Melihat Cinta yang gelisah dan tidak tenang, juga sikap sedikit histeris yang diperlihatkannya, Cristian melompat dan mengungkung Cinta. Kedua kakinya di tekuk bersimpuh berhadapan dengan Cinta dan tangannya memegang kedua bahunya.
"Tenanglah Cinta, tenang," Cristian sedikit mengoyak tubuh Cinta untuk menyadarkan dari sikap berlebihannya. Cinta lalu terdiam, menatap Cristian dan menangis. Sebuah tangisan pilu yang baru didengar oleh Cristian.
Pria itu lalu mendekap Cinta erat dalam pelukan dan mengusap lembut punggung Cinta.
"Kau tidak boleh mencintaiku, kau harus mencintai kakak," ucap Cinta.
"Kenapa aku tidak boleh mencintaimu, bukankah ini hatiku. Dia yang menentukannya sendiri bukan aku," kata Cristian.
"Aku tidak mau kakak terluka dan sedih, jika dia sedih maka ibu akan lebih sedih ketika mengetahuinya. A-aku tidak ingin melihat ibu terluka dan sedih karenaku," kata Cinta gagap dan bingung.
"Kau juga anak ibumu, dia pasti akan sedih jika melihatmu terluka," tutur Cristian.
Cinta menengadah, memandang wajah Cristian yang tampan. Dan tersenyum kecut.
"Aku dan Bella berbeda. Ibu sangat menyayangi Bella dari kecil, dia akan marah jika aku mengganggu kakak atau membuatnya sedih. Dan aku tidak suka jika ibu marah padaku," terang Cinta.
"Seharusnya tidak boleh ada perbedaan karena kalian sama-sama anaknya," pendapat Cristian. Sebenarnya dari awal dia sudah melihat perbedaan itu.
Cinta hanya diam seribu bahasa tidak tahu harus menjawab apa.
"Apakah kau merasakan rasa yang sama, Cinta?" tanya Cristian. Cinta hanya terdiam dalam hatinya dia mengakui jika dia tertarik pada pria itu.
Cristian mengangkat dagu Cinta dan melihat manik mata wanita itu.
"Katakan jika kau tidak merasakan getaran aneh di dada dalam sentuhanku," tanya Cristian lagi. Cinta menutup matanya takut jika tatapan Cristian akan menghipnotisnya dan membuatnya mengungkapkan semua rasa yang ada di hati.
"Tidak," jawab Cinta lirih lalu membuka matanya.
"Jika kau mencintaiku apa kau mau menikah denganku?" Cristian memiringkan kepalanya menunggu jawaban Cinta.
"Aku tidak akan menikam kakakku sendiri dari belakang, kalaupun iya aku akan pergi jauh dari kalian," jawab Cinta tegas.
"Iyakah?Kau yakin sekali dengan jawabanmu," kata Cristian.
"Karena kebahagiaan keluargaku adalah nomer satu bagiku," jawab Cinta.
"Aku memberimu sampai hari keseratus pertemuaan kita karena setelah itu aku akan menikahi Bella saat itu juga. Dan aku yakin kau akan menyesalinya,'' ucap Cristian tegas.
"Aku tidak mungkin akan menyesalinya karena aku orang pertama yang akan ikut bahagia melihat senyum di wajah kakakku," jawab Cinta datar tanpa ekspresi.
"Dan satu bulan lagi pesta pertunangan kami, Cinta," pancing Cristian.
"Aku akan ikut merayakannya." Cinta menarik dua sudut bibirnya dengan dipaksakan. Mencoba menampilkan senyum terbaiknya.
"Kalau begitu kau harus menari di acara itu," tantang Cristian.
"Aku tidak mau," tolak Cinta.
"Kau harus mau karena aku rindu menari bersamamu seperti saat itu," kata Cristian. Mata Cinta membelalak lebar, wajahnya memerah karena malu. Dia memalingkan wajahnya untuk menyembunyikan isi hati.
"Aku tidak ingat itu," jawab Cinta berbohong. Sebetulnya dia mengingat momen itu walau hanya sekilas saja.
"Kau akan berdansa denganku, baru aku akan menyematkan cincin pertunangan di jari kakakmu jika tidak aku akan meninggalkan acara itu dan membuat kakakmu bersedih,"
"Kenapa kau mau menyakiti hati kakakku?" tanya Cinta. Wajah mereka kini hanya berjarak satu jengkal saja.
"Itu adil aku terluka dan kakakmu juga terluka baru kau akan mengerti jika keputusanmu salah,''
Cinta tersenyum sinis, "Kau selalu memaksakan kehendakmu."
