Dirumah sakit yang sama tempat Faris dirawat, Diva langsung diberikan penanganan dan diawasi karena suhu badannya terlalu tinggi. Mamanya takut kalau Diva sampai kejang, mamanya menangis menyalahkan diri sendiri karena tidak tau kondisi putri kesayangannya.
Tak lama Raina langsung mengabari teman-temannya untuk kabar Diva saat ini.
Raina hanya duduk dikursi depan ruangan Diva, ia bersandar pada pundak Surya dan memejamkan matanya lalu menghela nafas. "Hahhh.... Aku cape banget yang," ujar Raina yang masih bersandar dipundak Surya.
Surya menepuk-nepuk pelan kepala Raina dan mengusap rambut Raina. "Iya gapapa, sini senderan pundakku aja biar ga cape. Apa mau pulang sekarang?" tawar Surya pada istrinya yang tampak kelelahan.
Raina menggeleng, "Ga ah, nunggu bentar lagi siapa tau Diva sadar." Raina kembali duduk dengan tegak karena merasa posisinya tidak enak.
"Sini bobo di pahaku aja, lurusin kakinya ke kursi biar enak." Surya membenarkan posisinya dan menepuk-nepuk pahanya mengode Raina agar tidur dipahanya.
Raina pun menurut dan tiduran dipaha Surya, tak sadar matanya terpejam. Surya hanya tersenyum melihat istri kecilnya. Ia melepas jaketnya lalu menutupi badan Raina agar tak kedinginan.
Ting...
Mama Diva keluar dari ruangan dan melihat Raina yang tertidur, ia pun tak tega dan menyuruh Raina dan Surya untuk segera pulang.
"Ah Ya Allah maaf ya gara-gara Diva kalian harus kayak gini, mending kalian pulang aja ya. Ini udah malem dan Raina juga kelihatannya kecapean juga loh Ya," ujar Mama Diva tak tega.
"Iya tante santai aja, ga papa kok tante tenang aja. Kita nunggu temen sebentar habis itu pulang," jawab Surya sambil tersenyum ramah.
Mama Diva mengangguk, "Yaudah nanti kalo mau pulang kabarin tante ya. Eh ayo masuk aja, digendong Raina nya tidurin di sofa dalem. Ini ruang VIP ada sofanya kok, ayo biar ga dingin."
Surya menurut lalu menggendong Raina masuk kedalam ruangan agar Raina tak terlalu kedinginan juga. Ia menidurkan Raina dengan pelan-pelan disofa.
Surya memilih untuk duduk diluar sambil menunggu kedatangan teman-temannya. Begitu semua datang, mereka masuk keruangan dan menjenguk Diva.
...***...
Sudah dirasa cukup waktu mereka menjenguk, mereka semua pamit pulang termasuk Raina dan Surya. Mereka keluar berjalan bersama hendak menuju parkiran. Mereka semua berbincang-bincang sedikit, namun tiba-tiba saja Arkan berhenti didepan lorong paviliun merpati, tempat Faris dirawat.
"Kenapa lu Kan?" tanya Surya.
Arkan tampak gelisah dan seperti tidak tenang, "Ga tau, gua rasanya ga tenang aja. Kayak ada sesuatu yang bakalan terjadi gitu," jelas Arkan.
"Emang apa by?" tanya Naya.
Arkan menggeleng menandakan tidak tau. Dika pun menyahut dan berkata, "Lu semua kayak ngerasa ada yang kurang gitu ga sih?" tanyanya.
"Maksud kalian berdua apaan dah? Buru ae tudep jangan basa-basi elah, ga sabar gua mau balik, ngantuk!" kesal Raina yang masih memaksakan matanya tetap terbuka.
"Sumpah dah, masa kalian ga ngerasain apa? Kayak ada yang kurang loh nj*r!" Dika kesal karena tidak ada yang mengerti apa maksudnya.
"Dikaaaa jangan gitu ih! Ini di rumah sakit tau!" sahut Naya yang celingukan tampak sedikit gelisah ketakutan.
Dika berdecak, "Ck bukan setan dodol! Tapi tentang kita, kayak kurang aja gitu rasanya!" Dika masih mengeyel dan berusaha memahami situasi ini.
"Gua kok tiba-tiba kepikiran sama si Faris ya, ini kita berhenti juga didepan lorong paviliun si Faris kan?" tanya Surya sambil menengok kearah lorong disampingnya.
"Anu, gini deh, kalian kalo mau balik ya balik duluan aja. Gua sama suami gua mau cek Faris bentar, kaga masuk cuma liat dari luar doang," Raina memberi usul penyelesaian.
"Kaga usah, ayo bareng-bareng aja. Orang Faris juga temen kita kok," jawab Dika.
