Setelah dirinya tahu hamil anak kembar tiga, Manda hanya bisa mengurung dirinya di dalam kamar. Dia sudah jelaskan pada Senja bahwa dia seorang penulis novel yang terdampar ke dunia berbeda ini.
Tapi Senja tidak percaya, dia pikir Manda sedang membuat cerita omong kosong. Bahkan agak marah setelah mendengar ucapan Manda kemarin setelah memeriksa dari rumah sakit.
"Demi apa-pun, aku sebenarnya penulis yang jauh dari dunia ini. Nama asliku Asti Amanda, tapi karena sebuah kejadian hingga aku masuk ke dalam tubuh orang lain. Semua cerita ini cuma imajinasiku saja, dan kau ada di sini karena aku yang menciptakanmu. Ku mohon Sen, tolong percaya padaku. Aku bukan wanita yang kau pikirkan sekarang."
Namun kata-kata Manda tetap saja dianggap omong kosong dan penjelasan yang tak masuk akal. Senja sekarang mulai cuek padanya, ini adalah titik terpuruk untuk Manda.
Tetes demi tetesan, air matanya jatuh membasahi pipi lembutnya. Manda segera menyekanya.
"Mama ...." Suara Manda begitu kecil memanggil sang Mama. Ini bagaikan nyata untuknya, sudah diputuskan oleh mantan dan sekarang dirinya hamil anak pria lain. Ini bukanlah yang dia inginkan.
Perlahan-lahan, tangannya mengelus lembut perutnya yang buncit. Di dalam perutnya itu sudah ada tiga calon bayi yang akan menjadi kunci untuknya bisa masuk ke dalam keluarga ternama di kota ini. Manda mulai berpikir, "Apa aku serahkan diriku saja ke lelaki itu? Siapa tau aku bisa kembali ke duniaku semula." Namun Manda kembali menunduk, idenya begitu naif.
"Aaah, tidak bisa begini. Nanti aku malah dibunuh olehnya."
Manda membuang nafas berat dan meletakkan kepalanya di atas meja. Menatap pintu kamar yang tertutup dari tadi. Sekarang memang sudah malam, Senja belum masuk untuk melihat kondisinya. Manda semakin frustasi.
"Ah, bagaimana aku bisa melahirkan anak ini. Pasti rasanya sakit melahirkan anak," keluhnya mengelus perutnya lagi.
"Ternyata, ini rasanya jadi calon Ibu. Padahal, aku belum bercinta dengan siapa pun tapi aku malah hamil duluan. Ini gara-gara Delsi, dialah dalang dari masalah di cerita ini,"
"Tunggu saja, setelah aku melahirkan anak ini. Aku akan buat perhitungan denganmu,"
"Tapi ini kan memang tugasku, hihihi." Manda tertawa. Saat itulah Senja masuk melihat kondisinya. Manda mulai sedih, ternyata Senja masih mencemaskannya.
"Man, kamu baik-baik saja?" tanya Senja padanya. Sepertinya dia kuatir mendengar Manda berbicara sendiri lagi. Manda berdiri dari kursi dan langsung memeluk Senja.
"Maafkan aku, aku tadi itu lagi depresi hingga bicara yang tak masuk akal. Kamu lupakan barusan," ucapnya melihat Senja sambil tersenyum.
"Huft, baiklah. Tapi ngomong-ngomong anak di dalam perutmu anak siapa?"
Manda diam mematung mendengar pertanyaan Senja. Dengan cepat, dia pun menutupinya dengan tangisan pura-pura.
"Hiks, suamiku dia meninggal dunia. Kemarin itu adalah hari di mana aku dan suamiku terpisah. Mereka tidak merestui hubungan kami hingga suamiku tertembak saat melindungiku. Dia menyuruhku pergi, tapi aku tidak bisa meninggalkannya yang sudah berlumuran darah. Ini salahku, harusnya aku yang pergi saja."
Manda berhasil membuat Senja larut dalam kesedihannya. Padahal itu cuma omong kosong dan sebuah aktingnya. Mana mungkin, Manda berkata jujur jika dirinya salah satu anak orang kaya di kota ini. Kalau berkata jujur nanti yang ada Senja membawa pulang Manda.
Senja pun ikut menangis dan memeluk Manda.
"Ya ampun, malangnya nasibmu. Semoga suamimu tenang di sana, Man. Sekarang maafkan aku yang cuek padamu akhir-akhir ini, aku pikir kamu seorang pelacur."
Manda melongo mendengarnya, benar-benar pikiran Senja sudah sampai sejauh itu.
"Ahaha, tidak apa-apa." Manda tertawa bodoh saja.
"Ya sudah, besok kau berkemas-kemas lah," ucap Senja ingin keluar.
"Eh, mau kemana?" tanya Manda ingin tahu.
"Besok aku akan ke luar negeri, kebetulan bos cafe aku bikin usaha baru di sana, jadi kau harus ikut denganku. Siapa tau kau bisa direkrut bekerja di sana."
