# Di Pinggir Hutan
Di sebuah pegunungan tinggi terdapat sebuah desa kecil yang sangat jauh dari wilayah perkotaan. Desa tersebut hanya dihuni oleh beberapa kepala keluarga dan mereka hidup berdampingan mengandalkan alam sekitar.
Di hutan yang tak jauh dari desa tampak sekumpulan anak anak yang tengah bermain.
Salah satu anak menaiki pohon yang cukup tinggi.
"Hey Pandu turunlah nanti kamu bisa jatuh" ucap gadis kecil berusia 5 tahun memperingati bocah yang tengah memanjat pohon, bernama Rika.
"Iya Pan nanti kamu dimarahi kakek lagi" ucap bocah laki laki gendut yang sama berusia 5 tahun, bernama Bouli.
"Udah tenang saja aku gak akan jatuh kok.. Wah lihat ada sarang burung" jawab anak yang memanjat pohon yang di panggil Pandu.
"Ha mana mana aku juga mau lihat" ucap gadis satunya yang memiliki mata berwarna ungu dan ia sangat periang, bernama Sivani.
"Coba kamu lihat apa ada anak burungnya apa tidak" ucap anak laki laki di sebelah gadis tadi, bernama Baga
"Oke.. Yah gak ada anak burungnya tapi ini ada telurnya dan ada 5 telur " ucap Pandu.
"Benarkah coba kamu bawa turun aku mau lihat" ucap Bagas.
Kemudia Pandu membawa sarang beserta telur burung tersebut turun dan memperlihatkan kepada teman temannya.
"Ini lihat telurnya sangat cantik" ucap pandu memperlihatkan telur burung tersebut.
"Wah ini sangat cantik warna hijau dan biru, aku suka" ucap Rika yang tampak terpesona dengan warna telur burung tersebut.
"Iya aku juga suka warnanya sangat berkilau"
"Em setuju, nah karena telur nya ada lima bagaimana kalau kita bawa satu satu dan nanti kita rawat sampai telur ini menetas" ucap
"Boleh juga itu"
"Kalau begitu masing masing pegang satu"
Kelima anak anak tersebut kini telah memegang 1 butir telur.
"Tapi aku ingin memakan telur ini" ucap Bouli si bocah gendut.
"Gak boleh Bobo kasihan nanti burungnya" ucap Sivani.
"Em em nanti kalau kamu makan telurnya kamu nati bakal dimakan sama ibu telur burung itu" ucap Rika yang ikut menakut nakuti Bouli.
"Iya loh, nanti kamu bakal di bawa pergi jauh sama ibu telur burung ini" ucap Pandu yang menambah rasa takut untuk Bouli agar tidak memakan telur burung tersebut.
"Uh yaudah deh aku gak jadi makan telur ini" ucap Bouli dengan wajah masam karena ia tidak jadi memakan telur burung tersebut.
"Nah sekarang kita harus segera kembali ke desa takut kalau orang tua kita menemukan kita di hutan ini" ucap Bagas.
"Oke kalau begitu kita-.." ucap mereka terhenti ketika mereka mendengar suara dari arah belakang mereka.
"Oh disini kalian rupanya ya, sudah berapa kali paman katakan untuk tidak masuk kedalam hutan ini, hutan ini bahaya tau. Nanti kalau tiba tiba ada monster buas bagaimana" Tiba tiba datang seorang pria dewasa dan membawa sebilah pedang besar panjang di punggungnya memergoki anak anak tersebut.
"Maaf paman" ucap mereka sambil menundukkan kepala.
"Hais untung saja tidak terjadi apa apa sama kalian, kalau terjadi apa apa siapa yang susah. Sekarang paman mau tanya siapa yang mengajak kalian bermain di hutan ini" ucap paman pemburu.
'Wah kok aku punya firasat yang gak enak' batin Pandu.
"Pandu yang ngajak" jawab mereka semua serempak.
'Sialan'
"Mana ada aku ngajak kalian main kehutan, aku kan tadi cuma ngusulin main di hutan ketika kalian nanya tadi" ucap Pandu membela diri dari tuduhan teman temannya.
"Iya tapi kan kamu yang ngusulin kita main di hutan"
"Enak aja, aku cuma ngusulin gak nyuruh. Kalian sendiri yang bersemangat main kehutan, terutama si Bagas"
"Gak, aku cuma di ajah Bouli"
"Gak, aku tadi di ajak sama Sivani sama Rika"
"Bohong kami tadi diajak Bagas"
"Pandu yang ngajak"
Alhasil kelima bocah itu saling melempar kesalahan mereka masing masing.
