"Kenapa ia tiba-tiba memintaku untuk membersihkan kamarnya setiap hari?" gumam Ayana begitu keluar dari ruangan manajer.
Ia lalu berjalan kembali ke ruangannya untuk mengambil peralatan kerjanya. Karena ia harus mulai membersihkan kamar Zach mulai hari ini.
*
Kamar itu adalah satu-satunya kamar paling mewah di hotel ini. Bahkan mengalahkan fasilitas kamar presidential suite di hotel ini. Tidak sembarang orang boleh masuk ke kamar tersebut. Kamar itu tidak diperuntukkan untuk umum. Hanya khusus di huni oleh pemilik hotel ini saja. Bahkan hanya housekeeping pilihan saja yang boleh membersihkan kamar itu. Itupun harus dengan persetujuan si pemiliknya.
Kamar ini terbilang jarang di tempati. Selama dua tahun Ayana bekerja di hotel ini, ini pertama kalinya ia melihat pemilik asli kamar tersebut.
Ia benar-benar tak menyangka jika Zach-lah orangnya. Takdir seseorang memang tak ada yang tahu, bukan?
Tetapi kenapa ia malah memilih Ayana untuk membersihkan kamarnya? Dan yang lebih mengejutkan, ternyata hanya Ayana seorang yang mengerjakannya. Apa pria itu sedang menghukumnya?
Ayana tampak ragu ketika tiba di kamar tersebut. Manajer mengatakan jika ia harus membersihkan kamar tersebut saat ini juga karena Zach dan beberapa staff hotel sedang mengadakan rapat mendadak saat ini. Jadi selagi kamar kosong, Ayana bisa leluasa untuk membersihkannya.
Ayana membuka pintu kamar tersebut dengan kartu cadangan yang diberikan oleh manajer kepadanya. Tentunya hal tersebut sudah atas izin si pemiliknya.
Ayana tampak terpukau ketika pertama kalinya masuk ke kamar tersebut. Kamar itu benar-benar mewah dan sangat besar. Bahkan lebih besar dari rumah sewanya. Mungkin lebih mirip dengan apartemen daripada kamar hotel. Letak kamar tersebut juga tersendiri di lantai teratas hotel ini.
Ada banyak ruang di kamar tersebut. Mulai dari ruang tamu, mini bar, ruang makan serta kamar mandi yang luas.
Ayana mulai kebingungan untuk membersihkannya. Ia mungkin memerlukan waktu beberapa jam untuk membuatnya bersih.
Tanpa pikir panjang lagi, ia mulai membersihkan setiap sudut kamar tersebut.
Entah sudah berapa lama ia berada di kamar tersebut. Ia tampak kelelahan mengerjakan semuanya seorang diri. Tanpa ia sadari jam sudah menunjukkan pukul dua belas siang. Sudah saatnya istirahat dan makan siang untuk semua pekerja. Perutnya sendiri sudah berbunyi minta diisi akibat ia tak sempat sarapan pagi ini.
Ia secepatnya menyelesaikan pekerjaannya. Tinggal memasang sprei yang baru lalu pekerjaan selesai.
"Akhirnya selesai juga!" seru Ayana lega.
Ia tak habis pikir dengan atasannya tersebut. Seharusnya paling tidak ada dua atau tiga orang yang membersihkan kamar ini. Tetapi pria itu hanya menyuruhnya seorang diri untuk mengerjakannya. Apa ia benar-benar kesal padanya?
"Apa aku sudah menyinggungnya? Atau... ia marah karena aku tak menerima pemberian darinya? Pria itu benar-benar keterlaluan! Sebaiknya aku segera pergi sebelum ia kembali! " Ayana tampak menggerutu kesal.
Ayana segera merapikan peralatannya. Ia memastikan kebersihan kamar itu sekali lagi sebelum keluar dari sana.
***
"Kau darimana saja? Kenapa lama sekali kembalinya?" tanya Kayla pada Ayana begitu melihat wanita itu duduk di hadapannya.
Ia datang dengan membawa nampan berisi makanan di tangannya. Ia baru saja memulai makan siangnya yang sedikit terlambat. Sementara Kayla sudah hampir menghabiskan makanannya.
"Aku baru selesai membersihkan kamar CEO!" jawabnya lesu.
Kayla baru saja membuka mulutnya untuk kembali bertanya, tetapi Ayana keburu menghentikannya.
"Jika kau ingin bertanya yang lainnya, sebaiknya tunggu aku menyelesaikan makan ku dulu. Aku sudah kelaparan sedari tadi!" lanjut Ayana.
"Baiklah! Makanlah dengan perlahan! Kau memang terlihat sangat lapar! " ucap Kayla.
Beberapa saat kemudian setelah Ayana menyelesaikan makannya. Ia memberitahukan semua pada Kayla.
