“Yang tadi itu pacar Om, ya? Eh maksud aku, pacar Mas…” Baby mengatupkan bibirnya setelah menyadari raut wajah Damar yang mendatar.
“Bukan urusan kamu, Bambang!” Sebuah jawaban yang bermakna perintah bagi Baby untuk diam. “Anggap pertemuan kita dengan Tria tadi tidak pernah terjadi!”
“Maksudnya?” Kening Baby mengerut pertanda bingung.
“Jangan beritahu siapapun termasuk bunda tentang semua yang kamu dengar tadi.”
“Tentang pacar Mas Damar yang tidur dengan laki-laki lain, begitu?”
Pertanyaan polos Baby membuat Damar menoleh dan melayangkan tatapan tidak bersahabat. Menatap sorot mata Damar saja sudah membuat nyali Baby menciut. Akan tetapi seperti biasa, Baby akan bertingkah sok berani.
“Siapa yang minta kamu mengulang pertanyaan itu?”
“Iya, ampun ampun! Galak amat."
Kesal, Damar pun mulai menyalakan mesin mobil, kemudian mulai melaju meninggalkan area food court itu. Di kejauhan Tria hanya pasrah menatap mobil Damar yang telah pergi menjauh. Dalam hati gadis cantik itu menyesali kecerobohannya, yang tidak menyangka bahwa Damar akan berkunjung ke apartemennya. Sebab selama ini, Damar tidak pernah datang di siang hari pada hari kerja.
Tiba di sebuah jalan yang cukup padat, Damar mengurangi kecepatan berkendara. Sepertinya sedang ada demo buruh di sebuah perusahaan ternama di kota itu. Pandangan Baby melirik ke arah ratusan orang yang sedang berdemo.
“Kenapa? Kamu mau ikutan demo di sana?” tanya Damar dengan nada meledek, mengingat pertemuan pertamanya dengan Baby adalah saat gadis itu sedang terlibat aksi demo yang berakhir ricuh.
“Tidak,” jawab Baby dengan cepat.
“Itu PT. TMA Jaya. Mereka sedang melakukan PHK besar-besaran kepada ratusan buruh pabrik. Kamu tahu perusahaan besar itu milik siapa?”
Baby menggeleng, "Tidak tahu!"
“Bastian Adijaya.”
Sontak jawaban Damar membuat mata Baby membeliak. Ia ingat sehari sebelum kepergian ayahnya, beliau sempat melakukan pertemuan rahasia dengan seseorang pengusaha bernama Bastian Adijaya. Yang hingga kini masih menyimpan misteri, tentang pertemuan apa yang dilakukan ayahnya bersama pengusaha kaya raya itu, sebab setelahnya, ayah Baby mengalami kecelakaan yang akhirnya menewaskannya. Juga dengan Bu Rinda yang hidup dalam persembunyian setelahnya.
“Kenapa? Mukanya biasa aja dong.”
“Tidak apa-apa.”
Bastian Adijaya. Itu bukannya nama orang yang ketemu sama ayah malam itu kan...
🌼🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Malam harinya ....
Duduk di sebuah kursi panjang, Damar sedang merenung seorang diri di balkon rumah. Bunda Yasmin datang dengan membawa teh hangat dan camilan kesukaan Damar. Sejak pulang tadi Bunda Yasmin mendapati wajah Damar yang suram, bahkan tampak tidak berselera saat makan malam, padahal Bunda Yasmin telah memasak makanan kesukaannya.
Kejutan yang ingin ia berikan kepada sang kekasih malah berbalik mengejutkannya dengan sesuatu yang tidak pernah dibayangkan Damar sebelumnya. Tria seorang gadis yang menurut Damar sempurna, malah mengkhianatinya.
"Mar, kamu kenapa sih, Nak? Sejak pulang tadi wajahnya kurang semangat begitu. Kamu ada masalah?"
Tersadar dari lamunan, Damar tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Tidak ada, Bun. Cuma pusing masalah kerjaan," jawabnya berbohong.
Bunda Yasmin mengusap bahu putra semata wayangnya itu. "Sejak kapan anak bunda suka menyembunyikan sesuatu dari bunda?"
Damar menghela napas panjang, perlahan pertahanan yang ia bangun susah payah runtuh juga. Ia merebahkan kepalanya di pangkuan sang bunda, sehingga Bunda Yasmin mengusap rambutnya.
"Bunda ..."
"Hem ..."
"Kenapa ya Bun, kadang orang yang kita percaya malah berkhianat."
Bunda Yasmin tersenyum tipis. "Memang siapa yang mengkhianati kamu?"
"Tria."
"Oh ... ."
Hanya oh, sebuah jawaban singkat yang membuat Damar bertanya-tanya dalam hati. Bahkan Bunda Yasmin tampak tidak terkejut mendengar ucapan Damar. Laki-laki itu kemudian bangkit dan menatap wajah bundanya dengan serius.
"Kok cuma oh? Apa jangan-jangan Bunda sudah tahu kelakuan Tria?"
"Bunda tahu sejak awal kamu berpacaran dengan Tria."