Bibir Manda sedikit terangkat, ini peluang untuknya bertahan hidup dan melahirkan anak di luar negeri.
"Rasanya ingin terbang ke langit, aku tidak pernah sama sekali melihat kota besar di sana," gumam Manda berseri-seri.
"Hm, baiklah. Selamat malam kakak." Manda memeluknya bahagia. Bagi Manda, Senja adalah orang yang penting dalam hidupnya sekarang.
"Kalau begitu, selamat malam juga." Senja mengelus kepala Manda dengan lembut, dia pun keluar dari kamar Manda.
"Hap!" Manda menjatuhkan dirinya di atas kasur, dia tak sabar menunggu besok dan terbang ke luar negeri memulai hidup yang baru. Perlahan rasa ngantuk mulai terasa, kedua matanya pun terpejam.
Tidak seperti Rafandra, satu pria ini sedang mengamuk di dalam kamarnya karena tidak berhasil menemukan Sheila. Dia duduk di tepi ranjang dan menjambak rambutnya. Tiga bulan ini tak menemukan jejak apa-pun soal Sheila dan selama ini keluarga William dan Welfin mulai bermusuhan. Soal urusan bisnis, keduanya tak akan bisa bekerja sama.
Rafa merebahkan tubuhnya, melihat secarik foto wanita di tangannya. Foto gadis cantik yang tidak lain adalah Sheila.
"Hm, dilihat-lihat ... dia cakep juga." Sebuah senyuman terukir di bibirnya, nampaknya Rafandra mulai jatuh hati pada Sheila. Sekretaris Jho yang masuk untuk melaporkan hasil pencariannya langsung terkejut melihat atasannya tersenyum malam ini. Jujur, bahwa Rafandra tidak pernah memperlihatkan senyum manisnya. Tapi ini cuma secarik foto, tapi dia bisa tersenyum bahagia.
Walau begitu, setelah Sekretaris Jho masuk. Senyum itu hilang bagaikan ditelan bumi saja.
"Maaf, Presdir."
"Ya, ada apa?" tanya Rafa duduk dengan ekspresi datarnya. Meski begitu terlihat auranya agak menakutkan.
"Ini soal Nona Sheila,"
Rafa menatap serius ke arah Sekretaris Jho.
"Apa yang kau dapatkan?" tanya Rafa sungguh ingin tahu.
"Presdir, sepertinya Nona Sheila sudah meninggal,"
Rafa terdiam, dia sangat terkejut mendengarnya.
"Apa, meninggal? Kau yakin? Kau sungguhan dengan beritamu ini?" Rafa bagaikan tidak percaya.
"Saya yakin, Tuan. Kami punya gaun milik Nona Sheila, kami menemukannya di tengah jalan. Gaunnya dilumuri lumpur dan banyak kotoran. Sepertinya Nona Sheila mati tertabrak. Kami sekarang sedang mencari mayatnya."
Seketika itulah foto di di tangan Rafa diremas hingga hancur. Bagaikan sebuah pukulan untuknya, baru juga mulai menyukai wanita, cewek yang dia sukai malah meninggal dunia.
"Sudah, kau keluarlah!" usir Rafa kembali merebahkan tubuhnya dan menutup dirinya dengan seprai.
"Baik, Presdir." Sekretaris Jho dengan patuh langsung pergi.
"Apa itu benar? Kau sudah meninggal? Kau habis bercinta denganku, dan kau malah meninggal begitu saja! Apa setelah bercinta denganku kau ilfil dan mengakhiri hidupmu!"
Rafa ingin menangis, karena benih-benihnya tidak berhasil jadi kecebong dan memberinya bayi mungil. Setelah berita ini, Rafandra tidak pernah menyentuh wanita lagi. Tak ada gairah sama sekali untuk menikah dan bercinta selain bersama wanita yang berhasil memikat hatinya yaitu Sheila.
________
Terima kasih buat teman teman yang telah memberi LIKE dan VOTE nya serta memberikan RATING Bintang Lima, juga buat teman-teman yang telah berkomentar positif. Karena itu semua akan membuat Author lebih bersemangat dalam menulis novel ini.
Terima kasih juga buat teman-teman yang telah menghargai karya Author dengan cara memberikan Tip. Author juga doakan semoga sehat selalu buat semua pembaca, baik itu yang suka maupun yang tidak suka dengan Novel ini.
Jika ada Typo dalam setiap chapter di Novel ini, mohon untuk diberitahukan kepada Author agar segera merevisinya. Terima kasih~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Inonk_ordinary
katanya kejam???kok malah lebih ke cengen ya ,terus si manda mau keluar negrimpake jalur apa???identitas aja g punya,,naek getek???
2024-08-04
0
Inonk_ordinary
knp milih pake nama manda, g sheila aja???kan dia uda tau dia ada dimana???
2024-08-04
0
JanJi ◡̈⋆ⒽⒶⓅⓅⓎ😊
katanya penulis novel tpi begok.. mesti teda percaya klau kmu dari dunia lain🙄
dahlh sa bru baca ni.. mcm maw kearah2 bosan.
2024-06-30
0