Aku akan benar-benar mati! batin Ayana menjerit ketika ia jatuh di atas pangkuan Zach.
Untuk beberapa detik pandangan mereka saling beradu. Bukannya marah, Zach malah terlihat seperti membiarkan hal itu terjadi dengan atau tidak sengaja. Sementara Ayana tampaknya masih tersihir akan ketampanan bosnya yang baru di sadarinya.
Zach lalu menyeringai. "Apa pangkuanku sangat nyaman? Kau sepertinya tak ingin beranjak!" sindirnya.
"Ah!" Ayana akhirnya tersadar dan segera beranjak dari pangkuannya.
Ia hampir terjatuh kembali jika Zach tidak menarik tangannya.
"Hati-hati, nona! Kau bisa melukai dirimu!" tegurnya.
"Maafkan aku, tuan! Aku benar-benar tidak sengaja!" pintanya.
Ia tampak canggung dengan situasi seperti ini. Berbanding terbalik dengan Zach yang terlihat biasa saja.
"Sepertinya sepatumu bermasalah! Lepaskan saja jika itu menyakitimu!" usul Zach yang ternyata menyadari hal itu.
"Tidak apa-apa, tuan! Aku baik-baik saja." ucapnya.
Keduanya diam untuk beberapa saat. Ayana berdiri sepanjang malam. Ia sebenarnya sudah terlalu lelah. Ia tampak sekuat tenaga membuka matanya yang hampir terpejam. Tetapi apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Ia hanya berharap waktu kerjanya segera berakhir. Setelah dari sini, ia masih harus ke hotel untuk bekerja. Ia mungkin akan curi-curi waktu untuk tidur.
Zach terlihat sibuk dengan tab yang dipegangnya. Tetapi ia tidak sepenuhnya fokus.
"Jika kau lelah, duduklah!" perintah Zach kemudian.
"Tidak usah, tuan! Aku.... "
"Duduk! Atau aku akan memecat mu dari hotel. " desaknya geram tanpa memberi kesempatan pada Ayana untuk menolaknya.
Ia terdengar kesal. Ayana memilih untuk menuruti perkataannya. Ia duduk dengan patuh di hadapannya. Zach kembali menatap layar tablet-nya.
"Em... tuan!" ucapnya ragu.
"Hem.." Zach merespon tetapi tidak menoleh padanya. Ia masih fokus pada tab dalam genggamannya.
"Kau tidak akan memecat ku, bukan?" tanyanya ragu.
"Kau tahu peraturan hotel, bukan? Tidak ada masalah jika kau mencari pekerjaan sampingan di luar hotel selama itu tidak mengganggu pekerjaan utamamu. Dan tentunya tidak mempengaruhi kinerjamu juga nama baik hotel, maka tidak ada masalah." jelasnya.
"Baiklah. Terima kasih banyak tuan!"
Suasana hening seketika. Tak ada satupun dari mereka yang berbicara. Ayana duduk diam dengan memeluk botol minuman tersebut. Matanya terasa semakin berat. Namun ia mencoba sekuat tenaga untuk tetap terjaga. Hingga akhirnya ia tak sanggup lagi menahannya dan .... tertidur.
***
Zach menatap Ayana yang tertidur di depannya. Ia lalu berdiri dari sofa, berjalan menghampirinya dengan membawa jasnya. Lalu menyelimuti tubuh wanita itu agar ia terhindar dari rasa dingin.
"Kenapa kau sangat keras kepala!" keluhnya.
Ia lalu mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.
"Siapkan mobil! Kita pulang sekarang!" perintahnya pada orang di seberang.
...****************...
Seorang gadis yang sedang terlelap tampak terusik ketika cahaya matahari yang masuk mengganggu matanya. Ia tersentak seketika hingga membuatnya terbangun dari mimpi indahnya.
Dia adalah Ayana. Gadis itu terbangun dengan wajah yang segar. Jarang sekali ia bisa memiliki kualitas tidur yang baik seperti saat ini. Ia lalu duduk di atas ranjangnya yang nyaman. Namun ia juga merasa ada yang aneh dengan kenyamanan tersebut.
Ia menatap sekeliling kamar dengan kesadaran yang belum sepenuhnya kembali. Merasa familiar dengan ruangan itu, namun itu jelas bukan kamarnya. Itu juga bukan kamar di rumah bibinya. Tapi ia ingat pernah tidur di kamar ini sebelumnya.
Ini......
Matanya membulat seketika. Ia seketika melompat dari atas ranjang.
"Jangan bilang aku sedang berada di rumahnya... lagi!" pekiknya.
Ia memeriksa tubuhnya dengan cemas. Pakaiannya sudah diganti dengan gaun tidur yang sudah bisa dipastikan bahwa itu bukanlah gaun murah ataupun gaun setengah harga yang sering ia jumpai di pasar ataupun pusat pembelanjaan murah.
"Apa yang sudah terjadi? Kenapa aku bisa berada di sini? Aku tidak ingat apapun. Bagaimana ini? " Ia tampak panik.
Ia lalu memeriksa jam. Hari sudah tampak terang. Ia ingat harus bekerja hari ini. Ia semakin panik ketika melihat jam dinding sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Ia sudah sangat terlambat. Ia lalu teringat dengan tas nya. Ia mencarinya di setiap sudut ruangan dan menemukannya tergeletak di atas sofa. Ia mengambilnya dengan cepat. Lalu memeriksa ponselnya. Melihat apakah ada panggilan tak terjawab dari pamannya. Ternyata tidak ada.
"Kenapa paman tidak meneleponku? Apa dia tidak tahu jika aku belum datang?"
Tok.... tok.... tok...
Tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu kamarnya. Ayana menghampirinya lalu dengan ragu membukanya.
Seorang wanita muda tampak berdiri di ambang pintu. Jika dilihat dari pakaian yang dikenakannya, Ayana menduga jika ia salah satu pelayan di rumah ini.
"Anda sudah bangun, nona! Maaf jika saya mengganggu anda! " pintanya sopan.
"Tidak apa-apa! Aku memang sudah bangun dari tadi! Ada apa? " tanyanya.
"Saya hanya ingin memberitahu bahwa tuan muda sudah menunggu anda di bawah untuk sarapan bersama. " jelasnya.
"Apa! D-dia sedang menungguku? "
"Iya, nona!"
"Baiklah! Aku akan mandi terlebih dahulu. Setelah selesai, aku akan turun ke bawah."
"Baik, nona! Jika begitu saya permisi!"
Gadis itu pergi meninggalkan Ayana yang kebingungan. Apa yang sebenarnya diinginkan oleh Zach?
...****************...
Ayana duduk dengan canggung di samping Zach. Ia sudah mengganti pakaian tidurnya dengan dress selutut yang dipilihnya secara acak di dalam lemari kamarnya. Ia bahkan bingung ketika melihat begitu banyak pakaian wanita di dalam lemari tersebut. Ia sempat menduga bahwa Zach pasti sering membawa wanita menginap di rumahnya. Jika tidak, untuk apa ia menyiapkan pakaian sebanyak itu di rumahnya. Ia kan hanya tinggal seorang diri di rumah ini. Benarkan?
Ayana tampak memakan makanannya dengan susah payah. Padahal hidangan yang tersaji di atas meja terlihat sangat lezat. Segala hidangan mewah kelas atas tersaji di hadapannya. Tetapi semua terasa hambar di lidahnya. Ia sama sekali kehilangan nafsu makannya karena berada sedekat itu dengan Zach, atasannya.
Ia bahkan terlalu takut untuk bertanya. Tetapi ia tetap harus bertanya.
Ayana terlihat mulai membuka mulutnya, tetapi Zach segera menyelanya.
"Jika ada yang ingin kau tanyakan, tanyakan setelah selesai makan. Aku tidak suka berbicara ketika sedang makan!"
Ayana tampak menutup mulutnya kembali. Ia tak jadi bertanya.
***
Waktu sarapan yang hambar berakhir juga. Zach memintanya untuk mengikutinya ke ruang kerja.
