Tepat setelah adzan berkumandang Sekar pun melaksanakan solat subuh seperti yang biasa dia lakukan, selesai melakukan solat subuh Sekar membangunkan adik-adiknya untuk solat subuh. Setelah itu Sekar pergi ke kamar ibunya untuk membangunkan ibunya
"Bu..." Memegang tangan ibunya
"Tangan ibu kok dingin banget ya?" bu bangun bu solat subuh dulu" menggoyangkan tangan ibunya dengan pelan
Sekar mulai menatap wajah ibunya yang sudah tampak pucat, dengan tangan yang bergetar pun Sekar memegang pipi ibunya yang juga dingin. Sekar pun mulai meneteskan air matanya dan menempelkan jarinya ke hidung ibunya "Innalilahi wa Innalilahi raji'un" air mata pun mengalir dengan sangat deras
Sekar menjatuhkan kepalanya di tepi tempat tidur ibunya, seakan dia tak ingin percaya bahwa semua adalah kenyataan. Dia sangat berharap ini semua hanyalah sebuah mimpi belaka
"Kak kok ibu belum di bangunin?" Sekar menoleh ke arah adiknya dengan mata yang sudah banjir oleh air mata
"Kak Sekar kenapa?" berjalan mendekat ke arah Sekar, Sekar berusaha menguatkan hatinya dia mengatakan pada dirinya bahwa di harus kuat masih ada adik-adiknya yang membutuhkan dirinya
"Kak Sekar kenapa nangis?" Sekar memeluk tubuh Ajeng adik perempuannya dengan erat
"Kita harus kuat ya, sekarang ibu udah tenang" dengan suara yang terputus-putus tertahan oleh tangisnya
"Ibu kenapa kak?" mulai menangis dan sang adik laki-laki juga ikut masuk ke dalam kamar ibunya melihat Sekar dan adiknya menangis dia pun ikut menangis
Pagi itu rumah Sekar sudah di ramaikan oleh para pelayat, Sekar dan ke dua adiknya duduk di samping ibu mereka. Mereka terus memandangi wajah pucat ibunya yang sudah terbujur kaku dengan air mata yang terus mengalir sesekali
"Ibu yang tenang ya di sana aku janji akan selesaikan kuliah aku bu aku akan buat ibu bangga seperti permintaan terakhir ibu, aku juga akan jaga adik-adik aku dengan baik. Mulai sekarang aku akan gantikan posisi ibu untuk jaga mereka, ibu istirahat yang tenang ya" memeluk tubuh ke dua adiknya
Selesai melakukan segala ritual yang seharusnya kini mereka bertiga ikut mengantarkan kepergian ibu mereka ke tempat peristirahatan terakhirnya, Mereka memandangi ibu mereka di liang lahat untuk terakhir kalinya
Ajeng sang adik terkecil menangis dengan hebatnya melihat ibunya yang mulai di kebumikan, dengan hati yang hancur Sekar memeluk adiknya dengan erat seolah dia mencoba memberikan adiknya kekuatan
"Dek kamu ga boleh begini, ibu nanti sedih kalo liat kamu begini" berurai air mata
"Aku mau ikut ibu aja kak" meronta, Sekar semakin mengeratkan pelukannya kepada Ajeng sang adik terkecil
"Dek apa kamu mau ibu jadi ga tenang karena liat kamu begini?" Ajeng pun menangis dengan hebatnya di dalam pelukan Sekar
"Kamu tenang aja dek, mulai sekarang kak Sekar akan gantikan posisi ibu jaga kamu. Kak Sekar janji semampunya kak Sekar akan buat kalian bahagia"
Hampir semua orang yang berada di acara pemakaman tersebut menjatuhkan air mata mereka melihat Ajeng yang menangis dengan pilu, mereka yang hadir di sana terbawa suasana haru yang di ciptakan oleh Ajeng anak terkecil dari keluarga itu
Setelah selesai semua mulai membubarkan diri dari pemakaman tersebut, tersisa Sekar dan kedua adiknya serta beberapa orang yang terbilang kerabat terdekat mereka
"Ibu yang tenang ya, sekarang Sekar udah besar bu Sekar pasti bisa jaga adek-adek Sekar dengan baik" mengelus papan nisan ibunya
