Hati Sekar menjadi tersentuh oleh ucapan Nino, entah bagi Nino dia hanya tak ingin melihat seorang wanita menangis atau dia memang tak ingin melihat Sekar menangis. Nino hanya tau bahwa wajah Sekar lebih cocok saat tertawa atau tersenyum
"Terima kasih pak" dengan suara yang terputus-putus dan mata yang mulai memerah
"Hei saya larang kamu menangis di depan saya, kenapa kamu malah mau nangis sekarang?" Sekar hanya bisa tersenyum dengan sangat tulus
"Terima kasih pak, karena sekarang saya tau bahwa ga semua laki-laki di dunia ini adalah orang jahat"
Nino dapat melihat senyuman tulus dari Sekar membuat dirinya tak dapat lagi berkata-kata, dia pun hanya bisa melanjutkan sarapannya yang tertunda
"Dasar perempuan aneh" dengan suara yang pelan tetapi tetap terdengar oleh Sekar
Sekar pun membereskan segala sisa sarapan mereka berdua, setelah itu Sekar kembali di panggil ke ruang kerja Ervan. Ervan menjelaskan bahwa Sekar tidak boleh lagi datang terlalu pagi, dengan alasan bahwa Nino tidak suka bila dia tidak melihat sendiri orang yang membersihkan ruang kerjanya
Sekar pun kembali ke ruang pantry dan di sana dia pun bertemu dengan Jajang, di banding kan dengan yang lain Sekar sudah pasti jauh lebih dekat dengan Jajang
"Kenapa?"
"Cuma bingung aja"
"Bingung kenapa?"
"Apa cuma perasaan aku aja kali ya? tapi kemarin aku datang sebelum jam tujuh pak Nino udah datang aku di salahin. Tadi aku jalan lebih cepat supaya kerjaan aku lebih cepat selesai, sekarang malah di larang datang cepat" membuang napasnya dengan kasar
"Aneh banget kalo pak Nino sampe di kantor sebelum jam tujuh pagi"
"Kenapa Jang?"
"Ga cuma aneh aja biasanya pak Nino ga pernah sampe di kantor sebelum jam tujuh pagi"
"Siapa yang dulu bertugas membersihkan ruangan pak Nino?"
"Oh.. Mereka bukan orang yang kerja di sini"
"Masa?"
"Iya khusus ruangan pak Nino ga bisa sembarang kita masukin, bahkan makanan pak Nino aja ada orang khusus yang buat. Di kantor ini terkenal kalo pak Nino ga suka dekat dengan orang yang ga dia kenal"
"Tapi kok aku bisa?"
"Mungkin pak Nino suka sama kamu" dengan entengnya
Sekar tertawa terbahak-bahak mendengar ucapan Jajang, baginya yang hanya seorang gadis desa biasa mana mungkin bisa menaklukkan orang seperti seorang Nino Setiawan
"Kenapa ketawa?" menatap serius
"Ya ga mungkin lah Jang, kalo Alvin aja bisa khianati aku. Mana mungkin orang sebesar pak Nino bisa suka perempuan kayak aku" kembali tertawa
"Siapa Alvin?"
"Laki-laki ga penting" tersenyum getir
"Tapi mungkin aja, coba kamu inget-inget deh. Kamu di kasih kerjaan yang ga masuk akal, kamu di kasih handphone keluaran terbaru, kamu bisa makan bareng pak Nino di ruang kerjanya. Itu semua kan terlalu aneh"
"Mungkin karena aku perempuan aneh" kembali tertawa
"Saya hanya berharap semua itu ga melukai hati kamu Sekar, karena saya suka sama kamu dari pertama saya ketemu kamu. Kamu ga tau aja kalo senyuman di bibir kamu bisa menggerakkan hati kami para lelaki"
Saat jam makan siang tiba semua sudah di kembali di sibukkan oleh urusannya masing-masing termasuk Sekar yang harus menyiapkan makan siang untuk sang bos besar
Sekar bertanya-tanya di dalam hatinya mengapa makanan kali ini terlalu banyak dari porsi biasanya, Sekar tak mau ambil pusing dia pun langsung menuju ke ruangan sang bos besar
Tok.. Tok..Tok..
