"Tolong pak" Nino melihat keberatan yang amat dari tatapan mata Sekar, dengan cepat Nino segera melirik ke arah Ervan
"Ini rumah yang di sediakan perusahaan untuk kamu Sekar, jadi kamu ga perlu merasa terbebani ataupun punya pikiran yang aneh-aneh"
"Tapi pak ini terlalu mewah, saya berani terima ini semua" menundukkan kepalanya
Ervan sudah akan membuka mulutnya dengan cepat Nino mengangkat tangan kanannya memberi kode bahwa dia yang akan menyelesaikan.
"Kamu tau tugas kamu apa mulai sekarang?"
"Melayani segala kebutuhan pak Nino selama jam kerja" dengan polosnya dan mulai menatap Nino
"Terus apa kamu mau supir yang saya kirimkan harus kesusahan tiap harinya untuk menjemput kamu?"
"Saya akan cari rumah secepatnya pak, tapi ini terlalu..." Langsung menghentikan ucapannya karena tatapan mata Nino yang tajam tertuju ke arahnya
"Ya udah kamu punya dua pilihan, pertama kamu tinggal di sini atau ke dua kamu tinggal di rumah saya"
"Ya Tuhan pak kenapa bapak kasih pilihan yang sama-sama aneh? masa iya saya harus tinggal di rumah bapak"
"Kamu harus jawab dalam hitungan ke tiga, kalo kamu diam saya yang akan ambil keputusan kamu tinggal di rumah saya"
"Akh.. Kenapa ga sekalian bapak ambil balok ketok kepala saya yang lagi kosong ini pak?" menatap malas
Nino tersenyum tipis melihat ekspresi wajah Sekar, dan dia pun mulai mengangkat satu tangannya mulai mengacungkan jari telunjuk dan mulai berhitung
"Satu..." Sekar semakin panik dan membulatkan kedua bola matanya dengan sempurna,
"Dua..." Sambil mengangkat jari tengahnya
"Bisa gila sendiri aku gara-gara semua yang aku dapat hari ini" saya pilih di sini pak" dengan cepat
"Van urus semuanya hari ini"
"Baik pak"
"Ayo" mulai melangkahkan kakinya keluar dari rumah mewah tersebut tanpa merasa bersalah sama sekali, Sekar hanya bisa pasrah seharusnya dia merasa bahagia dengan semua kejutan yang dia dapat hari ini tapi berbeda dengan Sekar dia merasa terbebani akan semua yang dia peroleh
Mereka bertiga kini sudah berada di dalam mobil dengan posisi yang sama, tanpa harus menunggu perintah Sekar sudah duduk di samping Nino. Dan Ervan yang mengendarai mobil tersebut
"Van kita makan siang dulu"
"Baik pak" Ervan membawa mereka ke sebuah rumah makan yang mewah, Sekar hanya bisa menutup mulutnya dan mengikuti saja. Sekar melihat ke arah jam tangan dan waktu sudah menunjukkan bahwa dirinya harus segera melaksanakan kewajibannya
Pelayan rumah makan tersebut membawa mereka ke sebuah ruangan VIP tempat di mana Nino selalu makan bila ke tempat itu, Sekar sudah mulai gelisah karena dia harus melakukan tugasnya sebagai seorang hamba dan dia bingung untuk mengungkapkan itu semua
"Mau pesan apa pak?" seorang pelayan sudah berada di dalam ruangan tersebut
"Saya seperti biasa, kamu?" menghadap ke arah Sekar
"Saya ikut aja pak" Nino sudah merasa bahwa gelagat Sekar sudah sedikit aneh
"Kamu kenapa?" menatap tajam
"Maaf pak apa boleh saya tinggal bapak sebentar?" Nino menatap Sekar dengan tajam
"Aduh kenapa dia ngeliatnya begitu? apa jangan-jangan dia bakal larang aku sholat cuma untuk nemenin dia makan" menundukkan kepalanya
"Mau apa? apa kamu ga suka makan bareng saya?"
"Saya harus sholat sebentar pak" tetap dengan kepala yang tertunduk
"Astaga saya lupa anak ini selalu melakukan hal tersebut"
"Van"
"Baik pak"
Ervan segera mengantarkan Sekar ke mushola yang berada di rumah makan tersebut, Sekar meminta Ervan untuk meninggalkan dirinya tetapi Ervan enggan membuat masalah bagi dirinya sendiri bila dia melakukan itu. Setelah selesai ternyata Ervan tetap setia berada di depan musholla tersebut
"Saya udah selesai pak"
"Ayo"
"Apa bapak orang muslim?" dengan polosnya
"Maaf tapi saya bukan seorang muslim" Ervan hanya melirik sekilas, seolah dia tau apa yang ada di dalam pikiran Sekar saat itu
"Okh... Pantes saya ga pernah liat bapak solat" cengengesan
"Apa pak Nino juga non muslim?" Ervan langsung menghentikan langkahnya dan menghadap ke arah Sekar, membuat Sekar juga menghentikan langkahnya
Ervan membuang napasnya dengan kasar "Pak Nino seorang muslim"
"Tapi aku ga pernah liat pak Nino sholat juga"
"Saya harap apapun yang ada di dalam kepala kamu saat ini, jangan pernah tanyakan itu ke pak Nino" penuh penekanan
"Kamu paham kan maksud saya Sekar?" dengan tegas
"Iya pak" kata-kata pak Ervan kenapa kedengaran agak aneh ya? apa ada sesuatu yang pernah terjadi di kehidupan pak Nino? masa kita sesama muslim mengingatkan sholat aja ga boleh"
Mereka berdua pun melanjutkan langkah mereka dengan saling diam, di dalam hati Sekar dia sedikit penasaran apakah gerangan yang telah terjadi dengan seseorang yang sempurna seperti Nino. Sedangkan di dalam hati Ervan dia merasa ragu apakah Sekar akan melakukan apa yang sudah dia katakan
Sesampainya mereka di ruangan yang tadi semua makanan sudah tersaji di atas meja, Nino memilih menunggu ke dua orang tersebut untuk memulai makan siangnya
"Sudah balik, ayo mulai makan"
"Maaf pak kami lama ya"
"Ga apa, saya ga suka makan sendiri" entah mengapa hati Sekar mengatakan bahwa tatapan mata Nino saat seperti melukiskan sebuah kesedihan
"Sebenernya apa yang terjadi sama orang ini? aku ngerasa dia sedikit sedih tadi waktu ngomong itu. Apa semua berkaitan dengan peringatan dari pak Ervan tadi? aku ga sangka ternyata seseorang seperti pak Nino yang tampak memiliki semuanya mungkin ada sisi lain di dalam hatinya"
Sekar langsung bangkit dari duduknya dan mengambil piring Nino dan melepaskan terbaik yang dia punya "Bapak mau makan pake apa?"
"Terima kasih, senyuman kamu mirip sekali dengan dia. Saya ga tau kenapa kamu bisa membuat hati saya sedikit tenang"
Mereka pun memulai makan dengan tenang, hanya Ervan yang sesekali mencuri pandang ke arah Sekar
"Terima kasih bisa mengembalikan hati dia, saya hanya berharap kamu ga akan menyakiti dia. Saya yakin bila kamu melakukan itu dia akan kembali berada di ujung jurang kesedihan seperti dulu"
"Gimana kamu suka makanan di sini?"
"Kenapa saya ngerasa kalo makanan di sini rasanya sama dengan makan siang bapak di kantor ya"
"Ya karena memang rumah makan ini yang selalu menyiapkan untuk makan siang saya"
"Jangan bilang kalo rumah makan ini juga punya bapak" menatap serius
"Hebat kamu mulai pintar" dengan santai
"Kenapa aku jadi ngerasa hidup ini sedikit ga adil ya? aku kemarin buat bertahan hidup aja udah serasa sesak nafas. Lah ini orang punya semuanya"
Setelah selesai makan mereka pun meninggalkan rumah makan tersebut, Ervan mulai menghidupkan mobil dan melirik ke arah Nino melalui kaca spion seolah bertanya tujuan selanjutnya
"Apa udah selesai semuanya?"
"Mereka sudah mengirimkan barang-barang pak, tinggal menyusun"
"Ya udah kita jemput adik-adiknya Sekar sekarang"
Sekar menatap ke dua orang tersebut seperti meminta sebuah penjelasan
"Van" Nino yang sedang merasa kenyang seperti enggan untuk menjelaskan
"Kita mau jemput adik-adik kamu pindah ke rumah barunya"
"Apa hari ini kita ga ke kantor pak?" dengan polosnya, Nino hanya membalas dengan melirik malas ke arah Sekar
"Ini akhir pekan Sekar kantor kita tutup, dan pak Nino memang berencana menyelesaikan segala urusan kamu hari ini"
"Gila memang kalo punya uang segala urusan bisa selesai dalam sekejap "Amazing" dengan suara pelan tetapi tetap terdengar oleh yang lainnya, Sekar pun langsung tersadar bahwa Nino sedang memandang ke arah dirinya
"Maaf pak" tersenyum canggung, sedangkan Nino langsung memalingkan wajahnya dan tersenyum tipis
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Conny Radiansyah
banyak" bersyukur Sekar
2022-06-20
1
Elmiah
mantap cerita nya lanjut
2022-01-01
0
Neti Jalia
mampirr lagi 🤗👍
2021-07-25
2