Dunia Tidak Pernah Kekurangan Orang Baik!

"Baby, apa maksud kamu melakukan semua ini? Tidak biasanya kamu bertingkah seperti tadi," ucap Bu Rinda.

Setelah kepulangan Damar dan Bunda Yasmin, ia membawa anak semata wayangnya untuk bicara berdua.

"Maaf, Bu." Hanya kalimat itu yang dapat terucap dari mulut gadis itu.

Baby tak punya pilihan lain, selain melakukan apa yang diinginkan Damar. Sebab jika tidak, Damar mengancam akan memberitakan video demo mahasiswa yang ikut melibatkannya. Belum lagi sejumlah uang yang harus ia berikan kepada Damar untuk mengganti perbaikan kamera, dan juga ponsel kesayangannya, pemberian sang ayah sebelum menghembuskan napas terakhirnya.

Bu Rinda menjatuhkan tubuhnya di sofa dengan wajahnya yang sedih. Ada setitik air mata yang mengalir di wajah teduhnya.

"Baby ... Ibu tahu, Nak! Kamu berbuat begitu supaya perjodohan kamu dengan Damar batal. Ibu bisa mengerti perasaan kamu." Wanita itu mengusap air matanya, membuat Baby dihinggapi rasa bersalah.

"Bu ... Aku tidak mau menikah dengan Mas Damar. Dia itu galak, Bu," lirih Baby.

"Kamu kan baru bertemu Damar hari ini, Nak. Bagaimana kamu bisa menilai Damar secepat itu?" Bu Rinda meraih jemari anak gadisnya. "Ibu tidak selamanya ada bersama kamu. Bagaimana kalau ibu pergi suatu hari nanti. Siapa yang akan menjaga kamu?"

"Memang Ibu mau kemana?" Cairan bening mulai menggenangi bola mata Baby.

Bu Rinda mengusap air mata yang mulai mengaliri wajah Baby. Ia kemudian teringat pada hari berduka dimana seluruh hidupnya berubah. Kematian ayah Baby yang masih menjadi misteri hingga kini. Ayah Baby adalah seorang aktivis HAM yang tewas dalam sebuah kecelakaan tunggal. Semasa hidupnya, ia aktif memperjuangkan hak rakyat kecil, termasuk buruh pabrik yang tidak mendapat upah yang layak.

Beragam spekulasi menyebut jika mobil yang saat itu dikendarai lelaki paruh baya itu menabrak pembatas jalan hingga terjatuh ke jurang. Namun, ada pula yang menyebut bahwa mobil telah disabotase oleh pihak yang berkepentingan. Isu lain menyebut bahwa ayah Baby berkendara dalam pengaruh obat-obatan terlarang.

"Kamu masih ingat hari kepergian ayah, kan?" tanya Bu Rinda diikuti anggukan kepala oleh Baby.

"Ayah bukan kecelakaan murni, Bu! Ayah sengaja dibunuh."

"Itu maksud ibu, Nak. Sekarang kamu tahu kan, kenapa ayah selalu menyembunyikan keluarganya. Ibu tidak tahu sampai kapan bisa menjaga kamu. Suatu hari kalau ibu pergi menyusul ayah, sudah ada orang yang bisa menjaga kamu."

"Kenapa di dunia banyak orang berkuasa yang jahat, Bu?"

"Baby ... Percayalah Nak, dunia tidak pernah kekurangan orang baik, walaupun orang jahat bertebaran di mana-mana."

Baby terdiam. Tidak ada kata yang dapat terucap dari bibirnya. Ia memeluk wanita yang telah melahirkannya ke dunia itu, kemudian saling menghapus air mata.

🌼🌼🌼🌼🌼

"Bun ... Lihat, kan? Bagaimana kelakuan calon menantu pilihan Bunda itu," ucap Damar sesaat setelah tiba di rumah. Ia berjalan mengekor di belakang Bunda Yasmin.

Laki-laki itu boleh berpuas diri, sebab rencananya berjalan lancar. Bunda Yasmin tampak tidak begitu menyukai sikap Baby. Terlihat dari ekspresi wajahnya yang sejak tadi mendatar. Bahkan sepanjang jalan pulang, ia tak mengeluarkan sepatah kata pun.

"Memangnya Baby kenapa, Mar?" Bunda Yasmin berbalik, menatap penuh selidik kepada putra semata wayangnya itu. Kemudian beranjak menuju ruang keluarga dan duduk di sofa.

"Loh, bukannya tadi Bunda lihat sendiri bagaimana tidak sopannya si Bambang itu."

"Baby, Damar! Bukan Bambang!"

"Iya, Bun, Maaf!" ujarnya. "Kok geli ya Bun, memanggil dia Baby. Tidak cocok dengan karakternya. Nama Baby kan seharusnya imut orangnya. Bukan barbar kayak si Bambang itu."

Mendengar ucapan putranya, Bunda Yasmin hanya dapat menggeleng pelan, lalu mencubit gemas lengan Damar. "Awas jatuh cinta!"

"Sama Bambang?"

"Baby!" Bunda Yasmin kembali memelototkan matanya.

