"Sudahlah jangan jawab pertanyaanku, kini terangkan maksud dari laporanmu ini," kata Cristian.
Cristian mempersilahkan Cinta duduk di kursi. Dengan langkah ragu wanita itu duduk di sana. Posisi Cristian masih sama, hanya saja dia kini bersandar di meja itu.
Cristian mulai mendengarkan pemaparan Cinta dengan seksama.
"Bagus sekali pekerjaanmu kali. Sekarang kau cari nama orang yang melakukan penggelapan ini beserta bukti-buktinya," Cristian kembali lagi ke kursinya.
Muka Cinta ditekuk. Ini bukan pekerjaannya mengapa dia harus mencari orang yang menggelapkan uang perusahaan. Seharusnya dia cari seorang akuntan profesional untuk menelitinya lebih lanjut.
Cristian duduk di hadapan Cinta tangannya di lipat rapi di atas meja cahaya matahari yang berada di belakang tubuhnya membuatnya terlihat seperti dewa yunani yang tampan. Sejenak Cinta mulai mengagumi ukiran indah Tuhan dalam wujud manusia.
"Aku tidak punya akses lebih jauh untuk meneliti kemana saja dana itu mengalir," tolak Cinta dengan mengeluarkan alasan bagus ini.
"Jika kau bisa mengaksesnya apakah kau mampu melakukannya dalam waktu satu hari ini?" tantang Cristian.
"Tuan tugas saya hanya membuat laporan saja bukan untuk meneliti lebih jauh tentang masalah ini,'' kata Cinta lagi. Dia sudah kesal namun ditekan rasa itu. Dia tidak ingin terlibat dalam masalah ini lebih dalam. Karena jika hal itu dilakukan dia pasti akan menemui masalah berat. Dia ingin menghindarinya sebisa mungkin.
"Kau sudah memberi tuduhan besar ke bagian penjualan. Ini bukan tuduhan biasa saja. Jika ada yang memberikan bukti kesalahanmu dalam membuat laporan kau bisa dituntut karena telah mencemarkan nama baik mereka yang ada di sana," Cristian bersandar santai di sandaran kursi dan menggoyangkannya.
Cinta menelan salivanya dalam-dalam.
"Sial ... sial ... sial ... ," rutuknya dalam hatinya.
"Satu minggu, beri waktu aku satu minggu untuk menelitinya," pinta Cinta.
"Satu hari," kata Cristian.
"Tiga hari, itu saja sudah ... ,"
"Hingga nanti sore, Nona Cinta." ucap Cristian.
"Kau tidak bisa semena-mena seperti itu!" kata Cinta dengan nada sedikit tinggi.
"Menarik," batin Cristian.
"Nanti sore harus sudah ada semua data itu,'' kata Cristian. "Jika tidak aku akan memanggil semua bagian penjualan dan kau harus bertanggung jawab terhadap laporanmu sekarang juga!"
Wajah Cinta memutih seketika mendengar hal itu. Dia belum punya bukti untuk mendengar pembelaan mereka. Dan dapat dipastikan dia akan dikeluarkan dengan tidak hormat. Dia juga akan menemui masalah berat dengan para petinggi perusahaan.
"Baiklah, aku tidak punya pilihan lain. Lalu bagaimana caraku mempunyai akses tidak terbatas itu?"
"Anak baik," kata Cristian tersenyum. Senyum penuh hantu yang berbahaya. "Kau bisa menggunakan komputerku untuk menyelidiki masalah ini. Komputer ini mempunyai akses ke semua komputer di gedung ini."
"Komputer anda?" tanya Cinta terkejut.
"Ya, apa ada masalah dengan itu?" Cristian mencondongkan tubuhnya ke depan.
"Mati kau Cinta, huwa ... ayah ... tolong anakmu keluar dari masalah ini?"
"Itu artinya saya harus bekerja di ruangan ini?" tanya Cinta lagi.
"Ya!" jawab Cristian tegas.
"Kau yang sudah menyalakan api kau pula yang harus memadamkannya," imbuh Cristian.
"Kau sudah menyalakan api malam itu kau pula yang harus bertanggung jawab pada masalah ini, atau pura-pura tidak mengingatnya," batin Cristian.
"Baiklah," jawab Cinta. Dia merasa bagai seekor tikus kecil yang terperangkap.
Cristian mempersilahkan Cinta duduk di kursinya dia sendiri berpindah tempat ke kursi di hadapannya.
Mereka mulai bekerja dalam satu ruangan. Bekerja dalam diam. Sesekali Cinta melirik ke arah bos yang sedang membaca setumpuk file dihadapannya.
Dia benar tugas pria itu lebih banyak darinya. Tiba-tiba Cinta teringat siluet tubuh pria yang sedang mandi waktu itu. Dia menggelengkan kepalanya keras.
"Aku membayarmu bukan untuk melamun," kata Cristian ketus.
Mendengar itu Cinta merasa malu karena larut dalam pikirannya sendiri. Dia mulai bekerja kembali.
