Malam itu, Marcell tengah mendengarkan musik melalui headphone seraya berbaring diatas kasur empuknya.
Sementara Aleeya, ia tengah membaca buku novel, duduk berselonjor disofa yang masih berada diruangan yang sama.
Setelah beberapa lama kemudian, kedua mata Aleeya mulai lelah karena terlalu lama membaca buku. Ia pun menghentikan aktivitasnya lalu beranjak hendak keluar kamar.
"Mau kemana?" tanya Marcell menatapnya, seraya menurunkan headphone hingga melingkar dilehernya.
"Aku akan tidur dikamar Marco. Dia sedang ke luar kota kan?" balas Aleeya.
"tidur aja disini, bersamaku!" pinta Marcell dengan nada datar.
Aleeya mengalihkan pandangannya ke tempat tidur empuk milik Marcell. Ia mengernyit saat menyadari ranjang itu memiliki ukuran yang lebih kecil dari tempat tidur miliknya kemarin saat tinggal dirumah orangtuanya.
"Tidur seranjang disana maksudmu? mana muat, aku nggak mau!!" Aleeya menolaknya mentah-mentah, dan membuat Marcell merasa tersinggung. Lelaki itu segera turun dari tempat tidurnya lalu menarik tangan Aleeya dan menyeretnya. membanting tubuh mungil Aleeya hingga terlentang ke atas tempat tidur.
"Jadi kamu berani menolak ku?" ancam Marcell setengah menindihh tubuh istrinya, seraya mencengkram kedua pipi Aleeya dengan satu tangannya.
Sungguh, Aleeya sangat takut dengan sikap Marcell yang selalu kasar. Dari ucapan sudah jelas sekali suaminya itu selalu melontarkan kata-kata pedas. Tapi yang membuat Aleeya ketakutan adalah kekerasan terhadap fisiknya. Ia masih trauma.
"Kalau bukan permintaan dari Marco, Nggak Sudi aku nyentuh kamu kaya gini," tutur Marcell lagi menatap tajam.
"Persetann dengan permintaan Marco. Kalo kamu nggak Sudi menyentuhku kenapa dipaksain?" balas Aleeya seraya meneteskan air matanya yang entah kenapa tiba-tiba mengalir deras.
Marcell terdiam sesaat, ia terkejut melihat Aleeya menangis. lalu ia pun menghapus air mata yang terus saja keluar dari sudut mata Aleeya dengan punggung tangannya.
"Sori, hmm aku minta maaf, Aleeya..." lirih Marcell yang selalu tak tega bila melihat wanita menangis apalagi penyebabnya adalah dirinya.
Aleeya menghempas tangan Marcell yang sudah mendarat di pipinya itu. Ia pun berusaha bangun dari posisinya yang terlentang menjadi duduk diatas tempat tidur dengan dibantu oleh Marcell.
"Aku hanya ingin segera mengakhiri semua ini. aku tau disini kamu lah yang menderita, Aleeya. tapi bukannya kamu sendiri sebelumnya paham dengan konsekuensi dan aturan mainnya?" tutur Marcell.
"Aturan main? ini bukan permainan, Marcell. tapi ini pernikahan," sanggah Aleeya ditengah Isak tangisnya.
"Kalau ini pernikahan, kenapa malah dijadikan permainan? kita menikah secara resmi, sudah sah secara agama dan hukum. Kamu tau itu artinya apa? aku berhak menggaulimu. meskipun kita tidak saling mencintai," ujar Marcell geram. "kalau kita ingin cepat mengakhiri semuanya, maka lakukanlah itu sekali saja. maka setelah itu aku akan menjatuhkan talak agar kamu dan Marco bisa menikah kembali" ucap Marcell, dan sukses membuat tangis Aleeya kembali pecah.
Entah kenapa Aleeya begitu menyesal menyetujui rencana mantan suaminya itu untuk menikah dengan Marcell agar dirinya bisa kembali bersama Marco.
"Aku nggak bisa," lirih Aleeya terisak.
Marcell sangat mengerti, dan ia tidak mau memaksakan Aleeya lagi.
"Oke, nggak apa-apa kalo kamu belum siap. Sekarang tidurlah disini. Biar aku yang akan tidur dikamar Marco," akhirnya Marcel mengalah. Ia pun beranjak turun dari tempat tidurnya, keluar dari kamar dan menutup pintu kamarnya dengan rapat dari luar.
***
keesokan harinya, Aleeya seperti biasanya sudah terbangun lebih dulu. Ia tengah asik didapur dengan bibi Yola, asisten rumah tangga dirumah Marcell.
"Bibi sudah lama bekerja disini?" tanya Aleeya.
"Sudah lama sekali, non. dari sejak den Marco dan den Marcell masih kecil."
"Oya? berarti sejak kedua orangtuanya masih ada ya, bi?"
"Iya, non. Tuan dan nyonya meninggal karena kecelakaan pesawat tiga tahun silam," ucap bibi Yola mengenang.
