POV MANDA
Malam begitu terasa sangat dingin, aku tidak tahu di mana diriku sekarang. Semua yang ada di sampingku terlihat gelap gulita. Suara klakson motor dan mobil masih terdengar jauh. Aku tidak tahu, apa ini jalan yang terbaik? Sekarang yang aku pikirkan hanya untuk lari dari lelaki yang akan membawaku ke mansionnya. Lelaki yang pastinya akan memenjarakan ku di penjara bawah tanah dan bermalam bersama seekor harimau yang buas. Apakah melarikan diri akan mempengaruhi alur cerita aslinya?
"Astaga, aku ingin ke mana lagi? Tempat ini begitu gelap dan menakutkan. Semuanya terlihat asing," pikirku menyusuri geng-geng kecil di depan. Sepertinya aku akan menuju ke balai kota. Pusat kota yang begitu banyak manusia yang berlalu lalang.
"Auw!" jeritku tak sengaja tersandung batu. Aku mengusap kedua mata yang mulai meneteskan air mata. Aku masih tidak menyangka bisa hidup di dunia ini. Tak ada yang mau menolongku, padahal aku telah sampai di kerumunan orang-orang pejalan kaki. Mereka hanya lewat dan menertawai kondisiku yang menyedihkan.
"Aku jatuh gara-gara gaun sialan ini!" rutukku kesal pada gaun yang aku pakai sekarang. Gaun yang tadi indah kini terlihat begitu kotor. Aku tak bisa bangun, energiku terkuras habis gara-gara menempuh jalan yang jauh.
Pikiranku mulai kacau, aku melihat ke arah jalan, ingin mengakhiri hidup ini dan, berharap dapat kembali ke rumahku semula. Ternyata terdampar di dalam novel membuatku kesulitan. Ini lebih parah dari yang aku pikirkan.
Ini memang salahku, dari awal untuk merangkai alur ceritanya ini harusnya aku memberikan kesan baik pada tokoh utama. Tapi melihat Presdir Rafa barusan yang galak membuatku tak sanggup menyesuaikan alurnya. Sekarang aku cuma tinggal berdiri di tengah jalan dan menutup mata. Ya, sekarang aku di tengah-tengah jalan.
Dari arah jauh terdengar mobil ingin ke arahku, aku mendengar suara clakson mobil dan pastinya itu isyarat pak supir agar aku pergi dari tempatku, tapi aku tetap berdiri kokoh di tengah jalan.
"Lihat, dia kenapa berdiri di sana!"
"Oii, Nona! Menyingkirlah dari jalan!"
Suara teriakan orang-orang kuabaikan saja. Ini adalah tekadku. Ku berpikir semua ini cuma mimpiku saja. Namun saat kubuka mataku, ternyata mobil besar mulai mendekat ingin melindasku. Saat itulah tubuhku mati rasa.
"Aaaaaaaaa!" Teriakanku keluar juga.
Brak!
Suara benturan cukup keras, namun tak ada yang aku rasakan. Aku pikir tubuh ini akan hancur dan terlempar jauh. Namun ternyata aku masih selamat. Pandangan mataku tertuju pada gadis yang seusia denganku. Dia memiliki penampilan bagaikan pria, memakai pakaian layaknya pria sungguhan. Tapi mata, bibirnya serta lekuk tubuh dan wajahnya jelas bagaikan perempuan. Terlihat seksi dan keren.
"Hei bodoh! Apa kau sudah gila? Bagaimana kau bisa datang kemari dengan gaun yang panjang ini dan malah berdiri di tengah jalan! Apa kau memang ingin mati!" bentaknya padaku. Aku cuma bisa diam menerima bentakkannya. Ternyata dia menarikku barusan.
"Maafkan aku," lirihku menunduk sambil melirik mobil yang menabrak tiang. Pak supir keluar dari mobilnya dan menunjuk ke arah kami.
"Woi, Nona! Ganti rugi!" teriak pak supir dengan lantang padaku. Tak terima karena mobilnya rusak.
"Oke, tidak apa-apa, sekarang kita kabur dulu!" Orang yang menyelamatkanku segera menarikku pergi meninggalkan pak supir. Lelaki tua itu ingin mengejar tapi barang-barangnya tumpah ke jalan hingga tak mengejar kami.
Kami berlari sejauh mungkin, begitu jauh sampai-sampai membuatku terengah-engah hampir kehabisan nafas.
"Huft, syukurlah. Kamu tidak apa-apa?" Dia bertanya padaku. Aku agak ragu menjawabnya tapi rasanya dia tidak asing bagiku.
"Aku baik-baik saja, bagaimana denganmu?" tanyaku balik dan masih mengatur nafas, sedangkan dia sudah kembali tenang. Aku sedikit tersenyum padanya namun senyum ini hilang saat mendengar ucapannya.
"Aku juga, sekarang kalau kamu mau bunuh diri tidak usah di jalan! Lebih baik ke sungai saja! Kalau kau mati ditabrak mobil nanti tubuhmu meledak dan isi perutmu berhamburan di jalan. Kau hanya akan merusak jalan!"
Aku tercengang mendengarnya, ku pikir dia berniat baik mau menolong, tapi ternyata ingin aku bunuh diri di sungai. Namun aku tidak mau, karena aku benci buaya apalagi buaya darat seperti mantanku.
"Ck, tidak usah marah-marah!" Aku membentaknya balik lalu pergi meninggalkannya begitu saja. Namun baru lima langkah aku berhenti.
"Kemana aku harus pergi?" pikirku mulai menangis. Ingin rasanya memeluk Ibuku sekarang. Dengan ketakutan tak mau sendirian berkeliaran di jalan, aku menoleh ke arahnya kembali. Ku lihat dia dengan angkuhnya pergi juga.