"Hah bocah bocah ini" ucap nya sambil menepuk jidat ketika melihat kelakuan kelima anak anak tersebut.
Setelah itu mereka di kawal untuk kembali ke desa.
# Desa Phoenix
Desa tempat Pandu tinggal bernama Desa Phoenix. Konon desa tersebut dinamakan karena dulu pernah ada seekor burung phoenix yang mati di desa tersebut dan di temukan oleh seorang Kultivator Immortal yang melakukan perjalanan.
Kemudian Kultivator tersebut membangun sebuah rumah yang perlahan lahan berubah menjadi sebuah desa namun dalam jumlah kecil. Kini desa tersebut di pimpin oleh murid dari sang Kultivator dan di panggil sebagai Tuan Guru/Kakek Guru.
Ketika Pandu dan teman temannya sampai di desa, mereka langaung mendapat teguran dari orang tua mereka kecuali Pandu karena orang tua nya telah meninggalkan desa dan pergi ke dunia luar. Dan Pandu hanya tinggal bersama kakek nya sementara neneknya telah lama meninggal.
Pandu yang melihat teman temannya yang bersama dengan orang tua mereka tampak sedih.
"Panpan ada apa" tanya kakek Pandu. Kakek Pandu sudah berumur lebih dari 80 thn dan ia berjalan selalu mengandalkan sebuah tongkat.
"Tidak ada apa apa kakek" jawab Pandu yang tidak ingin membuat kakeknya bersedih.
"Hem kakek tau kamu ingin menemui ayah dan ibu kamu ya kan, tenang saja mereka pasti akan kembali kesini" ucap kakek menghibur Pandu.
"Tapi kapan ayah dan ibu pulang.. Apa mereka sudah tidak menyayangi ku lagi kakek hiks.." ucap Pandu dengan air mata yang mulai mengalir.
"Ah tentu saja tidak, ayah dan ibu mu sangat menyayangi mu kakek yakin mereka akan pulang. Maka dari itu kamu harus menjadi anak yang baik dan kuat untuk membanggakan ayah ibu mu, oke"
"Baik kakek mulai sekarang aku akan berlatih sungguh sungguh untuk menjadi kuat"
"Bagus cucu kakek memang anak yang kuat"
Sehari kemudian Pandu mulai berlatih. Di pagi hari ia akan berlari mengelilingi desa sebanyak 5× di lanjutkan dengan latihan mengayun kan pedang bersama ayah Bagas yang merupakan pendekar pedang terkuat di desa. Kemudian siang nya ia belajar sihir dari buku peninggalan nenek nya dan belajar menempa senjata bersama kakek. Sore nya Pandu belajar Formasi Sihir dari Kakek Guru yang merupakan satu satunya kultivator di desa phoenix. Setelah itu malam nya ia belajar meramu obat seperti Potion hingga beberapa ramuan lainnya yang ia pelajari dari apoteker di desa.
Ia melakukan latihan tersebut setiap hari hingga 1 bulan kemudian, keluarga dari Sivani memutuskan untuk pergi dari desa dengan tujuan untuk meningkatkan pengalaman mereka akan dunia luar.
"Siva apa kamu tidak bisa tinggal disini lebih lama lagi hiks aku gak mau kamu pergi hiks" Rika terus menangis😭 ketika ia harus kehilangan teman baiknya.
"Rika kamu jangan menangis aku gak akan lama kok perginya aku pasti pulang kesini lagi"
"Janji ya kamu harus kembali lagi" ucap Rika mengulurkan jari kelingking nya yang langsung dibalas dengan ikatan jari kelingking Savina.
"Em janji"
"Hey Savi ini hadiah untukmu, aku yang membuatnya sendiri loh cantik kan" ucap Pandu memberikan sebuah seruling giok dengan pahatan naga dan terdapat nama Savina di seruling tersebut.
"Wah cantiknya terima kasih Pandu" ucap Sivani yang langsung memberikan ciuman di pipi Pandu.
Sontak saja Pandu dan lainnya terkejut. Saat ia menerima ciuman tersebut Pandu tidak dapat bergerak seolah ia mematung dengan sedikit tersipu.
"Hehe itu tanda terimakasih ku dan ini hadiah untuk mu" Sivani memberikan sebuah kalung permata kristal kembar yang mana permata kristal tersebut merupakan kristal pasangan. Apabila kedua permata kristal kembar di satukan maka ia akan bersinar.
