Hari sudah gelap ketika Damar tiba di kota Makassar. Dengan menyewa taksi online, ia segera menuju kantor polisi tempat Baby sedang menjalani pembinaan setelah semalam terjaring razia. Ia bergegas memasuki bangunan itu untuk mencari keberadaan Baby.
“Permisi, Pak. Saya Damar Bimasakti, jurnalis OKTV. Semalam saya mendapat kiriman video razia PSK yang dikirim teman saya. Kebetulan salah satunya adalah kerabat saya. Jadi saya kemari untuk mencarinya,” ucap Damar kepada seorang petugas kepolisian.
“Semalam memang ada razia, Pak. Kerabat Pak Damar atas nama siapa ya?” tanya petugas kepolisian itu.
“Baby Aurora, Pak.”
Pria tersebut tampak membuka sebuah buku, kemudian serius mencari nama yang baru saja disebutkan Damar di dalam buku catatan.
“Oh iya, memang ada yang mengaku bernama Baby Aurora dalam daftar orang yang terjaring razia.”
Damar pun menghela napas panjang. Ada raut kelegaan yang terlihat di wajahnya. “Apa boleh saya ketemu, Pak?”
"Tapi mereka semua sudah dipulangkan sejak tadi sore, setelah menjalani pembinaan."
"Apa, sudah dipulangkan?" ucap Damar terkejut.
Sang petugas kemudian menganggukkan kepala. "Iya, benar. Kalau saya tidak salah ingat, atas nama Baby Aurora itu seorang gadis remaja berusia sembilan belas tahun, kan?"
"Iya Pak, benar."
"Kalau boleh tahu, Baby Aurora itu siapa nya Pak Damar?"
"Calon istri saya, Pak!" jawab Damar setengah frustrasi. Sambil membuka lagi ponselnya, berharap ada balasan pesan dari Baby atau hanya sekedar tanda centang dua pada pesan yang ia kirim melalui whatsapp.
"Oh, calon istri?" ujar sang petugas dengan nada terkejut. "Tapi Baby Aurora ini tidak punya tanda pengenal, Pak. Dia juga mengaku orang tuanya sudah meninggal dan dia baru tiba dari Jakarta tadi malam."
"Iya, Pak. Itu memang benar." Lagi-lagi Damar menghela napas frustrasi. "Kalau begitu saya permisi, Pak. Saya harus cari dia dulu."
"Silakan, Pak. Semoga cepat ketemu."
Damar mengulurkan tangannya, menjabat pria itu. Kemudian bergegas keluar. Ia harus mencari Baby secepatnya.
Dalam kegelapan malam, Damar tampak bingung. Ia baru saja menyewa sebuah mobil dari rent car. Entah kemana harus mencari Baby. Kota Makassar lumayan luas dan akan sulit mencari seseorang di malam hari, terlebih hujan mengguyur dengan sangat deras. Rasa khawatir Damar terhadap Baby pun semakin besar.
"Kemana aku harus cari kamu, Bambang?" gumam Damar dengan helaan napas berat sambil meneliti ke setiap sisi jalan yang ia lalui. Dengan harapan besar, akan menemukan gadis yang merupakan calon istrinya di sana.
****
Dengan berjalan kaki, Baby menerobos derasnya hujan. Tubuhnya yang lelah sudah gemetar akibat rasa dingin yang terasa menusuk ke tulang-tulang. Kini ia tak tahu harus kemana, tidak ada tempat atau teman untuk dituju.
Mungkin nasib buruk sedang berada di pangkuannya. Dompet dan sisa uang yang ia miliki pun telah raib entah kemana.
Baby meratapi nasib malangnya. Untuk yang kesekian kali, gadis itu merasakan perutnya berbunyi keroncongan, sebab sejak semalam ia belum makan apapun.
"Ayah ... Ibu ... Baby harus kemana?"
Dalam hati ia mengumpati kebodohannya yang nekat pergi dari rumah, hanya untuk menghindari pernikahan dengan pria galak seperti Damar. Tetapi, bukannya terbebas, nasib buruk justru menghampirinya.
Bukan seperti ini harapannya, hidup terlunta-lunta di tempat asing sungguh menyedihkan.
Dalam keputusasaan, Baby memilih berteduh di bawah sebuah pohon. Lebatnya dedaunan bahkan tak cukup untuk melindunginya dari guyuran hujan. Gadis itu pun tak sanggup lagi membendung air matanya.
Ia menangis hingga sesegukan, sambil berharap akan ada sebuah keajaiban untuknya.
"Bunda, Mas Damar ..." entah dorongan dari mana, sebuah panggilan lolos begitu saja dari bibirnya, seolah berharap Bunda Yasmin dan Damar akan mendengar panggilan itu.
Hampir satu jam lamanya Baby berteduh. Hujan pun masih cukup deras. Ia memutuskan melanjutkan berjalan sembari mencari masjid untuk berteduh. Karena rasa dingin sepertinya telah mampu untuk membunuhnya perlahan.
Hingga sebuah mobil berhenti di sisi jalan. Juga dengan seorang pria jangkung yang baru saja turun dari sana.
Baby mencoba menajamkan penglihatannya, menatap seseorang yang sedang berjalan ke arahnya itu.
"Bambang ..." panggil Damar.
Air mata Baby pun kembali mengalir, menyatu dengan hujan ketika menyadari siapa yang kini berdiri tepat di hadapannya.
Damar menatap nya dari ujung kaki ke ujung kepala, ia dapat melihat dengan jelas betapa gadis itu sedang berusaha melawan rasa dingin yang membelenggu tubuhnya.
Detik itu juga Damar memeluknya di tengah deras hujan. Tangis Baby pun semakin menjadi. Ia menyembunyikan wajahnya di dada kokoh itu.
"Sudah jangan nangis, aku minta maaf, ya ..." bisiknya pelan.
🌾🌾🌾🌾
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Desiana Rifai
ciba ke rmh sya beby 😂
2023-06-06
2
Lovesekebon
Di baikin napa.. orang masih bocah di bandingkan Om Damar 🤭🤭
2023-04-02
0
gia nasgia
kalau jodoh nggak akan bisa kabur 🤭 padahal Makassar bukan kota kecil
2023-03-28
0