Satu hari ....
Dua hari ....
Tiga hari ....
Marcell berkali-kali melirik jam dinding yang menempel diruang tengah. Ia merasa khawatir karena Aleeya yang tak kunjung pulang dari kantornya. padahal sebelumnya, istrinya itu tidak pernah pulang terlambat. jam 6 sore pasti sudah ada dirumah.
Namun kini jam sudah menunjukkan pukul 8 malam, ditambah diluar sana hujan sedang turun begitu derasnya.
"Den, apa sebaiknya non Aleeya dijemput saja ? ini sudah malam, hujannya deras sekali diluar. bibi takut terjadi apa-apa sama si non." ucap bi Yola yang ikut-ikutan khawatir melihat Marcell yang sedari tadi bolak balik menghubungi Aleeya namun ponselnya tetap saja tidak aktif.
"Bagaimana, tolong ambilkan kunci mobil ku, Bi!!" sahut Marcell.
Bi Yola dengan cepat mengambil kunci mobil yang tergeletak begitu saja diatas meja.
"Kalau bibi mengantuk tidur saja duluan. tapi pintunya jangan dikunci ya, bi !" Pinta Marcell sebelum dirinya beranjak keluar rumah, lalu sedikit berlari menuju mobilnya ditengah hujan yang mengguyur begitu deras dan disertai kilatan petir serta gemuruh halilintar.
Mobil Marcell pun akhirnya meluncur membelah jalanan yang basah menuju kantor Aleeya yang berjarak lumayan jauh dari rumahnya.
***
"Didepan tolong berhenti ya, Pak!!"
"Baik, nona."
Aleeya turun dari taksi itu dan sedikit berlari seraya menutupi kepalanya dengan tas jinjingnya menuju rumah.
"Lok sepi, apa Bi Yola sudah tidur? mobil Marcell juga tadi gak ada diluar. Lemana dia ya, tumben." Gumam Aleeya berjalan menuju ke kamar Marcell hendak berganti pakaiannya yang basah akibat kena air hujan tadi.
Tiba-tiba saja suara halilintar menggelegar seusai kilatan petir yang sepertinya menyambar sesuatu, dan membuat aliran listrik dirumah itu menjadi padam.
Aleeya terlihat panik, ia langsung mencari tas untuk mengambil ponsel didalamnya. setelah mendapatinya, ia tekan layar ponsel itu berkali-kali namun tidak menimbulkan cahaya terang.
"Kok mati sih?" Aleeya nampak frustasi saat menyadari ponselnya mati karena kehabisan baterai.
lalu ia mencoba berjalan dengan meraba-raba di kegelapan menuju dapur untuk mencari lilin disana. karena ia sempat melihat benda itu berada dilaci kithcenset saat ia mencari gunting beberapa waktu lalu.
"Helap sekali, jadi takut nih. kamu dimana sih Marcell??" lirih Aleeya. Ia merasa bulu kuduk nya tiba-tiba saja berdiri dan merinding.
'dwuarrrtt !!'
"Aaahhhgg...."
Suara petir kembali menyambar dan membuat Aleeya menjerit ketakutan. Jantungnya berdegup kencang disertai tubuhnya yang gemetaran tak karuan. ia tak sanggup lagi melangkahkan kakinya untuk mencari lilin didapur. Kedua kakinya terasa lemas hingga membuatnya terduduk dilantai seraya memeluk lutut.
Dalam heningnya malam ditengah kegelapan, terdengar suara pintu terbuka perlahan. Aleeya semakin meruncingkan pendengarannya. bibirnya tak berhenti berkomat Kamit seperti sedang melafalkan sesuatu.
Suara langkah kaki pun terdengar semakin mendekat. Aleeya semakin ketakutan bahkan sampai menangis. setelah mengumpulkan keberaniannya, ia berusaha bangkit dari posisinya untuk mencari tau.
" siapa itu ? apa kau---"
tiba-tiba seseorang mendekapnya. membawa tubuh mungil Aleeya kedalam rengkuhannya. menenggelamkan kepala Aleeya ke dalam dada bidangnya hingga Aleeya pun menangis lega.
"Aku sangat takut Marcell. Kamu kemana saja?" Aleeya mengeratkan pelukannya. entah kenapa Aleeya merasa sangat nyaman dalam dekapannya. aroma tubuhnya yang khas membuat Aleeya menjadi tenang.