"Aku ingin kamu menggunakan kalung itu untuk selamanya dan itu juga akan menjadi petunjuk jika kamu suatu saat pergi ke dunia luar"
"Te-terimakasih " ucap Pandu sedikit malu.
"Tunggu dulu bukannya memberikan permata kristal kembar ke lawan jenis itu tandanya ia melamar" ujar Bagas.
Ya kenyataanya memang seperti itu, orang yang memberikan permata kristal kembar biasanya di gunakan untuk tanda pelamaran.
"Benarkah itu kakek" tanya Pandu memastikan kebenaran.
"Itu benar nak"
"Ooh kalau begitu ketika aku sudah dewasa nanti aku akan menikahi mu Savina"
"Em ya aku tunggu kamu di kota" jawab Savina.
Kedua anak tersebut kini telah membuat janji pernikahan di hadapan seluruh orang di desa.
_______*******_______
5 Bulan sudah berlalu setelah kepergian Savina beserta keluarganya menuju kota dan di susul beberapa keluarga lainnya yang juga meninggalkan desa termasuk keluarga Bouli dan keluarga Rika.
Pandu seperti biàsa ia terus berlatih terus menerus.
Hiat!
Tak tak tak
Pandu terus melakukan ayunan dan tebasan ke arah boneka kayu sebagai target latihannya.
HIAAT!!
Krak! Bang!
Pandu terus mengayunkan pedang kayu nya ke arah boneka kayu tersebut hingga patah.
Prok prok prok
"Bagus bagus tak sia sia latihan kamu selama ini, meski kamu masih kecil tapi kamu sudah berhasil mematahkan boneka kayu tersebut" ucap Paman Balram ayah Bagas.
"Hehe terimakasih paman ini semua juga berkat latihan yang paman ajarkan kepadaku" ucap Pandu merendah.
"Ya itu juga karena tekat yang kamu miliki. Karena kamu sudah berhasil menghancurkan boneka kayu ini besok kita akan latihan berburu di hutan dan itu juga sebagai latihan pertama kamu untuk melawan musuh"
"Baik paman"
Sementara itu di sisi Bagas ia tempak tengah memikul beban yang sangat berat di punggungnya sekaligus melakukan Pus Up sebagai hukuman karena ia berlatih selalu malas malasan.
'Huhuhu begini amat nasib ku'
# DI Tepi Bukit
Sementara itu di tepi gunung tampak sekumpulan orang mengenakan jubah hitam dan ada yang berwarna merah tengah mendirikan tenda. Di jubah mereka terdapat sebuah lambang berbentuk Cakram dengan tengkorak yang terbelit ular berwarna hijau serta memakai mahkota.
Di salah satu tenda yang terbesar terdapat beberapa orang yang tampak tengah membahas sesuatu.
"Baiklah apa kalian sudah menemukan lokasi permata Phoenix api yang Tetua Besar Agung inginginkan" ucap orang yang mengenakan jubah berwarna hijau gelap dan mengenakan topeng perak dan terdapat angka 3 di topengnya. Ia menanyakan kepada dua orang berjubah hitam memakai topeng berwarna coklat yang bertugas sebagai mata mata organisasi tersebut.
"Sudah tetua ke-3, kami telah mengkonfirmasikan bahwa di desa kecil di balik gunung ini terdapat seorang Kultivator Tingkat Guru Bintang 5" ucap assasint tersebut.
"Oh seorang Kultivator Tingkat Guru Bintang 5, lumayan juga desa kecil itu memiliki kutivator tingkat guru tapi itu bukanlah masalah karena kita memiliki ROH Iblis Pembunuh tiga ribu tahun yang memiliki kekuatan setingkat Raja Bintang 1 pemberian dari Tetua Agung.
Ya meskipun aku sendiri juga sanggup menghadapi seorang kultivator tingkat guru bintang lima itu hanya selisih satu bintang saja" ucap tetua tersebut menyombongkan diri.
"Kalau begitu perintah kan semua anggota untuk penyerangan yang akan kita lakukan besok di desa kecil di balik gunung untuk merebut Permata Phoenix Api" lanjutnya Tetua tersebut memberi perintah kepada anak buahnya.
"Baik Tetua" Bawahan tersebut langsung pergi meninggalkan tenda dan menyampaikan pesan kepada semua anggota organisasi tersebut tentang penyerangan yang akan di lakukan esok.
"Hahaha cepat atau lambat aku pasti akan di promosikan menjadi tetua dalam oleh Master Agung Besar hahaha..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments