Tidak Sabar Menunggu!

Damar keluar dari gedung kantornya dengan tergesa-gesa. Setelah melihat Baby terjaring razia wanita pekerja malam, ia tak dapat tenang memikirkannya. Bahkan laki-laki itu tidak peduli lagi walaupun belum mendapat izin dari atasannya untuk ambil cuti keluar kota.

Beruntung ia bersahabat dengan Ryu yang merupakan anak pemilik stasiun tv tempatnya bekerja, sehingga mudah baginya untuk meminta izin. Dengan segera Damar melajukan mobil menuju rumah Baby dimana Bunda Yasmin sedang berada untuk meminta menyusul Baby ke kota Makassar.

“Assalamu alaikum … Bunda!” panggil Damar begitu memasuki rumah sederhana itu. Pandangan ya berkeliling mencari. "Bunda ... Bunda ..."

Tak lama berselang, barulah terdengar sahutan. Bunda Yasmin baru saja keluar dari kamar Baby begitu mendengar suara panggilan dari Damar.

“Damar, bagaimana, Nak? Ada kabar tentang Baby?” tanya sang bunda penuh harap.

“Iya Bun … Aku sudah dapat informasi keberadaan Baby.”

Wajah Bunda Yasmin yang tadinya diselimuti kekhawatiran pun berubah senang saat mmendengar ucapan putrannya.

“Terus di mana Baby sekarang, Mar?”

"Baby ada di ..."

Damar menarik napas dalam. Sebenarnya ia agak ragu memberitahu bundanya dimana Baby sekarang. Mengingat kondisi jantung Bunda Yasmin yang bisa saja kumat jika mendengar kabar tentang calon menantu kesayangannya, yang kini berada di kantor polisi di kota seberang akibat terjaring Razia.

“Mar? Baby di mana sekarang?” Wanita itu mengulang lagi pertanyaannya. Namun kali ini agak menekan dan menuntut jawaban, karena Damar tak kunjung menjawab.

“Baby kabur ke Makassar, Bun …”

Sontak Bunda Yasmin terkejut mendengar jawaban Damar. “Apa? Makassar?” ucapnya setengah frustrasi. Ada gurat kekhawatiran yang terlihat jelas dalam tatapannya. “Maksud kamu Baby di Makassar, Mar?”

“Iya, Bunda.”

Sepertinya Bunda Yasmin tak sanggup berdiri di atas kakinya sendiri. Detik itu juga ia menjatuhkan tubuhnya di sofa. Antara percaya dan tidak dengan pendengarannya sendiri. Bagaimana bisa Baby yang belum pernah keluar kota sebelumnya bisa berada di tempat yang cukup jauh dari mereka.

“Kamu yakin Baby di Makassar?” Bunda bertanya sekali lagi untuk memastikan telinganya tak salah dengar.

“Iya, Bunda … Baby memang ada di Makassar sekarang.”

Bunda Yasmin mengusap air mata yang akan jatuh di ujung matanya. Kecemasannya kian bertambah.

“Tapi dia ke sana dengan siapa, Mar? Baby tidak punya siapa-siapa di sana.”

“Enggak tahu, Bun.” Damar berjongkok di hadapan Bundanya dan berusaha menenangkan. “Bunda tenang ya. Aku sudah pesan tiket penerbangan ke Makassar sore ini buat jemput dia.”

“Tapi kenapa Baby sampai nekat ke sana, Mar?” ucapnya menahan tangis. “Ini semua karena kamu. Kamu terlalu galak sama Baby sampai dia memilih kabur dari pada menikah dengan kamu.”

Damar tidak dapat berkata-kata. Sebab rasa bersalahnya terhadap Baby belum berkurang sedikitpun. Secara tidak langsung, Damar ikut menjadi penyebab kematian Bu Rinda.

“Maaf, Bun.” Ia menjambak rambut, tiba-tiba merasa ikut frustrasi mendengar ucapan bundanya. “Ya sudah, aku antar Bunda pulang dulu, ya. Sore ini aku berangkat ke Makassar buat jemput Baby.”

“Ya sudah. Tapi kalau Baby ketemu, kamu bujuk baik-baik, jangan marah-marah terus.”

“Iya, Bunda. Tapi Bunda berhenti menangis. Ingat, dokter bilang, Bunda tidak boleh stress.”

***********

Sore itu setelah mengantar Bunda Yasmin pulang ke rumah, Damar segera menuju bandara. Sungguh Baby benar-benar membuatnya khawatir.

Entah sudah ke berapa puluh kali ia melirik arah jarum jam di pergelangan tangannya, seolah sudah tidak sabar menunggu panggilan dari pengeras suara di ruang tunggu. Batre polnsel miliknya bahkan hampir habis karena telah puluhan kali mencoba menghubungi nomor telepon Baby, namun tak juga tersambung.

“Pesawatnya delay lagi …” Damar mendengus frustrasi, sebab pesawat yang dijadwalkan terbang pukul empat sore, mengalami penundaan hingga hampir dua jam lamanya.

“Bambang, Bambang … Kamu bisa juga bikin orang stress ya,” gumamnya sambil menyandarkan punggung ke kursi panjang berbahan stainless itu.

Beberapa menit berlalu! Terdengar suara panggilan untuk penumpang dengan tujuan kota Makassar, membuat rasa kantuk yang sempat menguasai Damar tiba-tiba menghilang. Ia segera menuju kerumunan antrian para penumpang yang terlihat saling berlomba melewati sebuah lorong untuk naik ke pesawat.

Malam ini pasti akan sangat melelahkan baginya.

Duduk di kursi pesawat, Damar membuka ponsel yang sebelumnya telah ia ubah ke dalam mode penerbangan. Mengusir rasa bosan, ia memilih membuka galeri ponselnya. Ditatapnya wajah manis seorang gadis yang ia ambil diam-diam beberapa waktu lalu.

"Bambang ... Aku benar-benar minta maaf. Aku yang salah, bukan kamu."

🌾🌾🌾🌾🌾

Terpopuler

Comments

Ismu Srifah

Ismu Srifah

bhhhahaha awas bucin om

2023-09-06

2

gia nasgia

gia nasgia

fix ketemu om galak di Makassar 😂🤭

2023-03-28

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Kok aku gak Rela iya bany nikah sama Damar,penyebab ibunya Baby meninggal..

2023-03-25

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 85 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!