Dan tak lama kemudian lebih dirumah pun kembali menyala. sinar lampu kembali menerangi setiap sudut ruangan dirumah itu. namun rasanya Aleeya enggan melepaskan dekapan tubuhnya yang sudah merasa nyaman itu.
"Jangan tinggalkan aku, Marcell..." Lirih Aleeya terdengar mendayu.
"Sekarang aku disini, Lea."
Aleeya tiba-tiba melepaskan pelukannya, mendongak ke atas memastikan sesuatu yang baru saja ia dengar.
"Marco?" bola mata Aleeya terbelalak.
"Iya aku disini." Marco tersenyum lirih.
Aleeya tidak menyangka sekali bahwa pria itu adalah Marco. pantas saja ia merasa nyaman dalam pelukan hangat yang ternyata Marco, bukan Marcell.
"Rheemm."
Terdengar seseorang berdehem. Aleeya dan Marco reflek memandang ke arah sumber suara.
Disana ada Marcell yang tengah berdiri bersandar didinding pembatas antara ruang tamu dan ruang tengah, seraya melipat kedua tangan didadanya.
"Marcell? kau dari mana saja sampai basah kuyup begitu?" Aleeya langsung menghampiri suaminya itu dan tanpa menghiraukan Marco lagi.
" Ayo, ganti pakaian mu !! nanti masuk angin." Aleeya langsung menarik tangan Marcell dan membawa ke kamarnya.
"Kamu tunggu disini!!" Perintah Aleeya. ia pun segera mengambilkan handuk kecil dan baju ganti untuk Marcel.
"Lihat dirimu basah kuyup begini. Tadi pergi dengan mobil kan, kenapa bisa seperti ini? memangnya mobilnya kamu dorong ya, bukan dinaiki? cepat ganti pakaian mu dulu! bisa sakit kalau seperti ini." Omel Aleeya seperti seorang ibu memarahi anaknya yang sudah bermain hujan-hujanan.
"Ini semua kan gara-gara kamu." Sahut Marcell mulai jengah mendengar celotehan istrinya itu.
"Kok aku? memangnya kamu dari mana?" tanya Aleeya mengerutkan keningnya.
"Sudahlah, kemarikan bajunya !" Marcell merebut pakaian ganti dari tangan Aleeya. ia langsung beranjak ke kamar mandi untuk mengganti pakaiannya yang basah.
Tak lama kemudian Marcell keluar lagi dari kamar mandi dengan mengenakan piyama pria bermotif salur abu-abu yang tadi pilihkan sang istri.
Aleeya kembali menarik tangan Marcell dan menyuruh duduk di bangku meja rias. ia lalu mengeringkan rambut suaminya dengan handuk kecil.
"Rambutmu harus dikeringkan, kalau tidak bisa masuk angin nanti." ucap Aleeya seraya menggosok-gosokkan rambut Marcel.
"Akan ku buatkan teh hangat dulu. kamu keringkan sendiri rambutnya ya !"
"Tidak usah!" Marcell menghentikan langkah Aleeya saat hendak pergi.
"Aku ingin tidur, ngantuk!!" Marcel beranjak lalu merangkak naik keatas tempat tidur. Menarik selimut tebal hingga menutupi seluruh tubuh hingga lehernya, lalu mulai menutup kedua matanya.
Sementara Aleeya masih diam tak bergeming ditempat. ia sedang berfikir dimana dirinya akan tidur. Marco sudah kembali dari perjalanan bisnisnya. tidak ada kamar kosong lain kecuali kamar mendiang mertuanya yang selalu terkunci dan dibiarkan kosong itu. haruskah dirinya tidur dengan bibi Yola ?
"Kau bisa tidur disini bersamaku. aku janji tidak akan macam-macam padamu." Ucap Marcell kembali membuka mata dan melirik kearahnya, Seakan dia tau dan mendengar isi hati Aleeya. mendengar itu Aleeya terdiam sejenak, sebelum akhirnya ia menyetujuinya karena rasa kantuk yang mulai tak terkendali. ia pun membaringkan tubuhnya disamping Marcell. Mereka berbagi selimut dengan posisi tidur saling memunggungi satu sama lain, sampai akhirnya sepasang suami-istri itu tertidur dengan pulasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Lina Castano Thekelijie
jadi Gimana gitu rasax jadi alleya dan Marcel
2022-01-29
0
Cireng Pedas
aleya jg kan bajunya basah Thor, baru niatan masuk kamar untuk ganti baju terus listrik padam
2021-04-07
1
💞Cinta💞
lanjut
2021-02-15
1