Damar menghela napas sesaat, lalu menatap lekat-lekat wajah bundanya. "Bun ... Kalau harus menikah, kenapa harus sama si Baby coba?" Wajah Damar terlihat memelas. "Ada Tria yang sempurna. Sudah cantik, anggun, lembut lagi. Aku juga cintanya sama Tria. Sedangkan Bambang ..."

"Baby, Damar!" Kali ini Bunda Yasmin sangat gemas, sebab Damar tak juga merubah panggilannya untuk Baby.

"Iya, Baby," ujarnya terpaksa. "Bun ... Coba ingat kelakuan si Baby tadi. Bunda mau punya menantu seperti dia? Sudah pecicilan, dekil lagi."

Wanita paruh baya itu menyahut dengan senyuman, lalu mengusap wajah anaknya. "Bunda tahu."

"Lah, itu Bunda tahu. Terus ngapain harus dijodohkan sama si Bambang. Mending sama Tria."

"Bunda tahu, kalau kelakuan Baby tadi itu karena kamu yang suruh. Iya, kan?"

Jeduaarr!!! Sepertinya petir menyambar di siang bolong. Damar mengusap wajahnya malu. Bagaimana bisa Bunda Yasmin tahu bahwa Baby berbuat seperti tadi karena diminta oleh Damar.

"Bunda ih, sembarangan." Mencoba untuk membela diri.

"Siapa yang sembarangan? Bunda lihat tadi kamu bisik-bisik sama Baby. Setelah itu tingkah Baby jadi aneh. Kalau bukan kamu yang suruh, siapa lagi, coba."

Damar terdiam. Sudah tidak sanggup mendebat Bunda Yasmin lagi. Rencana yang dikiranya berhasil ternyata gagal total.

"Damar ... Suatu hari nanti kamu akan tahu bagaimana Tria yang sebenarnya. Baby memang tidak secantik dan sesempurna Tria dalam hal penampilan. Baby pecicilan, bunda juga tahu. Tapi itu tugas kamu untuk membimbing dia. Kalau masalah dekil, bawa saja Baby ke salon. Bunda yakin, kalau dandan dia tidak akan kalah cantik dari Tria."

"Bunda ..."

"Sudah ah, bunda mau ke kamar!"

🌼🌼🌼🌼

Damar duduk di atas pembaringan sambil mengedit sebuah video rekaman melalui laptopnya ketika ponsel milik Baby berdering tanda panggilan masuk. Ia segera meraih benda pipih itu dan menggeser simbol hijau.

"Mau apa kamu?" tanpa basa-basi Damar bertanya dengan ketus.

"Apa hape saya sudah bisa dikembalikan, Mas? Videonya juga tolong dihapus, ya ... Tadi saya sudah melakukan apa yang Mas minta. Jadi hapenya bisa dibalikin, kan?"

Damar tertawa sinis. "Heh Bambang. Kamu gagal total! Bunda tahu kalau kamu cuma bersandiwara. Jadi tawaran tadi tidak berlaku lagi. Kecuali kamu bisa membujuk ibu kamu untuk membatalkan perjodohan kita, baru saya kembalikan hape kamu."

"Bunda Yasmin tahu?"

"Iya. Pokoknya saya tidak mau tahu. Minta ibu kamu untuk membatalkan rencana menjodohkan kita. Kalau tidak, kamu harus ganti kerugian saya. Ngerti?"

"Tapi saya mana punya uang sebanyak itu, Mas. Jajan sehari saja cuma dikasih dua puluh ribu sama ibu."

"Itu urusan kamu, Bambang. Saya tidak mau tahu dari mana kamu dapat uang itu," ujarnya ketus. "Kecuali kamu bisa membujuk ibu kamu untuk membatalkan perjodohan kita. Hanya itu pilihannya."

"Ya sudah, Mas. Hape saya dijual saja untuk mengganti kerugian Mas Damar. Sudah impas, kan. Kalau begitu, videonya bisa dihapus, kan?"

"Enak saja kamu! Pokoknya saya tidak mau tahu. Saya mau kamu ganti kerugian saya dengan uang, bukan dengan hape."

"Tapi, Mas ..." Baby baru akan berbicara, Damar sudah menutup telepon.

Laki-laki itu tersenyum. Baby tidak akan punya pilihan selain meminta ibunya membatalkan perjodohan mereka. Ia juga tahu Baby tidak mungkin bisa mendapatkan uang sejumlah itu dalam waktu singkat.

Di sisi lain, Baby mengusap air matanya. Ia teringat ancaman Damar yang akan menampilkan video miliknya di tv.

Kalau ibu tahu, ibu pasti marah dan sedih. Aku harus bagaimana sekarang?

🌼🌼🌼🌼

Terpopuler

Comments

Sarah Yuniani

Sarah Yuniani

tu kaan sebenarnya suka juga Ama Bambang 😂

2024-10-22

0

Lisa Halik

Lisa Halik

kenapa damar perangai begitu,ngamca segala..bikin geram sama damar

2024-02-19

2

Bebby_Q'noy

Bebby_Q'noy

o owww kamu ketuaan eh ketauan😁

2024-02-16

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 85 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!