Dengan air mata yang masih terus mengalir Sekar membawa ke dua adiknya kembali ke rumah mereka, malam hari pun acara yasinan di laksanakan di rumah Sekar selama tujuh malam untuk melepaskan kepergian ibunya untuk selamanya
Sekar berusaha terlihat tegar di hadapan semua orang termasuk di hadapan adik-adiknya, dia tak ingin ada satu orang pun tau bahwa hatinya pun sedang hancur saat itu. Hanya dengan cara itu dia berusaha menguatkan hati adik-adiknya
Setelah acara yasinan di lakukan selama tujuh malam Sekar memutuskan untuk mengutarakan keinginannya membawa adik-adiknya ke ibu kota. Karena dia tak mungkin lagi meninggalkan adik-adiknya di kampung sedangkan ibunya kini telah tiada
Sekar berencana menitipkan adik-adiknya kepada kerabatnya terlebih dahulu, dia akan pergi ke kota untuk mencari sebuah rumah kontrakan kecil yang akan mereka tempati. Baru setelah itu Sekar akan menjemput adik-adiknya
Sebenernya rencana tersebut kurang di setujui oleh salah seorang adik dari ibunya, karena bibinya takut Sekar akan kewalahan menjaga ke dua adiknya. Tapi Sekar tetap bersikeras akan membawa adik-adiknya dan yang lain terpaksa hanya bisa mengalah
Tanpa menunda waktu keesokkan harinya Sekar sudah bersiap untuk pergi ke ibu kota bermodalkan uang tabungan seadanya yang telah di siapkan oleh ibunya selama ini untuk biaya sekolah anak-anaknya, sebagian kerabatnya menganjurkan untuk menjual rumah gubuk mereka jika tidak di tempati agar uangnya bisa untuk biaya hidup mereka sementara waktu. Tetapi Sekar menolak karena hanya rumah itu yang tersisa dari peninggalan ibu dan bapak mereka
Sekar menaiki bus untuk pergi ke ibu kota, dia harus bergegas mendapatkan sebuah rumah kontrakan sebelum masa kuliahnya di mulai. Sesampainya di salah satu terminal bus ibu kota Sekar segera menaiki angkutan umum jurusan ke arah kampusnya nanti berada, dia berencana mencari sebuah rumah yang berada tak terlalu jauh dari kampusnya nanti
Seharian penuh Sekar berkeliling dari gang ke gang yang lain berharap mendapatkan sebuah rumah kontrakan dengan harga yang terjangkau, dan ternyata hal tersebut bukan lah hal yang mudah untuk di temukan di ibu kota
Sekar pun berhenti di sebuah soto ayam pinggir jalan karena merasakan perutnya sudah mulai perih karena lapar, dia pun memesan semangkuk soto ayam untuk mengisi perutnya
"Astaga harga rumah kontrakan di sini mahal-mahal banget ya, padahal di kampung kalo ada rumah kosong siapa aja boleh isi untuk rawat rumah itu"
Sekar pun mulai menyantap makanan yang di sediakan, selesai memakan Sekar tak lupa menanyakan kepada sang pedagang barang kali mengetahui ada sebuah rumah yang di kontrakan dengan harga yang terjangkau
"Mang deket-deket sini ada rumah di kontrak in ga ya mang?"
"Kayaknya di belakang ada neng, buat siapa neng?"
"Buat saya mang sama adek-adek saya nanti"
"Tapi rumahnya masuk gang kecil neng, terus juga ya rumahnya biasa aja"
"Ga apa mang, kebetulan saya memang cari yang harganya agak terjangkau. Dari tadi saya muter-muter kalo ga mintanya tahunan harga bulanannya mahal banget mang"
"Ya iya atuh neng namanya juga ibu kota, mang bukan asli sini ya?"
"Ya mang saya dari kampung, saya mau kuliah sekalian cari-cari kerjaan rencananya"
"Ya udah coba aja ke situ neng"
Sekar pun di jelaskan di mana letak rumah tersebut berada, selesai membayar tanpa membuang waktu Sekar segera menuju ke tempat yang di arahkan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Conny Radiansyah
semoga jadi orang sukses ya Sekar
2022-06-19
0
Hafizah Salsabilla
lanjut
2021-09-01
1
🍾⃝ͣͣ𝓡ͩꫀᷝเͧ𝒉ᷠᥲͣᥒ🦜
lanjut kak👍
2021-08-12
2