Sampai di rumah, Aylin menyerahkan amplop kepada ibunya Ibunya tersenyum senang,
"Kamu pengen makan apa Lin, besok ibu masakin".
"Lho kok gak semangat gitu Lin, ibu lagi punya duit banyak lho", sambung ibunya sambil mengibaskan amplop tadi.
Aylin tersenyum, dia jadi terbawa suasana ibunya yang sedang senang.
"Apa saja Bu, Aylin lagi diet", sahut Aylin asal saja.
"Astaga, kamu kan tidak gemuk koq malah diet, harusnya ibu yang harus diet. Lihat perut ibu", kata ibu sambil menunjuk perutnya.
"Gara-gara kebanyakan duduk" sambung ibunya.
Aylin jadi terenyuh, ibunya menjahit jadi lebih banyak duduknya sekarang.
"Ah, untuk orang seumuran ibu, ibu masih termasuk langsing koq", hibur Aylin.
"Mulutmu paling manis", sahut ibunya tersenyum." Sudah sore, sana kamu mandi dulu, jangan kemalaman", sambung ibunya lagi.
"Iya Bu", sahut Aylin, dia juga merasa gerah setelah berjalan pulang pergi ke rumah Denny.
Selesai mandi, Aylin berjalan ke kamar sambil berkata,
"Saya ke kamar ngerjain tugas ya, Bu".
"Iya Lin, ibu mau masak dulu buat malam", sahut ibu di dapur.
Sekarang rumah mereka kecil, jadi di ruang manapun bisa terlihat, tidak seperti dulu. Rumah type 45, dan hanya 2 kamar tidur.
Kalau mengerjakan tugas, Aylin mengerjakan di kamarnya. Tetapi sejak ayahnya meninggal, dia lebih suka tidur di kamar ibunya.
Aylin duduk di meja belajarnya, sambil menyisir rambutnya. Meja belajarnya juga merangkap meja rias, tapi memang Aylin juga jarang berdandan, jadi tidak masalah.
Aylin menatap ke cermin, tapi pikirannya melayang-layang.
Gara-gara ketemu Denny, dia jadi teringat Jayden lagi.
Padahal dia sudah ingin membuang jauh-jauh Jayden dari pikirannya, tetapi mengapa sulit sekali.
Kadang dia bingung dengan hatinya sendiri, dia mau mengingat sifat-sifat jelek Jayden sama dia, yang suka memasang sifat cuek, muka dingin, tapi akhirnya yang kebayang malah kebaikan Jayden sama dia, Jayden yang dulu suka menolongnya dan selalu mengikuti kemauannya.
Entah sejak kapan Jayden mulai bersikap dingin padanya.
Dulu pertama-tama baru masuk kelas 7, Aylin masih ingat kalau menemui pelajaran sulit, dia selalu ke rumah Jayden untuk bertanya.
Walaupun Jayden tidak terlalu ramah padanya, Aylin selalu diajarin sampai bisa. Dan Aylin waktu itu merasa biasa-biasa saja, karena memang Jayden orangnya agak pendiam dan jarang ngomong.
Bahkan Aylin menggunakan alasan itu untuk bertemu Jayden, tapi lama-lama dia malu sendiri, dia merasa menjadi bodoh banget.
Dia takut Jayden akan menganggapnya gadis bodoh dan tidak menyukai dia.
Karena di kelas sudah ada Chandra yang membantunya, akhirnya Aylin mulai jarang ke rumah Jayden untuk belajar, bahkan lama-lama sudah tidak pernah datang lagi, karena dia sering berkelompok dengan Chandra yang pintar.
Aylin ingin terlihat sempurna di mata Jayden, dia merasa Jayden tidak akan menyukai gadis bodoh.
Kalau dipikir-pikir sudah banyak cara yang digunakan Aylin untuk membuat Jayden menyukainya, tapi sepertinya caranya semua tidak ada yang berhasil.
Mungkin sampai kapan pun Jayden tidak akan menyukainya.
Hatinya tiba-tiba merasa dingin dan sakit, perlahan-lahan air matanya mengalir turun, percaya dirinya sudah hilang, apalagi dengan keadaannya saat ini, dia merasa bahwa dia benar-benar tidak cocok buat Jayden.
Memang penyesalan selalu datang terlambat, dia menyesal sudah menyia-nyiakan begitu banyak waktunya untuk Jayden, dia yang selalu keras kepala tidak mendengar nasehat temannya Cika, dia yang begitu yakin suatu hari Jayden akan menyukainya, keyakinannya sudah sirna, rasa percaya dirinya, optimisnya sudah hilang semua.
Aylin akhirnya tidak bisa menahan kesedihannya lagi, dia menangis tersedu-sedu sambil menerungkupkan kepalanya ke atas meja.
Ibunya yang sedang menyiapkan makanan di meja terkejut mendengar tangisan Aylin yang begitu sedih, dia terburu-buru masuk ke kamar melihat keadaan anak semata wayangnya itu.
Ibunya mendekatinya sambil mengelus-elus punggungnya, agak lama sesudah tangisan sudah berkurang, Ibunya baru bertanya mengapa Aylin menangis.
Aylin bertambah sedih lagi, dia terpaksa harus berbohong agar ibunya tidak curiga, dia menjawab bahwa dia tiba-tiba teringat ayahnya. Dalam hati Aylin meminta maaf pada ayahnya, dia merasa bersalah telah berbohong.
"Sudah kamu jangan bersedih lagi, ayahmu sudah tenang di dunianya. Ayo kita keluar makan", sahut ibunya masih mengelus punggung Aylin.
Aylin makin merasa berdosa sudah berbohong. Dia bertekad mulai hari ini dia akan melupakan Jayden untuk selamanya, bahkan dalam hatinya dia merasa sepertinya mulai muncul bibit kebencian kepada Jayden.
Aylin menarik nafas panjang membulatkan tekadnya, lalu berkata,
"Maafkan aku Bu, sudah membuat ibu juga sedih. Ayo kita keluar makan Bu, Aylin sudah lapar".
Lalu Aylin menggandeng tangan ibunya menuju dapur.
"Gak papa nak, kalau kamu sedang sedih keluarkan saja semua kesedihanmu, biar hatimu menjadi lega", hibur ibunya.
"Iya Bu", sahut Aylin berusaha tersenyum untuk menyenangkan ibunya dan merasa menyesal sudah membohongi ibunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
⚘️💙⚘️ Neng Gemoy ⚘️💙⚘️
jangan benci, Lin ... ntar malah cinta (lagiiih) ... 😅
mending kamu belajar buat jual mahal kalo ketemu dia ....
jangan pura2 gak kenal ..
tp ikutin aja gaya nya Jayden ... tatapan dingin, dan kalo ngomong jutek ...
gituh ajaaaah ...
2023-05-13
0
Tika Rotika
udh si alyin lupain si Jay males banget mikirin cowok sok kegantengan 😎
2023-03-22
1
FUZEIN
Terharu dan sedih..so saddddd😭😭😭
2022-12-13
4