"Tidak, aku tak bisa begini. Dia orang pertama yang berbicara santai padaku. Aku yakin, dia pasti salah satu karakter baikku di dunia ini. Aku harus tinggal bersamanya."
Aku langsung berlari mengejar perempuan itu.
"Hei tunggu!" panggilku berteriak. Dia berhenti dan menoleh padaku.
"Ada apa? Tak jadi bunuh diri di sungai?" ucapnya begitu santai. Aku diam menunduk saja.
"Loh, kenapa malah diam?" katanya mulai kesal.
"Itu-itu, boleh aku tinggal bersamamu?" tanyaku gugup dan takut. Dia mengangkat alis, mungkin heran karena aku yang memakai gaun mahal bisa-bisanya meminta untuk tinggal dengannya.
"Hm, boleh. Siapa namamu dan kenapa kau bisa ada di sini?" Dia setuju, aku sangat senang mendengarnya dan segera menjawabnya.
"Aku-" ucapku berhenti sebentar. Ku berpikir, apa aku harus berikan nama asliku atau nama tokoh utama?
"Hei, kau ini sedikit tuli ya?" katanya mulai marah.
"Aku-aku Amanda, kau boleh memanggil Manda, aku dari tempat yang sangat jauh." Dengan terpaksa aku memberikan namaku. Mungkin ini baik, agar tak ada yang mengenaliku sebagai Nona Sheila.
"Oh, nama yang cukup asing. Perkenalkan, namaku Senja."
Aku terdiam membisu, rupanya dia salah satu tokoh yang sangat aku sukai. Dia adalah Senja, orang yang akan menjadi teman untuk Sheila, tapi pertemuanku dengannya terlalu cepat. Kini aku sadar, alur novelku sudah menyimpang dari naskahnya yang asli. Sekarang aku hanya bisa bergantung padanya.
"Aaaa, jadi kau Senja?" Aku sontak memeluknya. Saking cintanya dengan satu orang ini. Dia hanya diam dipeluk olehku, mungkin bingung dengan tingkahku yang aneh.
"Sudah-sudah, kau seperti orang yang baru pertama kali bertemu dengan idolamu saja. Kau santai saja berbicara padaku. Sekarang ikut denganku, kau akan tinggal denganku mulai malam ini." Senja tersenyum padaku, aku segera mengangguk kecil dan mengikutinya dari belakang. Hidupku di dunia novel baru dimulai malam ini.
Hari hari telah berlalu dan sekarang sudah tiga bulan aku lalui bersama Senja. Senja bekerja sehari-hari di sebuah cafe sebagai pelayan. Dia sendiri yang menghidupiku, dia juga sangat mandiri dan tidak seperti diriku yang sekarang cuma numpang hidup di rumahnya. Tapi aku senang karena dia baik dan menganggapku sebagai adiknya.
Aku tidak tahu mau melakukan apa, setiap malam cuma menulis di sebuah buku. Menulis apa yang aku dapatkan di dunia ini. Meski begitu pikiranku tertuju pada Presdir Rafandra, aku berpikir apa yang lelaki ini lakukan sekarang. Apa dia masih mencariku? Tidak, aku tidak boleh pikirkan dia saja, aku harus pikirkan bagaimana kembali ke dunia nyata.
Saat ingin menggoreskan tinta ke kertas, tiba-tiba aku merasa mual-mual. Senja masuk ke dalam kamar dan membawaku ke Dokter. Alangkah terkejutnya setelah mendengar keterangan Dokter bahwa aku sedang hamil.
"Selamat ya, usia kehamilanmu sudah tiga bulan," ucap Dokter ke padaku dan Senja.
"Apa Dok, dia hamil?" kata Senja sangat terkejut sambil menunjukku, dia tak sangka perempuan yang tinggal dengannya selama ini sedang hamil. Aku cuma bisa diam di atas tempat tidur. Bisa-bisanya aku yang belum menikah dan merasakan hubungan intim malah tiba-tiba hamil begitu saja. Kini aku ingat, kalau tokoh Sheila memang akan hamil setelah bercinta dengan Rafandra dan itu artinya aku sedang hamil anak-
"Ya, adikmu sedang hamil tiga bulan, kau akan punya tiga keponakan."
Senja kembali melongo mengetahui jumlah anak di dalam perutku. Sedangkan aku hanya diam pusing tujuh keliling.
"Artinya, adik saya hamil anak kembar tiga, Dok?"
Dokter tersenyum mengangguk. Saat inilah aku ingin pingsan.
"Ya ampun, kenapa bisa hamil kembar tiga?"
______
Terima kasih buat teman teman yang telah memberi LIKE dan VOTE nya serta memberikan RATING Bintang Lima, juga buat teman-teman yang telah berkomentar positif. Karena itu semua akan membuat Author lebih bersemangat dalam menulis novel ini.
Terima kasih juga buat teman-teman yang telah menghargai karya Author dengan cara memberikan Tip. Author juga doakan semoga sehat selalu buat semua pembaca, baik itu yang suka maupun yang tidak suka dengan Novel ini.
Jika ada Typo dalam setiap chapter di Novel ini, mohon untuk diberitahukan kepada Author agar segera merevisinya. Terima kasih~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
panty sari
mantap kembar 3
2024-02-01
0
Cahaya yani
lah knp si mnda ny jdi bdoh sih anehhh. pdahl dia yg nulis..beuuhh gregetan...
2023-11-19
2
Azalea Taling
aku bingung,dia punya novel kenapa jadi kayak orang bodoh d novelnya sendiri...betul betul nggak nyambung
2022-11-01
2