"Sudah pak, nanti semua pakaian akan di kirimkan ke alamat rumah Sekar"
"Astaga apa iya begini gaya hidup orang kaya yang uangnya udah ga ada nomor serinya lagi, bikin sakit kepala aja terlalu boros kamu bos. Aku rasa dia sendiri ga akan tau berapa total kekayaan yang dia punya" melirik malas
"Ayo" mulai bangkit dan Sekar hanya bisa mengikuti
"Saya belum ganti baju pak"
"Ga usah kamu cantik pakai itu" dengan santainya, sedangkan pipi Sekar sudah menjadi merah mendengar itu
Nino mulai melangkahkan kakinya dengan pasti mengarah ke suatu tempat dan ternyata itu adalah sebuah salon yang cukup ternama, Sekar dan Ervan hanya mengikuti dari belakang
"Van"
"Iya pak" memajukan dirinya
"Perintahkan buat rubah penampilan dia, saya mau setiap orang yang memandang dia ga akan berani lagi untuk memandang dia rendah seperti kemarin" berbisik, lalu mencari posisi untuk duduk
"Baik pak"
"Ayo Sekar" memasuki salah satu ruangan di tempat itu
"Selamat pagi pak Ervan"
"Pagi, mana Michael?"
"Ada di ruangannya pak"
"Minta Michael kemari"
"Baik pak" pelayan wanita tersebut segera memanggil orang yang di maksud
"Selamat pagi pak Ervan, tumben ke sini. Kenapa ga panggil aja saya ke rumah seperti biasa" seorang pria dengan sikap yang sangat gemulai
"Perintah dari pak Nino kamu harus rubah penampilan perempuan ini sebaik mungkin" Sekar membulatkan kedua bola matanya mendengar hal tersebut
"Jadi masuk ke sini buat aku? astaga apa mereka berniat jadiin aku artis papan atas?" menahan tawa
Pria gemulai tersebut berjalan mendekati Sekar yang tampak canggung karena pria tersebut memandangi Sekar dari atas hingga bawah secara detail
"Hmm.. Kamu cantik ya beib cuma butuh beberapa perubahan dan sedikit polesan" memegang rambut Sekar "Tenang aja pak Ervan serahkan sama saya ya cin" menoleh ke arah Ervan
"Saya dan pak Nino tunggu di depan" meninggalkan ruangan tersebut
Cukup lama Sekar melakukan segala macam ritual yang di perintahkan oleh orang tersebut, berbagai macam perawatan yang belum pernah dia lakukan harus dia lakukan saat itu. Walaupun dengan berat hati Sekar hanya bisa pasrah dengan itu semua
"Selesai" mencolek dagu Sekar "Coba liat perempuan kamu sekarang beib"
Sekar secara perlahan membuka ke dua bola matanya dan menatap cermin yang berada di hadapannya "Gila ini beneran aku ya? ternyata aku bisa jadi secantik ini ya?" memutar wajahnya ke kanan dan ke kiri
Rambut Sekar yang panjang sudah berubah bentuk menjadi jauh lebih modis dan kini berwarna sedikit kecoklatan, membuat warna kulit putih Sekar semakin cerah. Serta polesan tipis make up membuat penampilan Sekar menjadi semakin sempurna
"Coba bangun beib liat perubahan kamu" Sekar berdiri dan menatap kaca seakan-akan dia benar-benar tidak percaya dengan matanya sendiri
"Ayo beib kasian dua pria jomblo itu tungguin kamu" membuka pintu ruangan tersebut, Nino langsung menatap ke arah pintu tersebut sedang Ervan hanya bisa berdoa di dalam hati semoga Nino tak menjadi semakin tampak bodoh
"Perhatian semuanya mari saksikan penampilan spektakuler dari maha karya Michael" dengan bangga dan Sekar pun keluar dari pintu tersebut
"Sumpah kamu cantik banget" Sekar berjalan mendekati Nino dengan perasaan canggung karena tatapan mata Nino
"Saya keliatan aneh ya pak?"