"Tuan! Saya sudah terlambat! Saya ingin pergi bekerja! " ucap Ayana ketika mereka masuk ke ruang kerja.
" Kau tidak akan bekerja hari ini. Aku sudah mengambil cuti untukmu!" Zach duduk di kursi kerjanya.
"Tapi saya sudah cuti kemarin. Bagaimana jika nanti saya di pecat? " tanyanya bingung.
"Apa kau lupa siapa bos mu?" tanya Zach.
"Anda!"
"Lalu siapa yang berani memecat mu jika aku yang menyuruhmu!"
"Iya juga! Tapi, kenapa saya bisa berada di rumah anda? Seingat saya, saya sedang bekerja! Setelah itu... " Ayana berusaha keras untuk mengingat.
"Saya tidak ingat!"
"Duduk!" perintah Zach menyuruhnya untuk duduk.
Ayana duduk dengan patuh.
"Aku tidak ingin melihatmu bekerja di klub malam lagi!"
"Kenapa? Tuan tidak berhak melarang saya bekerja di manapun yang saya inginkan. Itu hak saya! Lagipula bukankah tuan sudah mengizinkan saya kemarin malam?" bantah Ayana.
"Iya, aku memang mengizinkanmu. Tetapi kau membuat kesalahan kemarin malam. Jadi aku ingin kau keluar dari pekerjaan mu di klub malam."
"Kesalahan? Kesalahan apa, tuan?"
"Kau tidak ingat?"
Ayana berusaha untuk mengingat. Kesalahan apa yang kulakukan? Apa aku melakukan sesuatu ketika aku tertidur?
"Aku benar-benar tidak ingat, tuan! Memangnya kesalahan apa yang saya lakukan? " tanya Ayana penasaran.
"Kenapa kau tidak coba untuk mengingatnya? Yang jelas, kau tidak diperbolehkan lagi bekerja di klub malam. Jika kau melanggarnya, maka bersiaplah untuk dipecat. Kau tinggal pilih mau tetap bekerja di hotel. Atau klub malam?"
"Jangan, tuan! Jangan pecat saya! Saya sangat membutuhkan pekerjaan itu." pintanya memohon.
"Jika begitu, maka dengarkan perkataan ku."
"Tapi... "
"Tidak ada tapi nona Ayana!"
"Baiklah, tuan! Saya akan berhenti bekerja di klub malam! Jangan pecat saya! Tetapi apa hanya itu saja alasannya?" tanyanya penasaran.
Tidak mungkin hanya itu saja, kan?
"Iya! Hanya itu saja! Memangnya apa yang kau harapkan?" tanyanya balik.
"Tidak ada! Tetapi.. kenapa anda membawa saya ke rumah anda? Kenapa saya tidak berada di rumah saya?" tanyanya dengan penasaran.
Zach terdiam sesaat. Ia juga terlihat bingung. Ia juga tak tahu kenapa membawa Ayana pulang ke rumahnya?
Kemarin malam ia hanya merasa tidak tega ketika melihat Ayana kelelahan hingga tertidur. Ia juga tak mungkin membiarkannya tidur di sana sepanjang malam. Apalagi di tempat mengerikan seperti itu.
Tetapi kenapa ia bisa merasa tak tega. Ia sebelumnya tidak pernah seperti ini.
Aneh!
"Kenapa, tuan? Kenapa tuan membawaku ke rumah anda? " tanya Ayana lagi karena tidak juga mendapat jawaban.
Hening....
...****************...
💗
Jangan lupa dukung ya! Pastikan kalian tinggalkan jejak ketika selesai membaca ya.
Tekan ❤ biar ga ketinggalan update terbarunya. Jangan bosan nunggu ya 😉 ! Maaf belum bisa update tiap hari.
Terima kasih 🙏🙏
^^^photo by pinterest^^^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Serry (Я люблю тебя) нилетто
wah Zach spertiny suka sma Ayana🥰
2022-03-25
1
🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️🎯Fatimahᵇᵃˢᵉæ⃝᷍𝖒❁︎⃞⃟ʂ
Karena Zach sudah punya rasa pada Ayaana
2022-03-25
3