Damar termangu mendengar ucapan Bunda Yasmin. Ya, wanita paruh baya itu punya satu kebiasaan yang bahkan tidak diketahui oleh Damar. Ia akan menyelidiki siapapun yang sedang dekat dengan putranya dan punya cara sendiri untuk menunjukkan kepada Damar seperti apa sosok yang sedang dekat dengannya.
"Terus kenapa Bunda tidak pernah kasih tahu aku?"
"Memang kamu percaya sama bunda? Kamu lupa, ya? Sejak awal Bunda sudah bilang Tria itu bukan gadis baik-baik. Kamu saja yang terbutakan oleh cinta."
"Iya, tapi kan Bunda cuma bilang Tria itu tidak baik. Mana aku tahu kalau kelakuan Tria seperti itu di belakang aku, Bun."
"Bunda tidak akan bilang dia tidak baik kalau tidak punya alasan, kan."
Damar menunduk malu. Kini, harapan indahnya untuk menikahi Tria pupus sudah. Mungkin ia harus pasrah jika Bunda Yasmin benar-benar ingin menjodohkan dengan Baby. Seorang gadis yang terbilang masih remaja dan sama sekali bukan seleranya.
"Bun ..."
"Hemm ..."
"Bunda yakin mau menjodohkan aku dengan Bambang?"
Lagi-lagi Bunda Yasmin menghela napas panjang. "Baby Damar!"
"Geli, Bun, kalau harus panggil Baby... Nama sama kelakuan beda jauh. Bu Rinda salah ngasih nama itu. Seharusnya bukan Baby tapi Bambang."
"Awas jatuh cinta!" ujarnya sambil mencubit gemas lengan putranya.
"Sama Bambang?"
"Baby!"
"Iya, Baby!" ucap Damar terpaksa.
Damar kembali merebahkan kepalanya di pangkuan sang bunda. Sebenarnya ia bukanlah anak manja. Namun, saat sedang memiliki masalah berat, pangkuan bundanya adalah tempat ternyaman baginya untuk bersandar.
"Mar, Bunda tidak akan memaksa kalau kamu tidak mau menikah dengan Baby. Bunda bisa bicara lagi dengan Bu Rinda untuk membatalkan perjodohan kalian."
"Bunda yakin?"
"Iya. Lagi pula, yang akan menjalani rumah tangga itu kamu, bukan bunda. Bunda hanya mau yang terbaik untuk kamu. Dan menurut Bunda, Baby itu layak untuk kamu. Tapi keputusan tetap ada di tangan kamu. Kalau kamu tidak mau, bunda tidak bisa memaksa."
"Makasih, Bun. Baby itu masih terlalu kecil, dia mana mengerti menjalani rumah tangga. Lagian dia bukan tipe aku."
"Ya sudah. Soal jodoh, bunda serahkan sama kamu saja."
Tiba-tiba ponsel milik Bunda Yasmin berdering tanda panggilan masuk. Wanita paruh baya itu segera meraih ponsel yang terletak di meja. Damar pun membenarkan posisinya.
"Siapa, Bun?" tanya Damar.
"Tidak tahu, tidak ada namanya."
"Jawab aja, Bun. Siapa tahu penting."
Tanpa menunggu lagi, Bunda Yasmin menggeser simbol hijau agar dapat tersambung dengan seseorang di seberang sana. Baru saja Bunda Yasmin menjawab, raut wajahnya sudah berubah panik. Ponsel yang berada di genggamannya pun terjatuh begitu saja ke lantai.
"Bunda kenapa?"
"Telepon dari rumah sakit. Mar, ibu nya Baby kecelakaan," ucap Bunda Yasmin panik.
"Ibunya Bambang kecelakaan? Terus si Bambang gimana, Bun?" Damar terlihat ikut panik.
Bunda Yasmin tidak menjawab. Ia hanya beberapa kali menarik napas dalam, mencoba menenangkan perasaannya sendiri.
"Mar, antar bunda ke rumah sakit ya ... Katanya Bu Rinda terluka cukup parah dan mau ketemu bunda."
🌼🌼🌼🌼🌼🌼
Damar dan Bunda Yasmin melangkah dengan tergesa-gesa melewati lorong rumah sakit. Dari kejauhan tampak Baby seorang diri sedang duduk meringkuk di depan sebuah ruangan.
"Baby ...!" Panggilan Bunda Yasmin membuat Baby menoleh. Wanita paruh baya itu pun segera mendekat dan memeluk tubuh Baby yang masih gemetar.
"Bunda ... Ibu ..." lirihnya menahan tangis.
"Ibu kamu kenapa, Nak?"
"Ibu ...."
Baby menyandarkan kepalanya di bahu Bunda Yasmin, lalu sesaat kemudian segalanya seperti berputar dan gelap. Baby tidak sadarkan diri lagi.
"Bambang!" panggil Damar.
Melihat Baby tidak sadarkan diri, Damar pun ikut panik. Laki-laki itu segera menggendong Baby dan membawanya masuk ke ruang IGD.
🌼🌼🌼🌼🌼
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
Inaherlinasofia
kayak nya ada yg mencelakai seperti ayah nya banyak kasian😢😢
2024-12-08
0
Sulis Tyawati
wah ada yg sabotase tuh
d buat meninggal karena kecelakaan.
2024-11-17
0
Naura Kamila
good job bun👍🏻
2023-10-17
1