"Mulai sekarang kamu harus selalu berpenampilan begini di mana pun, jangan bikin saya malu saat kamu jalan di dekat saya" dengan dingin
"Ya ampun mulutnya, tinggal bilang iya aja biar aku seneng"
"Ayo" memegang tangan Sekar tanpa sadar
"Maaf saya ga sadar soalnya kamu terlalu lama tadi di sana dan hasilnya cuma begini aja" membuang mukanya
"Kalo kamu itu bukan orang yang udah menyelamatkan hidup aku, walaupun kamu gaji aku dengan emas segunung udah aku tampar itu mulut kamu" memasang wajah masam
"Ayo Sekar kita harus pergi ke satu tempat lagi"
"Baik pak Ervan" mengatur napasnya agar mengendalikan emosinya
Sekar yang belum terbiasa menggunakan sepatu high heels pun menjadi sedikit goyang dan hampir saja terjatuh, dengan sigap Nino menangkap tubuh Sekar
"Kamu norak banget sih"
Sekar pun tak lagi dapat menahan emosinya yang tertahan, dengan cepat dia membenarkan posisi berdirinya sambil menatap tajam ke arah Nino
"Ya bapak udah tau saya norak, kenapa paksa saya pake baju begini? ini lagi sepatu apaan coba" mencopot sepatu high heels yang dia gunakan
Ervan sudah mulai akan membuka suara untuk melerai itu semua tetapi segera terhenti karena Nino berjongkok di hadapan Sekar lalu mengambil sepatu high heels tersebut dari tangan Sekar
"Saya ngomong untuk pertama dan terakhir kalinya ke kamu, kamu harus terbiasa pake ini semua. Karena saya ga mau kamu di rendahkan oleh siapapun lagi ke depannya" memakaikan sepatu tersebut ke kaki Sekar, Sekar hanya bisa menundukkan kepalanya mendengar hal tersebut sekelebat bayangan tentang apa yang baru saja di lakukan Alvin kembali terlintas di dalam benaknya
Nino bangkit dan melihat wajah Sekar yang terlihat murung, dia meletakkan tangannya di ujung kepala Sekar dengan lembut
"Jangan pernah tundukkan kepala di hadapan siapapun mulai sekarang, kamu harus berani menatap orang lain karena kamu orang saya" dengan lembut
"Lagi-lagi pak Nino bilang kalo aku orang dia, apa sebenarnya maksud omongan pak Nino?"
"Ayo" Sekar hanya menganggukkan sedikit kepalanya, Sekar berusaha menyesuaikan langkah kakinya dengan sepatu yang belum pernah dia gunakan tersebut
Melihat Sekar yang sedikit kesulitan untuk berjalan Nino menggenggam tangan Sekar "Pak..."
"Ayo saya yang akan jaga kamu, jadi kamu ga akan pernah jatuh"
"Makasih pak"
"Saya akan genggam tangan kamu dan saya akan selalu berdiri di belakang kamu, jadi jangan pernah jatuh untuk hal tak penting. Apalagi sampai menghilangkan senyuman di wajah kamu seperti tadi, mulai sekarang tugas terbesar kamu adalah hidup dengan baik dan bahagia"
Wajah Sekar merah padam tak karuan dengan semua sikap lembut Nino ada sesuatu yang bergetar hebat di dalam hatinya, walaupun dia sendiri masih terus berusaha untuk mengingkari rasa itu. Kini mereka pun masuk ke dalam sebuah perumahan dan Ervan memberhentikan mobilnya di depan sebuah rumah yang cukup besar
Nino melangkahkan kakinya dengan pasti ke dalam rumah tersebut, dan saat membuka pintu rumah tersebut terlihat dengan jelas bila rumah tersebut adalah sebuah rumah yang baru yang belum pernah di huni oleh siapapun
"Kamu suka?"
"Kenapa aku yang di tanya? jangan bilang kalo ini juga di sediakan buat aku. Tolong pak Nino jangan berikan saya serangan yang bertubi-tubi, saya takut jantung saya tak akan sanggup menerima ini semua" mengerutkan keningnya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Conny Radiansyah
alhamdulillah
2022-06-20
1
Suyatno Galih
datar, kerikilnya sedikit
2021-11-19
0
dikAtHa
good thor
2021-09-16
0