Pesawat akhirnya tiba dengan selamat di bandara. Dua bocah cilik keluar bersama seorang wanita cantik menggunakan kacamata hitam dengan senyum manis memperlihatkan gigi gingsulnya. Tingginya sangat ideal, dia adalah Manda Aresta. Dua bocah yang bersamanya adalah anak kembarnya. Ketiganya kemudian berjalan keluar dari bandara.
"Mommy, kemana kita harus pergi?"
Manda menghela nafas mendengar putrinya bertanya, kemudian Manda pun menjawabnya dengan tenang.
"Kita akan pergi ke rumah Bibi Senja, kalian tunggu di sini dulu. Mommy mau ke sana mencari taksi, kalau Mommy sudah dapat taksi, nanti Mommy ke sini panggil kalian,"
Manda menunjuk ke arah tepi jalan, dia cuma ingin meninggalkan dua anaknya sementara di sebuah bangku kosong karena sinar matahari siang ini sangat terik, tidak baik untuk kedua anaknya. Manda takut, kulit Rein dan Rara akan melepuh terbakar. Sangat disayangkan kalau kulit putih dan halus dua bocah menggemaskan ini menjadi kusam.
"Baiklah Mommy, hati-hati!" Rara mengangguk dan tersenyum melambai.
Dengan cepat, Manda celingak-celinguk berdiri di tepi jalan. Jarak dirinya dan dua anaknya sedikit jauh. Namun tidak ada sama sekali taksi yang mau berhenti untuknya. Manda sedikit kesal karena sudah setengah jam berdiri. Sekali-kali ia melirik ke arah dua anaknya, terlihat Rein yang duduk cuma menatapnya datar, tidak seperti Rara yang melambai.
"Hais, kemana taksi di daerah ini?" Manda membatin sudah lelah.
Rara yang melihat Ibunya berjongkok ingin menghampirinya, tapi tidak jadi karena perutnya berbunyi ingin makan sesuatu. Untuk mengisi perutnya, terpaksa Rara turun dari bangku mencari penjual roti dan meninggalkan Rein yang kini bermain game di ponsel. Di tangan Rara hanya ada selembar uang, tapi cukup membeli satu bungkus roti.
Namun saat mau mendekati penjual, dua matanya menangkap sesuatu hingga akhirnya gadis kecil ini pergi ke sana. Bersamaan Manda juga berhasil menghentikan taksi, tapi sayangnya saat menoleh, dia langsung terkejut tidak menemukan putrinya.
"Nona, tujuan anda mau kemana?" tanya Pak supir.
Manda yang panik setengah mati langsung pergi meninggalkan mobil taksi, membuat Supir keheranan.
"Rein, di mana adikmu?" Kepanikan Manda memuncak setelah melihat jepit sebelah milik Rara ada di tanah. Rein dengan santai tanpa ekspresi menunjuk ke arah kanan.
"Tadi adik ke sana Mommy," jawabnya sangat datar.
"Hais, kamu ini!" desis Manda tidak habis pikir putranya sangat tenang dengan situasi darurat ini. Buru-buru Manda lari dan memaggil putrinya dengan lantang.
"RARAAAAA!"
Tapi tidak ada yang menyahutnya sama sekali.
"Rara! Kamu di mana sayang!"
Sekali lagi Manda teriak, namun tidak ada tanda-tanda keberadaan Rara. Sungguh dia hilang dalam sekejap mata. Bahkan seakan gadis kecil ini seperti sudah ditelan bumi. Manda berkeringat dingin, kemudian pergi ke arah Rein dan langsung menarik Rein ke arah mobil taksi. Setelah masuk, Pak supir kaget karena Rein memanggil Manda dengan sebutan Ibu.
"Kita mau kemana Mommy?" tanya Rein masih tenang.
"Hais, Pak! Segera ke kantor polisi!" desis Manda menunjuk ke depan. Kepanikannya belum mereda, dia ingin meminta segera bantuan dari polisi di kota ini.
"Kantor polisi?" kaget Pak supir.
"Ya Pak! Putriku hilang, aku baru saja sampai. Aku takut ada orang yang menculiknya."
Pak Supir langsung menancap gas menuju ke kantor polisi. Merasa kasihan pada wanita muda ini. Padahal dia orang yang baru datang ke kotanya dan malah kehilangan putrinya.
"Apa putri Nona mirip dengan anak di sampingmu ini?" tanya Pak supir ingin tahu lagi.
"Ya Pak, dia anak keduaku, saudara kembar Rein. Dia bernama Rara."
Pak supir makin paham. Berpikir wanita muda di belakangnya mungkin seorang janda beranak dua yang ditinggal oleh suaminya. Tapi baginya ini sangat eneh, karena Rein masih tenang nampak belum sadar adiknya hilang. Mobil taksi mulai mendekati kantor polisi.
___
Sangat beda di lain sisi, gadis kecil di dalam bagasi mobil yang sedang berjalan nampak ia sangat panik. Rara ketakutan dengan kegelapan di sekitarnya, ini adalah kecerobohannya. Semua ini berawal dari tatapannya yang menangkap sebuah cahaya berlian di dalam bagasi mobil. Berlian yang sangat cantik dan pastinya harga berlian itu berkisar milyaran juta.
"Mommy tolong... Rara takut, hiks."
Rara terisak, ia tidak sengaja terjebak dengan berlian biru di tangannya. Rara kemudian menutup mata sembari menyimpan berlian itu di dalam saku celananya. Rara pun pingsan karena rasa ketakutannya meningkat. Tapi ini sebuah hal yang sangat mengejutkan setelah mobil mewah itu berhenti dan menemukan Rara oleh Sekretaris Jho.
"Apa yang kamu lihat di situ, sekretaris Jho?"
Suara yang sangat familiar mendekatinya. Dia adalah CEO Rafandra yang penasaran dan langsung terdiam melihat di dalam bagasi mobilnya ada seorang gadis cilik yang cantik dan menggemaskan sedang tertidur.
"Siapa gadis cilik ini?" tanya CEO Rafa menatap sekretaris Jho dengan tajam dan sinis.
_____
Terima kasih buat teman teman yang telah memberi LIKE dan VOTE nya serta memberikan RATING Bintang Lima, juga buat teman-teman yang telah berkomentar positif. Karena itu semua akan membuat Author lebih bersemangat dalam menulis novel ini.
Terima kasih juga buat teman-teman yang telah menghargai karya Author dengan cara memberikan Tip. Author juga doakan semoga sehat selalu buat semua pembaca, baik itu yang suka maupun yang tidak suka dengan Novel ini.
Jika ada Typo dalam setiap chapter di Novel ini, mohon untuk diberitahukan kepada Author agar segera merevisinya. Terima kasih~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
Eka Uderayana
akhirnya ketemu sama Daddy nya
2024-02-18
0
fifid dwi ariani
trus sehat
2022-10-29
0
Rika_Faris
di bandara kan ada pusat informasi plus banyak security jg, kenapa harus repot2 ke kantor polisi?
2022-06-21
0