"Aku tidak mengerti pada bagian ini?" tanya Cinta memperlihatkan penampakan di layar komputer.
Cristian memutari meja dan mendekati Cinta. Dia melihat ke arah layar komputer. Pria itu mulai meneliti setiap angka yang tertera.
"Bukankah yang di laporkan pada anda adalah sebesar ini Tuan," kata Cinta menunjukkan sebuah kertas.
"Di bagian penjualan cabang kita. Dan itu sudah terlihat berbeda di bagian pusat berarti ada yang bermain di sini," tambah Cinta lagi.
Cristian berdiri di samping Cinta mencondong membungkukkan tubuhnya dan mulai mengetik. Tubuh mereka sangat berdekatan. Wajah mereka pun hanya berkisar tidak kurang dari lima centi saja. Hembusan nafas pria itu terdengar jelas. Bau harum pria itu membuatnya tidak fokus.
Jantungnya mulai berdegub kencang. Darahnya mulai naik. Udara mulai terasa panas dan ada hawa aneh yang menjalar di tubuhnya. Cristian memalingkan wajahnya sehingga nafas pria itu menerpa wajah Cinta.
"Kau kenapa? Wajahmu berubah lebih merona," ledek Cristian.
Cinta memegang pipinya yang memanas dengan kedua tangannya.
"Bi-bisakah anda lebih menjauh sedikit," pinta Cinta gugup.
"Kenapa?" tanya Cristian mendekatkan wajahnya. Cinta menutup matanya dan menelan salivanya. Dia membuka matanya dan menik mata mereka saling bertemu.
"Saya tidak nyaman,'' kata Cinta memberanikan diri memalingkan wajahnya.
"Komputer ini hanya satu lalu bagaimana aku bisa melihatnya jika harus menjaga jarak?'' sindir Cristian.
Cinta sendiri lebih takut jika Cristian mendengar bunyi jantungnya yang keras. Dan udara di ruangan ini mengapa selalu panas. Atau ACnya mati? Batin Cinta.
Demi donut kesukaanku, aku sangat lapar namun pria ini membuatku berpaling dari rasa laparku.
Mereka berdua lalu asik berdiskusi hingga melupakan makan siang mereka.
"Kita sudah menemukan pelakunya Nona Cinta. Kau hebat!" Puji Cristian. Pria itu melihat jam di tangannya.
''Jam tiga sore kita melewatkan makan siang," katanya lagi.
"Aku akan memerintahkan sekretarisku memesankan makanan,'' kata Cristian.
"Tidak usah, aku akan kembali ke ruanganku saja jika masalah ini telah selesai," kata Cinta yang mulai berdiri.
Kedua bahu Cinta ditahan oleh Cristian dengan keras.
"Bisakah kau tidak pergi sesuka hatimu?" ungkap Cristian dengan nada tinggi. Cinta melihat ke arah bahunya yang di pegang Cristian. Serasa ada listrik di sana yang mengirimkan sinyal aneh ke tubuhnya.
Mata pria itu terlihat sangat marah.
Kenapa dia terlihat sangat marah? Toh, tugasnya sudah dipenuhi dan dia ingin keluar dari ruangan ini secepat mungkin. Pikir Cinta.
?
Kedua tangan Cristian berada di pegangan kursi seperti mengungkung wanita itu. Cinta hanya bisa menatapnya bingung.
"Kau tidak bisa berbuat semaumu di sini Cinta," kata Cristian menatapnya tajam. Dia lalu berdiri
dan memesan makanan lewat sambungan telephon. Cinta sendiri memegang dadanya yang selalu berdegub kencang dari tadi.
"Bila seperti ini terus jantungku bisa pindah posisi," gumam Cinta lirih.
Crishtian meliriknya, Cinta tersenyum sembari menyugarkan rambutnya.
"Sampai kapan kau pura-pura lupa?" batin Crishtian . Dia merasa harga dirinya hancur kerena ditinggalkan oleh seorang wanita tanpa permisi setelah malam panas mereka. Dan perempuan ini bertingkah seolah tidak pernah terjadi apa-apa setelah pertemuan kedua mereka.
Sebuah panggilan masuk ke gadgetnya. Cristian menekan tombol hijau pada layar dan berjalan menjauhi Cinta.
"Aku pasti akan datang dengan kedua orangtuaku untuk menemuimu," kata Cristian menjawab pertanyaan dari balik telephon.
"Aku juga menyayangimu," kata Cristian lagi yang sempat terdengar oleh Cinta.
"Beruntung sekali wanita yang dicintai olehnya'' batin Cinta.
***
Like, kalian adalah senyum untukku
komentar kalian adalah penyemangatku
vote kalian adalah dukungan terbesarku.
I Love u all
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 336 Episodes
Comments
Sutar Imam Sujarwo
wah mulai bucin nih sich bos
2023-03-11
0
Dewi Silaban
syukurlah klo si Cristian tau perempuan yang tidur sama dia
2023-01-25
1
Onih Soesanti
aduh ko jd akoh yg dakdik duk yaa
2022-12-27
0