Jalanan ibukota sangat liput membuat mereka kesulitan untuk datang ke kantor tepat waktu. Bella sudah diturunkan di kantornya tadi. Kini hanya ada Cinta dan Cristian di mobil itu.
Suara hembusan nafas masing-masing yang masih terdengar di dalam mobil ini. Jalanan mulai macet. Membuat mereka harus berhenti.
Cristian membuka kaca mobilnya dan bertanya pada orang yang sedang berjalan.
"Kenapa jalanan macet, Pak?" tanya Cristian.
"Ada truk kontainer yang terguling di depan. Mungkin butuh waktu yang lama untuk menyingkirkannya," jawab orang itu.
Cristian kembali menutup pintu kaca jendela itu.
Cinta yang sudah kesal makin dibuat kesal dengan jalanan yang macet. Bersama dengan Cristian membuat nafasnya sesak. Dan kini mereka harus bersama selama beberapa jam lamanya.
Cristian mulai menelfon salah seorang assistennya meminta agar menjadwal ulang semuanya karena mereka terjebak macet.
"Kau masih marah padaku?" tanya Cristian tenang.
Cinta hanya memandangi handphonenya saja tanpa mau menjawab.
Mumpung jalanan macet mereka jadi bisa berbicara berdua dengan leluasa. Pikir Cristian.
Cristian memiringkan duduknya melihat ke arah Cinta.
"Aku minta maaf, aku tidak tahu jika kau adalah adik dari Bella," sambung Cristian.
"Lalu jika aku bukan adik dari Bella apakah itu ada perbedaannya kau bisa berbuat semena - mena padaku?" ucap Cinta ketus.
"Semena-mena? Apanya yang semena-mena?" tanya Cristian memancing wanita itu bicara.
"Dan kau berlagak tidak tahu?" Cinta berbalik menatapnya tajam. Melihat ke manik mata berwarna cokelat.
"Apa karena aku menciummu kemarin atau kau marah karena sebab lain? Kau cemburu misalnya?" mencondongkan tubuhnya ke arah Cinta.
"Lucu, cemburu? Untuk apa aku cemburu pada kakakku. Lagi pula apa yang bisa kulihat dari pria searrogant dirimu?" jawab Cinta tidak mau kalah.
Cristian tertawa menggelengkan kepalanya, sembari bersandar santai di kursi.
Dia memandang Cinta yang sedang bersandar pada kaca jendela dan membuka galeri hapenya.
"Aku merasa pernah bertemu sebelumnya?" pancing Cristian.
Cinta menyipitkan mata melihat ke arah Cristian, mencoba mengingat-ngingat.
"Aku tidak pernah bertemu dengan pria keturunan Amerika Latin sepertimu," ucap Cinta.
"Kau yakin?" tanya Cristian.
Mata Cinta memandang ke atas mencoba mengingat-ingat.
"Aku yakin! Sepertinya tidak pernah," jawab Cinta mantap. "Jika aku bertemu pria tampan sepertimu aku pasti akan mengingatnya. Sayangnya kau itu buaya licik yang sedang mempermainkan hati kakakku,"
"Apa yang kau pikirkan?" tanya Cristian lagi.
"Apa yang bisa dilakukan pria latin sepertimu?" tanya Cinta.
"Banyak?" jawab Cristian yang mulai merasa nyaman berbicara dengan Cinta. Tangan satunya bersandar pada stir sembari mengusap dagunya yang panjang dan terbelah.
Ada bulu-bulu halus di sekitar rahangnya yang membuat fokus Cinta terbelah. Bulu matanya juga terlihat lentik. Berdekatan dengan pria ini membuat dirinya gerah. Masih lamakah kemacetan ini? Pikir Cinta.
"Kau bisa menari salsa?" tanya Cinta iseng daripada menghabiskan waktu dengan berdiam diri di mobil.
"Hampir semua pria asli sana bisa menari salsa," jawab Cristian.
"Wow! Aku suka dengan banyak lagu latin ,musiknya dan tariannya, aku juga pernah belajar tarian itu. Itu tarian yang sangat energik dan meng ... ." Cinta tidak meneruskan kata-katanya.
"Lanjutkan," kata Cristian.
"Tidak ... ," tolak Cinta merona.
"Menggairahkan," bisik Cristian di telinga Cinta. Membuat bulu kuduk Cinta meremang. Cinta menoleh sehingga pipi mereka bersentuhan tanpa sengaja. Ada tegangan listrik yang saling berhubungan satu dengan yang lain.
Mereka dapat mendengar deru nafas dan aroma pasangannya, membuat libido keduanya naik. Secara perlahan bibir Cristian menyentuh bibir Cinta pelan dan mengulumnya lembut.
Cinta ingin menghindar tapi tubuhnya malah berkata lain. Tubuhnya menginginkannya dan merindukan sentuhan ini.
Melihat Cinta tidak melawan membuat Cristian meneruskan ciuman itu. Menjelajahi setiap sudut, tidak ada yang terlewat. Hanya ada suara kecapan. Saling memagut dan membalas. Hingga mereka terhenti karena kesadaran diri masing-masing.
