Cinta berusaha untuk berdiri tegap. Walau pinggulnya sedikit terasa sakit akibat jatuh tadi. Dia mengusap lembut pinggulnya. Sembari menggigit bibirnya.
"Bisakah kau melakukan sesuatu dengan benar Nona Cinta? Bahkan untuk berjalan benar pun kau tidak bisa," ejek President direktur.
Pria itu terlihat menarik, bahkan sangat menarik. Tubuhnya terlihat tinggi walau dia sedang dalam keadaan duduk. Jas berwarna biru tua itu berpadu dengan kemeja putih, melekat apik di tubuhnya. Dan rambut berwarna cokelat tertata rapi dikepalanya. Dan mata hitam itu menatapnya tajam. Membuat Cinta gugup setengah mati.
"Maaf pak, mungkin aku terlalu gugup bertemu dengan anda," jawab Cinta sekenanya. Ada sedikit senyuman samar yang tidak terlihat dari bibir merah pria itu.
Penampilannya tidak se menyeramkan yang dikatakan orang. Dia pria tampan, maskulin dan keren. Itu yang pertama ada di benak Cinta. Ini tidak se mengerikan yang mereka katakan.
"Silahkan duduk," kata Crishtian. Dia lalu membuka kacamatanya dan meletakkannya di meja. Cinta duduk di hadapan pria itu dengan gugup. Dia melupakan sakit di pinggangnya dan berusaha agar fokus.
"Saya kemari untuk melihat di mana kesalahan saya dalam membuat laporan itu, nanti akan saya benahi lagi dengan sebaik-baiknya," kata Cinta. Sejenak bau parfum pria itu masuk ke dalam hidungnya. Dia seperti mengenal bau itu. Bau kayu-kayuan, yang membuat pria terlihat lebih maskulin dan menambah gairah. Oh, pikiran gila apa ini? batin Cinta.
Pria berpakaian hitam itu membenarkan letak jam tangan mewah miliknya ber-merk Tag heuer dengan satu tangannya yang lain. Jam tangan berwarna hitam itu sangat serasi dengan kulit tangannya yang putih dan bersih.
Kenapa terlihat menarik? Batin Cinta lagi. Otaknya sepertinya butuh reparasi. Dia tidak pernah tertarik pada pria sebelumnya. Namun pembawaan pria itu begitu menarik.
Tampan, rupawan dan hartawan adalah perpaduan berbahaya yang dimiliki seorang pria dan dia harus menjauhinya.
"Nama saya Cinta Aurora. Saya yang membuat laporan tadi Tuan," kata Cinta melirihkan kalimat terakhirnya.
"Apa laporan itu tidak dicek oleh direktur bagianmu sebelum sampai di mejaku?" tanya Crishtian bersandar di kursi kebesaran dengan melipat tangan di dadanya.
"Sudah, tapi menurutnya saya sudah benar," jawab Cinta cepat.
"Berarti kesalahan itu ada pada diriku?" bentak Crishtian tajam. Wajah Cinta memucat.
"Bukan seperti itu hanya saja ... .'' Cinta menghentikan kata-katanya.
Crishtian masih menatap lekat padanya. Seperti seorang singa yang siap memangsa. Cinta yang melihat itu bertambah gugup. Berkali-kali dia menelan salivanya. Tenggorokannya kering seketika dan dadanya berdegub dengan kencang karena takut.
"Hanya saja aku tidak mengerti di mana kesalahanku," jawab Cinta sekenanya.
"Lalu untuk apa aku membayarmu mahal jika kau sendiri tidak mengerti kesalahanmu!" kata Christian tajam.
Cinta membasahi bibirnya yang tiba-tiba terasa kering. Satu tangannya menyibak rambutnya yang panjang ke belakang. Memperlihatkan lehernya yang putih dan jenjang. Rasa panas akibat pertanyaan yang di keluarkan oleh Crishtian membuat dinginnya AC di ruangan ini tidak terasa.
"Saya akan memperbaikinya jika anda mau menunjukkan di mana letak kesalahannya karena saya tidak tahu di mana kesalahan saya, Tuan," ucap Cinta.
Jari tangan Crishtian yang panjang dan lentik mengetuk meja bergantian. Seirama dengan detakkan jantung Cinta.
"Aku yang bosnya atau kau?" sudut Cristian.
"Anda bosnya." Tenggorokan Cinta terasa tercekat.
.
"Kalau begitu temukan kesalahanmu dan perbaiki itu, aku beri waktu padamu satu hari ini. Laporan itu harus ada di mejaku besok pagi."
"Baik pak," jawab Cinta.
"Kalau begitu kerjakan sekarang juga," bentak Crishtian.
Cinta langsung berdiri tegap. Tanpa sadar dia menjatuhkan dokumen yang ada di pangkuannya. Wajahnya memutih seketika, bingung.
Dia berjongkok untuk mengambil kembali dokumen itu. Sejenak dia memberanikan diri menengadahkan kepalanya melihat ke arah Crishtian.
