencium Manda. Tiba-tiba dirinya tertarik mendengar curhatan wanita itu.
"Hiks, aku sangat menyedihkan. Ku pikir, hidupku akan bahagia, tapi malam ini aku akan mati di tanganmu. Hidupku sungguh menyedihkan," lanjut Manda berakting. Rafa terkejut melihat air mata jatuh dari mata Manda. Rasa aneh itu muncul kembali, rasa ingin melindungi membuat Rafa hanyut dan merasa bersalah.
"Berhentilah menangis," ucap Rafa dengan lembut mengelus kepala Manda. Ia tak mau wanitanya menangis di depannya.
"Kamu tidak perlu cemas, malam ini jadilah wanitaku maka aku akan membantumu balas dendam pada orang yang sudah menindasmu." Rafa mengambil gunting kemudian memotong tali yang mengikat Manda.
"Be-benarkah itu?" tanya Manda masih pura-pura berakting menyedihkan.
"So amazing, dia ternyata masih bisa dijinakkan olehku. Bahkan menganggapku sebagai wanitanya, Hehehe." Manda membatin senang.
Rafa tersenyum, senyumnya seketika buat Manda diam terpana. "Astaga, aku terpesona." Manda bagaikan melihat pangeran tampan.
"Ya sayang, tidak ada yang boleh membuat wanitaku menderita selain diriku." Rafa menghapus sisa air mata Manda dengan lembut.
Kesenangan Manda hilang setelah mendengarnya. "Ya ampun, kejamnya masih ada." Sembari bergumam dalam hati dan menunduk. Entah dia harus senang atau sedih.
"Sekarang pergilah mandi, aku akan melepaskanmu malam ini."
Lagi-lagi Rafa bersikap lembut padanya. Manda seakan ingin menangis berada di samping CEO yang bersifat sedikit psikopat.
"Ba-baiklah, terima kasih." Manda terbata-bata segera berdiri.
"Tunggu dulu," tahan Rafa meraih tangan Manda.
"Ada apa lagi?" tanya Manda berbalik.
Chup!
Satu kecupan mendarat di pipi Manda. Spontan wanita itu merona tersipu diperlakukan baik oleh ayah tiga anak kembarnya.
"Oh Tuhan, aku ingin ingin terbang saja ke langit."
Manda terbuai dengan kecupan tadi, namun sekarang Manda harus jaga jarak demi menjaga diri agar Rafa tidak seenaknya terhadap dirinya.
Cklek!
Manda bersandar di pintu menyentuh dadanya yang deg-degan, jantungnya berpacu tidak menantu.
"Ya Tuhan, apa aku mulai jatuh cinta dengannya?"
Manda tersipu lagi dibalik pintu, sama halnya dengan Rafa yang juga merada aneh pada dirinya.
"Makin lama, aku benar-benar semakin mencintainya."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Nia Sulistyowati
penasaran sama Rain,,kemana hilangnya..koq mana/sheila bisa berfikir kalo anaknya yg ke3 meninggal??
2024-06-03
0
floren yanti
Yuuuhhhuuuiiiiii......
2024-03-10
1
fifid dwi ariani
trus sehat
2022-10-29
1