Nafas keduanya terengah-engah naik turun. Saling berpandangan. Bibir Cinta sedikit bengkak akibat ciuman yang lama dan panas itu.
Wanita itu hendak memalingkan wajahnya ke arah lain. Namun Crishtian mencegahnya dengan memegang pipi Cinta.
"Jangan berpaling lagi dariku," ucap pria itu.
Cinta mengernyitkan dahinya. "Lagi?"
Cristian menyentuh bibir Cinta lembut. "Dia lebih mengenalku daripada dirimu," jawab ambigu Cristian.
Tiin! Tiin! Tiin!
Suara klakson mobil membuat keduanya tersadar jika mereka berada di tengah kemacetan. Jalan di depan mereka mulai terbuka. Cristian melajukan lagi kendaraan membelah jalan ibukota.
Sepanjang hari ini Cinta tidak konsen melakukan pekerjaannya. Walau masalah kemarin telah selesai dan Cristian sudah menerangkan alasannya berada di ruangan itu sepanjang hari adalah demi membuka penggelapan dana perusahaan. Namun, tatapan tidak senang masih saja terlihat dari mata para wanita di ruangannya.
Cristian lelaki itu benar-benar menguasai pikirannya. Dia tidak bisa berpikir lain selain dirinya. Apa maksud dengan kalimat 'mengenalnya sebelum ini'.
Apakah dia pria yang tidur dengannya? Jika iya apa yang akan dilakukannya. Tidak mungkin? Haruskah dia bertanya padanya? Itu sangat memalukan. Jika dia ternyata bukan pria itu bagaimana anggapannya tentangku? Jika iya maka semuanya akan hancur.
Memikirkan itu semua membuat dia lupa makan siangnya dan tadi pagi dia juga tidak memakan sarapannya. Kini sudah hampir jam enam sore, dia masih enggan untuk pulang ke rumah. Ardi sedang berada di luar kota untuk urusan pekerjaan. Pria itu pasti sudah berada dirumahnya setelah menjemput Bella. Dia enggan untuk melihatnya lagi setelah kejadian tadi pagi di mobil.
Kejadian tadi pagi, ciuman itu terasa hangat dan mendebarkan jantungnya. Cinta menyentuh bibirnya.
"Kau teringat apa yang kita lakukan tadi?" kata Cristian tiba-tiba di telinga Cinta. Cinta yang terkejut menoleh ke samping dan melihat Cristian yang sedang berdiri di sampingnya.
Jantungnya berdebar lebih kencang. Serasa ingin copot dari tempatnya. Dia memegang dadanya yang ingin meledak.
"Kau mengejutkanku?" kata Cinta.
"Kau belum pulang, padahal aku sudah mengurangi pekerjaanmu agar tidak memberatkan. Aku tidak ingin mendengar ada yang mengeluh lagi di depan ayahku atau keluargaku," sindir Cristian.
"Aku tidak pernah mengeluh di depan keluargamu," sangkal Cinta.
"Kau tidak mengeluh di depan orang tuaku, namun kau mengeluh di depan calon istriku dan dia mengadukannya ke ayahku," kata Cristian.
Mendengar kata 'calon istri' membuat dia teringat akan kakaknya yang sangat menyayanginya. Dan dia malah berciuman dengan calon suami kakaknya. Wajahnya tiba-tiba terlihat muram.
"Kita pulang!" tanya Cristian.
"Aku akan pulang sendiri saja, kau jemput saja kakakku!" kata Cinta.
Tiba-tiba perutnya terasa nyeri. Cinta memegangi perutnya erat. Dia lalu merogoh tasnya dan mengambil botol obat membukanya dan meminum isinya langsung.
Cristian mengambil botol itu dan melihat tulisan yang tertera di sana.
"Obat maag, kau terkena asam lambung? Apakah kau sudah makan siang tadi?"
Cinta hanya diam.
"Kau pasti belum makan siang dan tadi pagi, aku hanya melihatmu minum susu itu," kata Cristian khawatir.
"Kau seperti ayah saja, terlalu mengkhawatirkanku," ucap Cinta meletakkan kepala di meja untuk meredakan sedikit rasa nyeri.
Melihat keadaan Cinta seperti itu membuat Cristian tidak sabar. Dia lalu meletakkan tangannya di antara lutut wanita itu dan satu tangannya di bahu Cinta mengangkatnya. Cinta menjerit karena terkejut.
"Turunkan aku!" pekik Cinta. Cristian tetap menggendong Cinta melewati pegawai yang sedang lembur.
"Kau mau membawaku kemana?" tanya Cinta.
"Membawamu ke surgaku," kata Cristian pelan. Membuat mata Cinta membelalak dengan indah.
***
Like
Vote
Dan komennya dong ... jangan pelit-pelit yah...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 336 Episodes
Comments
Sutar Imam Sujarwo
asyiiik dah mulai nih .
ibarat lagu "tanda tandanya" jatuh cinta
2023-03-12
0
Violita Putri Winarsih
ngidam paling
2022-02-02
0
Tuty Tuty
waaaooh thor awas bucin cris
2022-02-01
0