"Kau membersihkannya seorang diri? Apa dia sedang kesal padamu? Setahuku, dulu senior selalu membawa dua staff untuk membantunya. Lalu, kenapa kau ditugaskan seorang diri? Apa kau pernah tidak sengaja menyinggungnya?" Kayla mencoba menebak.
"Entahlah!" ayana terlihat mengangkat bahunya.
Ayana tidak menceritakan pertemuan pertamanya dengan Zach. Karena ia pikir jika itu seharusnya dirahasiakan dari Kayla. Ayana memang bukan tipe orang yang gampang mengutarakan isi hatinya pada siapapun. Walaupun ia cukup dekat dengan Kayla.
"Oh ya! Kau akan kemana setelah pulang kerja? " tanyanya.
"Seperti biasa! Aku akan menjemput Abi di rumah tetanggaku. Setelah itu aku akan membawanya ke warung mie." jelasnya.
"Apa kau tidak merasa lelah? Kau sudah bekerja seharian. Belum lagi jika Abi menginap di rumah sakit, kau juga harus menjaganya.. Jangan memforsir tubuhmu, Aya! Kau bisa sakit! " Kayla mencoba menasehatinya.
"Kau sudah tahu bagaimana keadaan ku, bukan? Aku membutuhkan banyak uang. Bahkan itupun tidak cukup untukku. Aku berpikir untuk mencari satu pekerjaan lagi."
"Kau masih ingin mencari pekerjaan? Aya, sayangi dirimu sendiri! Bagaimana jika kau jatuh sakit?" Kayla tampak mencemaskannya .
"Mau bagaimana lagi! Oh ya! Apa kau bisa membantuku mencari pekerjaan?"
"Entahlah! Nanti aku akan membantumu mencarinya. Jika aku mendengar informasi, aku akan memberitahukan mu!" jawab Kayla.
"Terima kasih!"
Percuma menasehati Ayana. Ia sangat keras kepala.
...****************...
"Kau sudah pulang?" tanya seorang wanita paruh baya pada Ayana.
Saat itu ia sedang menjemput adiknya yang ia titipkan pada ibu pemilik rumah sewanya.
Wanita itu memang sangat baik kepadanya. Ia seorang janda tanpa anak. Sehingga ia bersedia dengan sukarela menjaga Abi ketika anak itu keluar dari rumah sakit. Bahkan terkadang ia juga membantunya menjaga Abi di rumah sakit. Felly bekerja sebagai agen perumahan.
Ayana sangat bersyukur karena ia dikelilingi oleh orang-orang yang baik. Walaupun tidak ada hubungan darah, tetapi mereka sudah seperti keluarga baginya.
"Iya, bibi! Aku ingin menjemput Abi!" jawabnya.
"Abi baru saja tidur. Seharian ini kami bermain bersama. Karena lelah ia jadi tertidur." jelas wanita bernama Felly itu.
"Begitu, ya! Bagaimana ya?" Ayana tampak bingung.
"Ehm... begini saja! Biarkan saja dia tidur di sini. Bibi akan menjaganya selagi kau pergi bekerja. Lagipula jika kau terus menerus membawanya bekerja, itu juga tidak baik bagi kesehatannya. Ingat! Abi baru saja keluar dari rumah sakit. Terkena angin luar apalagi angin malam tidak baik untuknya." jelas Felly.
"Tetapi aku tidak ingin terus menerus merepotkan bibi. Bibi sudah menjaganya sedari pagi. Itu pasti melelahkan. Bibi juga harus bekerja, bukan? " Ayana merasa sungkan.
"Kau ini seperti dengan siapa saja! Bibi sudah menganggap kalian berdua seperti anak bibi sendiri. Jadi kau tidak perlu sungkan. Lagipula bibi hanya seorang diri di rumah. Dengan adanya Abi, bibi jadi tidak kesepian lagi." ucapnya menenangkan Ayana.
"Jika kau mencemaskan pekerjaan bibi, itu tidak masalah. Bibi sudah mendapatkan target untuk bulan ini. Tidak masalah jika bibi libur untuk beberapa hari." lanjutnya.
"Aku tidak tahu bagaimana caranya membalas kebaikan bibi. Terima kasih, bi!" Ayana tampak terharu hingga matanya terlihat berkaca -kaca.
"Tidak usah pikirkan itu. Lakukan saja pekerjaan mu. Ingat! Jangan terlalu memforsir tubuhmu!"
" Iya, bibi!"
...****************...
Ayana baru saja tiba di sebuah kedai mie yang lokasinya cukup jauh dari tempat tinggalnya. Ia harus naik bus umum untuk sampai di sana.
Ini tempat kerja keduanya. Ia sudah hampir setahun bekerja di kedai mie pangsit tersebut. Bosnya sendiri merupakan keturunan Tionghoa. Ia lumayan cerewet kepada pegawainya. Ia tidak akan segan untuk memarahi mereka ketika mereka melakukan kesalahan. Tetapi sesungguhnya ia adalah orang yang baik.
"Kau tidak membawa adikmu?" tanya wanita itu padanya.
"Tidak, Nyonya!" Ada keluarga yang menjaganya.
"Baguslah! Pergi ganti baju sana!" perintahnya.
Ayana mengganti pakaiannya dengan cepat. Setelah selesai, ia langsung bekerja.
Ayana bekerja hingga pukul satu malam. Biasanya kedai tersebut akan mulai penuh pada malam hari.
...****************...
Sementara itu di sisi yang berlawanan. Di sebuah gudang terpencil di pinggiran kota.
"Dia masih tidak mau bicara!" seru Zach yang baru saja tiba di sana. Ia sepertinya tampak kesal.
Di hadapannya terlihat seorang pria yang duduk di sebuah kursi kecil dengan tangan terikat ke belakang.
Wajahnya tampak memar di sana sini. Beberapa luka memar tersebut mengeluarkan darah yang masih terlihat segar.
Seorang bodyguard berpakaian hitam membawakan kursi lainnya untuk Zach. Ia lalu duduk di hadapan pria yang terluka itu.
Benny, asisten pribadinya, menyerahkan sebatang rokok pada Zach dan membantunya untuk menyalakannya.
"Berapa lama ia seperti ini?" tanya Zach pada Benny.
"Sejak siang tadi tuan! Ia sama sekali tidak bicara sepatah katapun. Sepertinya ia sudah dilatih untuk tutup mulut." jelasnya.
Zach lalu menyeringai. "Sangat patuh, he!"
Zach lalu berdiri dan menghampiri pria itu. Ia melihat wajahnya dari dekat. Lalu tersenyum sinis.
"Kau menang pria malam itu! " desisnya.
"Kau tahu... aku paling suka dengan orang yang setia sepertimu. Sayangnya....kau berpihak pada orang yang salah! Apa kau pikir aku tidak tahu siapa yang menyuruhmu!" lanjutnya.
Pria yang terluka itu tampak tidak bergeming sedikitpun. Ia bahkan menatap Zach tanpa berkedip sedikitpun.
"Kau sangat pemberani! Tetapi perlu kau tahu jika aku tidak sedang lengah seperti kemarin malam. Anggaplah kau sedang beruntung saat itu!" ucapnya sinis.
Zach lalu memainkan jemarinya mengisyaratkan pada anak buahnya untuk memberikan senjata padanya. Sebuah pisau tajam kini berada didalam genggamannya. Ia memainkan pisau itu ke wajahnya.
"Sayang sekali kau tidak menggunakan kesempatan bagus yang ku berikan malam itu. Seharusnya kau menghabisi ku sesuai dengan permintaan orang yang membayar mu, bukan?" Zach memotong tali yang mengikat kedua tangan pria itu.
"Tuan! Apa yang kau lakukan?" tanya Benny bingung.
Zach tidak menjawab pertanyaan Benny yang semakin membuatnya bingung.
Pria yang terikat itu juga kebingungan. "Apa yang kau mau?"
"Oh! Ternyata kau bisa bicara!" sindirnya.
Ia menatap Zach tanpa rasa takut sedikitpun.
"Aku sedang senang hari ini! Jadi, pergilah! Lakukan apa yang ingin kau lakukan ! Tetapi pergilah yang jauh dari sini. Aku tidak ingin kerepotan mengurus mu!"
Seakan tahu apa yang dipikirkan oleh pria itu, ia menyuruh untuk pergi. Tanpa pikir panjang, pria itu segera pergi dari hadapannya. Ia berlari dengan cepat.
"Tuan!" seru Benny.
"Tidak apa-apa! Kalian ikuti dia dari belakang. Jangan melakukan apapun. Hanya melihat saja!" ucap Zach penuh penekanan pada perkataannya.
Beberapa bodyguard nya langsung menuruti perintah Zach. Mereka berlari mengejarnya.
"Tuan! Aku tidak mengerti!" seru Benny kebingungan.
"Nanti kau juga akan mengerti!" sahut Zach tampak tersenyum.
"Oh ya! Bagaimana kabar gadis kecil ku hari ini? " tanyanya yang langsung di pahami oleh Benny.
...****************...
💗
Jangan lupa dukungannya ya!! Maaf belum bisa update tepat waktu.
Terima kasih!!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments
Serry (Я люблю тебя) нилетто
siapa musuh ny y...
next Thor....
2022-02-16
1
🌍ɢ⃟꙰Ⓜ️🎯Fatimahᵇᵃˢᵉæ⃝᷍𝖒❁︎⃞⃟ʂ
Siapa gadis kecilnya ya thor?
2022-02-16
2