"Masuk"
"Permisi pak" begitu mendengar suara Sekar Nino langsung bangkit dari duduknya dan menuju ke sofa di mana dia biasa makan
Sekar merapikan segala keperluannya makan untuk sang bos besar, sedangkan Nino sudah duduk dengan mantap. Nino segera memberikan perintah agar Sekar duduk, Sekar pun hanya bisa mengikuti perintah sang bos besar
Nino mengambil makanan yang dia inginkan setelah itu dia melihat Sekar yang masih saja terdiam, Sekar teringat akan kata-kata yang baru saja di ucapakan oleh Jajang. Sekar menjadi sedikit ragu untuk makan berbarengan dengan sang bos besar
"Kenapa ga makan?"
"Maaf pak, tapi ini makan siang bapak saya rasa saya kurang pantas kalo ikut makan"
"Jadi maksud kamu saya harus habisin ini semua" menatap tajam
"Bukan pak, tapi saya rasa kurang pantas kalo saya selalu makan bareng bapak"
"Mulai sekarang kamu di pecat jadi bagian bersih-bersih di ruangan saya"
"Maaf pak, saya.." Sekar sudah mulai panik
"Mulai sekarang tugas kamu nemenin saya makan" dengan dingin tanpa menoleh sedikit pun
"Apa iya ada kerjaan yang kayak gitu?" Sekar masih diam mematung
"Kalo kamu ga mau, kamu bisa jadi bayangan saya. Jadi saya ke kamar mandi pun kamu harus ikut, atau kamu bisa pilih mengundurkan diri dan ikut saya sekarang ke kantor polisi"
"Ga pak, saya akan makan" dengan cepat, Nino tersenyum tipis
"Dasar orang aneh, masa dia ke kamar mandi aku harus ikutin dia juga"
"Jangan memaki saya di hati kamu"
"Astaga lupa orang ini kan bisa baca pikiran" ga pak saya cuma lagi menikmati makanan ini, rasanya enak banget" tersenyum dengan terpaksa
Sekar mulai memakan makanan yang terhidang, dan benar adanya semua makanan yang tersaji adalah makanan yang terbaik dan sangat enak. Sekar langsung teringat akan adik-adiknya di rumah
"Ajeng pasti senang kalo aku bisa bawa makanan ini sebagian pulang ke rumah" menatap makanan yang masih tersisa di atas meja
"Mulai besok kalo makanan yang datang sebanyak ini kamu sisihin sebagian makanannya sebelum kamu bawa ke ruangan saya"
"Maaf pak untuk apa ya?"
"Terserah mau kamu buang kek, apa kek? saya pusing liat banyak banget makanan di atas meja"
"Baik pak" tersenyum bahagia
"Jadi aku bisa bawa sebagian makanannya untuk Ajeng dan Dimas kalo makanan yang datang sebanyak tadi"
Nino tersenyum tipis melihat senyuman di bibir mungil Sekar "Seandainya kamu tau ini pertama kalinya aku perduli dengan kehidupan orang lain, semenjak kepergian dia dulu saya memutuskan menutup hati saya untuk wanita mana pun"
Seharian penuh Nino menggunakan seribu alasan untuk meminta Sekar selalu kembali ke dalam ruang kerjanya, ingin rasanya Sekar memaki sang bos besar tersebut. Karena banyak alasan yang tak masuk akal yang di gunakan oleh Nino, Sekar hanya punya waktu istirahat saat menjalankan sholat
Ervan hanya bisa menggelengkan kepalanya dari dalam ruang kerjanya melihat seharian penuh Sekar di buat sibuk oleh Nino. Begitu jam kerja telah usai serasa Sekar lepas dari sebuah penyiksaan, Sekar yang telah lelah memilih untuk langsung kembali ke rumah kontrakannya bersama Jajang
"Sekar" ingin rasanya Sekar memaki orang yang kini berada di hadapannya tersebut yang tak lain adalah Alvin
"Bisa kita bicara sebentar"
"Memang sebaiknya kita bicarakan semuanya biar jelas" kamu duluan aja ya Jang"
"Kamu ga apa aku tinggalin?" Sekar membalas dengan anggukan kepalanya
Mereka pun pergi ke sebuah taman dan duduk di salah satu bangku di sana
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Conny Radiansyah
ngapain diladeni Alvinnya, Sekar, awas dia modus lho ☝️😡
2022-06-19
0
Hafizah Salsabilla
like terus
2021-09-02
1
🤍
Like 👍
2021-08-10
1