"Aku sudah tau, Bi. Marco pernah cerita," sahut Aleeya.
"Den Marco? bukannya suami nona Aleeya itu dengan Den Marcell?" Bi Yola mengerutkan keningnya.
"Eh, Marcell maksudku Bi." ralat Aleeya berbohong.
Bi Yola tersenyum, wanita paruh baya itu lalu memindahkan segelas susu hangat yang baru dibuatnya ke atas nampan kecil.
"Ini susu untuk den Marcell, non. Biasanya kalau pagi bibi suka mengantar ke kamarnya."
"Mulai sekarang biar aku yang membuatkan dan mengantarnya untuk Marcell, Bi" Aleeya langsung merebut dan membawa segelas susu itu untuk diberikan pada suaminya itu.
Aleeya mengetuk pintu kamar Marco beberapa kali namun tidak ada tanggapan dari Marcell yang tidur didalam sana. Ia pun terpaksa membuka pintu kamar itu yang memang tidak dikunci dari dalam.
"Marcell..." panggil Aleeya yang mendapati suaminya itu masih tidur dengan seluruh tubuhnya dibaluti selimut. "Bangun Marcell !! ini sudah pagi."
namun tidak ada jawaban dari sang suami yang masih terjaga dengan mimpi-mimpinya. Aleeya meletakan nampan gelas susunya itu diatas nakas. Sedikit mendekati Marcell lalu menepuk-nepuk bagian tubuh Marcell yang tertutup selimut.
" Marcell... Marcell !"
"Uughh..." tubuh Marcell mulai bergerak. keduanya matanya mulai mengerjap meski masih terasa berat.
"Jam berapa ini?" tanyanya seraya meregangkan otot-ototnya.
"Jam 7?" sahut Aleeya.
"Oohh... eh, tapi kenapa kamu kemari? sejak kapan disini? apa kamu gak kerja?" Marcell memberondong pertanyaan saat roh dan raganya telah bersatu dan menyadari keberadaan istrinya disana.
"Aku hanya membawakanmu susu," sahut Aleeya seraya mengambil kembali gelas susu diatas nakas dan diberikannya pada Marcell.
Marcell pun langsung menyambar gelas susunya lalu meneguknya sampai habis hingga bibirnya terlihat belepotan berwarna putih.
Aleeya pun tak kuasa menahan tawanya.
"Kenapa ketawa? ada yang lucu?" Marcell melotot tajam ke arah Aleeya.
"Kamu ini kaya anak kecil saja. lihat bibir mu belepotan sekali," Aleeya reflek mengusap sisa susu yang masih menempel di bibir Marcell dengan ibu jari tangannya.
Marcell pun hanya diam, ia membiarkan tangan Aleeya menyentuh bibirnya. hingga kedua mata mereka sesaat bertemu dan beradu pandang.
"Eh, maaf," ucap Aleeya tersadar, lalu menurunkan pandangannya seraya menjauhkan tangannya kebelakang punggung. Aleeya merasa sangat tidak enak karena telah lancang menyentuh bibir suaminya meski tidak ada maksud apa-apa.
"Nggak apa-apa, Aleeya. terimakasih," ucap Marcell terdengar datar seperti biasanya.
"Kamu gak ke kantor?" tanyanya kemudian.
"Iya. Kalau gitu aku akan siap-siap dulu," Aleeya hendak beranjak dari duduknya diatas kasur itu, namun tiba-tiba Marcell menarik tangannya.
"Tunggu !! hari ini kuliah ku sedang libur. aku akan mengantarmu ke kantor." katanya Marcell.
"Nggak perlu, aku sudah biasa naik taksi online." sahut Aleeya menolak.
"Oh gitu ya?" Marcell tersinggung dengan penolakan Aleeya. "Oke, pergilah kalau gitu!! aku akan tidur lagi, dan tolong tutup lagi pintunya!" ujar Marcell kembali merebahkan tubuhnya, menarik selimut tebal milik Marco, lalu memejamkan kedua matanya berpura-pura tidur.
"Dasar pemalas!" gumam Aleeya, ia pun langsung beranjak pergi keluar kamar.
Sementara Marcell memberikan sedikit celah matanya untuk mengintip kepergian istrinya itu, hingga sosoknya tak terlihat lagi karena terhalang pintu yang telah ditutupnya.
"Dasar rubah kecil!" gumam Marcell tersenyum miring. Lalu memejamkan matanya dan kembali tidur.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Rahmawaty❣️
cinta hadir kn krna terbiasa dan rasa nyaman..
Km salah marco ngambil kputusan nya .. Klo mreka saling mncintai gmna tuh..
2022-10-14
0
Lina Castano Thekelijie
pandangan pertama begitu menggoda selanjutx terserah anda wkwkwkwwk....,🤣🤣🤣
2022-01-29
0
Sus Siti
baru di usap bibirnya..marcell ud mo ad rasa..gmn kalau sampe duren..gk bakal di lepas tu istrinya😅😅😅
2021-01-04
6