Seseorang yang juga merasa kehilangan.

Hari Minggu pagi, sesudah joging, Chandra duduk santai di kursi belajarnya sambil bermain HP.

Bukan bermain, tapi dia sedang melihat foto Aylin waktu di ropang, yang dia foto diam-diam.

Chandra sebenarnya sudah menyukai Aylin sejak kelas 7, di kelas mereka juga ada beberapa yang menyukai Aylin, tapi diantara semua mungkin dia teman cowok yang paling dekat dengan Aylin.

Karena dia adalah ketua kelas, jadi dia lebih gampang mendekati Aylin.

Setiap kerja kelompok, dia selalu berusaha satu kelompok dengan Aylin.

Yang jelas Cika best friendnya Aylin itu memang paling pintar memanfaatkan keadaan, dimana ada dia, di situ ada Aylin.

Cika juga yang paling pintar memanfaatkan Chandra, karena dia tahu Chandra benar-benar suka dengan temannya.

Apapun akan dilakukan Chandra asal dia bisa dekat dengan Aylin.

Sebenarnya Chandra juga tahu kalau Aylin menyukai Jayden, kakak kelas mereka.

Tapi Chandra adalah orang yang pantang menyerah. Saat seperti ini dia teringat pribahasa ,

"Sekeras-kerasnya batu apabila ditetesi air akan rapuh".q

Dia yakin asal dia tulus dan sabar pada Aylin, suatu hari hati Aylin akan luluh juga.

Karena dia sering melihat Jayden yang menghindari Aylin, jadi menurutnya Jayden tidak menyukai Aylin.

Kalau bersaing dengan yang lain dia tidak takut, asalkan jangan dengan Jayden.

Hanya saja dia kadang berpikir betapa bodohnya Jayden yang tidak suka pada Aylin yang cantik dan imut seperti boneka itu, tapi memang selera setiap orang berbeda.

Tapi dia juga bersyukur akan keadaan itu, jadi dia masih punya kesempatan mendekati Aylin.

Chandra tiba-tiba menepuk jidatnya sendiri, bagaimana dia punya kesempatan kalau Aylin berada dimana saja dia tidak tahu.

Padahal dia sudah senang bisa berkunjung ke rumah Aylin saat liburan kemaren, walaupun Aylin sering menolak ajakannya untuk pergi, tapi Aylin masih mau menemani dia ngobrol.

Aylin pun kadang suka tertawa dengan candaannya, bahkan tersenyum kalau dia memuji Aylin.

qMelihat Aylin tersenyum saja, dia sudah sangat bahagia. Entah mengapa dia tidak bosan-bosannya melihat wajah Aylin yang cantik itu.

Sayangnya kunjungan dia ke rumah Aylin sempat terputus, karena ayah ibunya mengajaknya mengunjungi dan berlibur ke tempat kakaknya yang sudah menikah di Bali.

Akhirnya dia absen ke rumah Aylin, setelah pulang dari Bali dia sudah tidak bisa menghubungi Aylin lagi.

Tadinya dia sempat berpikir Aylin mungkin menghindarinya, tapi ternyata Aylin sudah tidak tinggal di sana lagi.

Bahkan Cika yang best friendnya saja terputus kontak dengan Aylin.

"Ah", sesal Chandra, sambil menatap handphonenya, lalu dia kembali mengotak atik handphonenya untuk melihat FB dan IG nya Aylin, siapa tahu ada petunjuk.Tapi ternyata Aylin juga jarang aktif di FB dan IG nya.

Chandra menarik nafas panjang, dia benar-benar putus asa.

Sedangkan yang dipikirkan sedang berjalan santai sambil menenteng 2 kantong yang lumayan besar.

Karena hari Minggu, Aylin membantu ibunya mengantar jahitan baju yang sudah jadi.

Sebenarnya ibunya tidak mengijinkannya, tapi Aylin tetap memaksa. Akhirnya ibunya membiarkan Aylin yang mengantar dan ibu kembali meneruskan jahitannya.

Aylin dengan senang berjalan pergi ke tempat Bu Denny pemilik konveksi di ujung jalan. Dia senang bisa berguna dan membantu ibunya, tidak seperti dulu yang hanya bisa menghambur-hamburkan uang.

Menyesal pun sudah tidak berguna, bahkan dulu dia juga tidak belajar menabung.

Asalkan dia menginginkan apa, langsung beli tanpa pertimbangan lagi. Sekarang dia baru mengerti pentingnya menabung, sesudah dia tahu ibunya tidaklah mudah menghasilkan uang.

"Ah dulu aku bodoh sekali", gumanya dalam hati.

Akhirnya dia sampai didepan pagar bu Denny. Dia memencet bel yang terletak ditembok samping. Pagar bu Deny sangat tinggi, jadi agak susah kalau memanggil.Sesudah menunggu sebentar, akhirnya ada yang membukakan pintu. Yang membukakan pintu tertegun melihat Aylin, Aylin pun tertegun melihat orang itu.