"Yaudah ayo."
Mereka semua berbelok dan berjalan menuju ruang Faris dirawat, awalnya Surya tampak biasa-biasa saja saat melihat frekuensi detak jantung Faris yang terlihat normal di monitor. Namun tiba-tiba saja layar monitor menunjukkan garis lurus dan mengeluarkan suara panjang.
Tiiiiiittttt.......
Tanpa pikir panjang Surya langsung membuka pintu dan menekan tombol darurat agar dokter atau perawat segera datang. Tak perlu menunggu lama, beberapa perawat langsung datang menangani Faris. Dokter rumah sakit ditelfon secara mendadak untuk mengatasi keadaan darurat ini.
Mama Faris, Surya, Raina, Dika, Arkan, dan Naya duduk menunggu dengan lemas diluar berharap semua akan baik-baik saja. Dokter juga melakukan segalanya semaksimal mungkin, memberikan semua upaya terbaiknya untuk menyelamatkan Faris.
Dokter keluar dari ruangan dengan raut wajah yang tampak lesu, Mama Faris tampak kebingungan dan sedikit panik. "Dok, gimana dok keadaan anak saya? Anak saya ga papa kan dok? Udah normal lagi kan dok kondisinya?" tanya Mama Faris secara beruntun.
Dokter itu menghela nafas panjangnya dan mengangkat pandangannya menatap mata Mama Faris, "Maaf bu, saya dan semua perawat sudah berusaha semaksimal mungkin, namun Tuhan berkehendak lain. Ibu harus ikhlas ya, harus kuat, mungkin ini salah satu rencana Tuhan yang tidak bisa saya lawan," jelas dokter itu dengan terus terang.
Mama Faris lemas mendengar penjelasan dokternya, ia memundurkan kakinya beberapa langkah lalu.
Brukkk....
Mama Faris tidak kuat menerima kabar ini lalu jatuh pingsan, dengan sigap Arkan berdiri menangkap badan Mama Faris. Naya menangis mendengar kabar ini, Raina benar-benar menahan air matanya, Dika hanya bisa terduduk lemas.
Surya merangkul Raina dengan hangat lalu mengusap kepalanya lembut, "Ay, kok Faris pergi? Kok aku ditinggal sih? Ini cuma mimpi kan?" tanya Raina yang masih belum mempercayai ini semua.
"Shuutttt, kamu yang sabar ya, harus kuat. Tuhan sayang sama Faris, dia ga mau Faris rasain sakit lebih lama lagi. Tuhan sayang sama Faris karena Faris baik, jadi Faris ditempatin ke tempat yang lebih baik lagi," tutur lembut Surya malah membuat Raina meneteskan air mata.
Tak selang lama, perawat keluar sambil membawa data-data tentang keadaan terakhir Faris. "Faris Andrenata, dinyatakan meninggal dunia pukul 08.23 malam. Kondisi terakhir, sesak nafas, pembuluh darah pecah dan cidera kepala berat."
Semua orang yang mendengarnya semakin lemas, Raina langsung terpikirkan pada Diva. "Sayang, Diva gimana? Diva gimanaa? Hiks, kasian Diva. Nanti bakalan sehancur apa dia mas? Kenapa Faris jahat banget sih harus pergi secepat ini! Jahat banget sumpah, jahat!" kesal Raina.
Surya mengeratkan pelukannya agar Raina tenang, ia menepuk-nepuk pelan punggung raina. Dari pintu masuk lorong terlihat ayah Faris sedang berjalan menuju tempat Surya berdiri saat ini.
Saat sudah sampai, Ayah Faris kebingungan melihat semuanya dan berusaha memahami situasinya satu persatu. "I-ini kenapa? Kok istri saya bisa pingsan begini? Kalian kenapa?" tanya Ayah Faris.
Dapat dipastikan saat ini Ayah Faris sedang risau, bisa terbaca dari suaranya yang sedikit bergetar. Arkan menyandarkan Mama Faris pada suaminya.
"Om yang sabar ya, om harus kuat. Faris udah ga ada om," jawab Arkan.
Kaki Ayah Faris seketika membeku, matanya membulat sempurna, lidahnya terasa kaku serta kelu sehingga tak bisa mengeluarkan sepatah katapun.
.
.
.
.
.
Tbc
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Suzieqaisara Nazarudin
Thor kamu jahat banget.. kenapa gak di sembuhin Faris nya😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭😭
2022-06-17
0
Suryanti Yanti
jangan pergi dong thor farisnya😢
2022-02-09
0
Andras 28
ya allah torrr tega amat si kenapa s faris harus meninggal si sedih tau ampe air mataku aja g bisa berhenti😭😭😭😭😭 ceritanya terlalu ngena
2022-01-25
0