"Aku bukan melakukan ini tanpa tujuan Cinta. Aku hanya ingin melihat apa kau juga merasakan apa yang kurasakan," jawab Cristian. Cinta tertegun mendengar tutur kata Cristian.
"Kau itu sangat keras kepala. Sudah kukatakan jika aku tidak mencintaimu. Aku punya Ardi yang mencintaiku dan kucintai," ucap Cinta berbohong.
"Aku akan lihat apakah cintamu pada Ardi sebuah kenyataan atau hanya sebuah khayalan belaka untuk menutupi perasaanmu. Cristian bergerak dan duduk membelakangi Cinta. Pria itu mengacak kasar rambutnya sendiri.
Sejenak mereka terdiam larut dalam pikiran masing-masing.
"Pertemuan pertama kita memang sebuah kesalahan tapi itu sebuah takdir yang indah yang Tuhan buat untuk kita,"
"Dan itu adalah sebuah kesalahan yang harus ku bayar mahal," lanjut Cinta.
"Biarkan kesalahan itu aku saja yang menanggungnya kau cukup berlindung dalam dekapanku saja," ucap Cristian serak membalikkan badannya dan menatap Cinta.
"Tidak semudah itu, semua akan terkena imbasnya. Kak Bella akan terluka, ayah dan ibu akan kecewa padaku dan lalu apa pendapat orang tuamu, mereka pasti menganggapku bukan wanita yang baik karena merebut calon suami kakaknya sendiri dan aku akan jatuh terpuruk oleh tuduhan yang disematkan padaku" terang Cinta berapi-api. Cristian meletakkan jari telunjuknya di bibir Cinta.
"Bisakah sejenak kau egois dengan hatimu sendiri, lepaskan beban dan tutup matamu rapat. Lihat jauh ke dalam hatimu ,di dalam sana hanya ada aku saja yang menunggumu!" ucap Cristian. "Aku dan calon anak kita."
"Takdirmu adalah mencintaiku Cinta, jadi jangan pernah lari dari cintaku," ucap Cristian.
Cinta hanya bisa bungkam, dia sudah kehabisan kata-kata untuk menjawab pria itu. Jujur di dalam hatinya dia pun tahu jika dia tertarik pada Cristian.
"Sekarang tidurlah, aku akan menunggumu di luar kamar," ucap Cristian berjalan keluar. Sebelum membuka pintu itu Cristian menoleh.
"Aku akan menunggu hari di mana kau mengenali cintamu padaku."
Cristian lalu keluar dari kamar Cinta.
Cinta yang di dalam kamarnya merasa sangat gusar. Berkali-kali dia membolak balik tubuhnya tapi dia tetap tidak merasa nyaman. Hingga selang infusnya tertarik dan semburat darah masuk ke dalam selang.
Cinta meringis memegang tangannya yang terasa pegal dan sakit. Sejenak dia penasaran apakah Cristian benar-benar tidur di luar kamar.
Dia turun dari tempat tidur dan mengambil infus lalu berjalan menuju pintu dengan langkah pelan. Dia mulai membuka pintu dan melihat Cristian tidur dengan posisi meringkuk di kursi yang terbuat dari sainleess.
"Dasar keras kepala," gumam Cinta.
Dia akhirnya keluar dari kamar dan menghampiri pria itu. Menepuk bahu pria itu.
"Cristian bangunlah," panggil Cinta lirih.
Cristian membuka matanya dan menguceknya. Dia terkejut melihat Cinta yang berdiri memegang selang infus di tangannya.
"Kenapa kau keluar dari kamarmu malam-malam begini?" tanya pria itu sembari berdiri.
"Kenapa kau tidak pulang saja ke rumahmu, ini sudah malam dan udara terasa sangat dingin."
"Aku sedang menunggumu disini,'' jawab Cristian.
"Aku terbiasa sendiri. Tapi jika kau tidak mau pulang, tidurlah di sofa kamar."
"Bagaimana jika aku tidur di tempat tidur itu bersamamu," ledek Cristian.
Cinta memutar bola matanya malas dan membalikkan tubuh, masuk kembali ke dalam kamarnya.
Tapi tangan Cristian merengkuh bahunya dan tangan satu lagi berada di atas lutut dan seketika tubuhnya di angkat ke atas.
"Apa kau tidak bisa tidur karena aku? Kalau begitu aku akan membuatmu tidur dengan nyaman," bisik Cristian di telinga Cinta.
Mendengar ucapan Cristian membuat tubuh Cinta meremang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 336 Episodes
Comments
Violita Putri Winarsih
serumit inikah cinta
2022-02-02
0
Salma Cheng
manisnya ...suka bgd Thor 👍
2022-01-25
0
Iiq Rahmawaty
aku yakin bela org yg baik..dia psti mentingin kbhagiaan adiknya
2022-01-13
0