Pria itu melihat ke arahnya dengan salah satu jari mengusap dagunya. Menatap geli pada Cinta yang terlihat begitu panik.
"Ma-maaf pak," kata Cinta tergagap.
"Silahkan Nona Cinta, anda masih mempunyai banyak waktu untuk menyelesaikan tugasmu," sindir pria itu.
Mendengar hal itu Cinta mendengus kasar. Dengan cepat dia mengambil dokumen itu secara serampangan. Dia lalu pamit keluar kepada Crishtian.
"Sial ... sial ... sial ... ." rutuk Cinta sepanjang jalan. Dia lalu masuk ke lift dan kembali lagi ke lantai tempatnya bekerja.
Jam sudah menunjukkan pukul delapan malam. Namun Cinta masih saja larut dengan pekerjaannya. Hingga sebuah sentuhan di bahunya membuat terkejut. Dia menoleh dan mendapati sahabatnya Ardi sedang berada di sampingnya.
"Kita pulang, ini sudah malam." Ardi menunjuk pada jam di dinding.
Cinta terkejut kalau jam kerjanya sudah melampaui jam lembur. Dia mengusap mukanya kasar. Laporan ini belum selesai dibuatnya lagi. Masih banyak data yang belum dia masukkan ke dalam laporannya. Ingin dia menangis keras.
"Hu ... hu ... ." Cinta menangis keras.
"Kita bisa menyelesaikannya besok lagi!" bujuk Ardi.
"Bos ingin laporan ini ada di mejanya besok pagi," jawab Cinta.
"Cup ... cup ... ." Ardi menepuk lembut punggung Cinta. "Kita pulang terlebih dahulu, setelah kita makan dan membersihkan diri aku akan ke tempatmu, untuk membantu menyelesaikan pekerjaan ini bersama." Wajah Cinta berubah sumringah dia memeluk Ardi senang.
"Terima kasih," kata Cinta senang. Dia lalu membenahi semua dokumen itu dan mengambil tasnya. Mereka lalu berjalan menuju lift.
Sesampainya di bawah mereka bertemu dengan Crishtian yang sedang berjalan keluar dari lift pula. Cinta langsung menarik lengan baju Ardi dan menunduk bersama memberi hormat pada Bos mereka.
Muka Crishtian terlihat dingin dan datar dia berjalan saja melewati mereka berdua. Seolah tidak menganggap mereka itu ada.
Cinta melayangkan tinjunya ke arah Crishtian. Tidak sadar jika kelakuannya terlihat di bayangan kaca. Ardi menggelengkan kepalanya melihat tingkah sahabatnya itu.
"Kau bawa mobil sendiri?" tanya Ardi.
"Mobil itu biar kutinggal di sini. Aku mau pulang naik motor bersamamu,'' pinta Cinta.
"Baiklah Tuan Putri," kata Ardi menggandeng tangan Cinta hingga ke tempat parkiran. Cinta lalu membonceng motor ninja milik Ardi. Roknya tersingkap ke atas pahanya. Ardi lalu memberikan jaket miliknya untuk menutupi paha Cinta. Mereka berpelukan melewati sebuah mobil mewah milik bosnya. Sekilas mereka nampak bagai sepasang kekasih yang sedang di madu cinta.
Sesampainya di rumah Cinta di sambut dengan pandangan tidak menyenangkan dari ibunya.
"Kau pulang terlambat hari ini?" tanya Bella, kakaknya.
"Aku ... .'' Cinta terdiam ketika ibunya mulai bersuara.
"Kau keluar bersama Ardi tadi?" tanya Riska, ibu Cinta.
"Aku hanya ... ."
"Kau itu anak perempuan. Seharusnya bisa menjaga dirimu dan nama baik keluarga ini. Contoh kakakmu. Dia selalu pulang tepat waktu. Dan tidak pernah terlihat pergi bersama sembarang pria." Nasihat Ibunya dengan nada tinggi.
"Kakak ... kakak selalu tentang dia yang terbaik. Aku sendiri selalu disalahkan dan tidak pernah di anggap." Cinta berteriak dalam hati.
"Sudahlah Bu, dia baru pulang bekerja," kata ayahnya.
"Kau selalu membelanya, dia itu anak perempuan harus dididik dengan baik. Agar tidak sama kelakuan," ibunya terdiam ketika melihat ayahnya menatapnya tajam.
"Kau urus saja anakmu itu?" kata Rizka kesal meninggalkan mereka semua.
"Memang aku bukan anakmu ibu? Kau selalu berkata aku anak ayah tanpa pernah berkata kalau 'aku anakmu','' tangis Cinta dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 336 Episodes
Comments
Ana Evi
jas biru tua apa hitam Thor?
typo
2022-01-29
0
Ana Evi
apa ibunya lupa kalo membuat anak itu harus kerjasama, berarti hasilnya milik berdua 😌😀
2022-01-29
0
Andry
cinta ank kandung bukan ya???
2022-01-24
0