Dance With My Father

Hari itu adalah akhir pekan. Damar dan Bunda Yasmin baru saja tiba di sebuah studio tempat berlangsungnya konser musik dimana Baby akan ambil bagian dalam acara tersebut. Damar berjalan di belakang bundanya sambil memperhatikan keadaan di dalam studio yang telah dipadati oleh ribuan penonton dari berbagai kalangan. Laki-laki itu berdecak heran, hanya untuk mendekatkannya dengan Baby, Bunda Yasmin sampai rela berdesakan saat memasuki gedung besar itu.

“Sejak kapan Bunda suka nonton konser?” tanya Damar sesaat setelah duduk di kursi.

“Sejak hari ini. Bunda tidak mau ketinggalan nonton calon menantu bunda.” Beruntung Bunda Yasmin sempat memesan tiket VIP beberapa hari sebelumnya, sehingga mendapat tempat di bagian depan.

“Idih!” Damar membuang muka malas. “Mulai lagi deh Bunda.”

“Makanya bunda ajak kamu kemari. Biar kamu bisa lihat sisi lain dari Baby.”

Bunda Yasmin melirik ke arah kursi pemain orkestra. Pandangannya berkeliling, mencoba mencari sosok Baby di antara puluhan pemain orkestra yang duduk di sisi panggung. Senyum bahagia terlihat di wajahnya saat wanita paruh baya itu menemukan Baby—yang tampak cantik dengan gaun berwarna hitam.

“Damar, coba lihat, itu Baby,” ucap Bunda Yasmin sambil menunjuk ke arah Baby. Damar mengikuti kemana arah yang ditunjuk sang bunda. “Baby cantik ya, Mar?”

“Biasa aja, Bun. Tetap dekil,” jawab Damar asal.

“Awas jatuh cinta!”

“Sama Bambang?”

Bunda Yasmin memutar bola matanya, kemudian mencubit gemas lengan anaknya. “Baby, Damar!”

“Iya, Baby!” ujarnya malas. Namun, walau merasa enggan, entah mengapa sesuatu seperti menariknya untuk melirik ke depan sana. Tidak bisa dipungkiri bahwa malam itu Baby tampak cukup manis dengan gaun hitam. Rambut yang biasanya dikuncir, malam itu tergerai indah. Juga dengan make up natural di wajahnya, yang membuatnya terlihat menggemaskan.

“Berkedip, Damar!” Bunda Yasmin menggoda, kala mendapati Damar terus melirik Baby.

“Apaan sih, Bun! Lagian ngapain si Bambang ikutan konser seperti ini. Paling dia cuma bisa bikin jelek penampilan temannya. Dilihat dari kelakuannya, dia tidak punya bakat seni. Apalagi di bidang musik.”

“Kamu itu menilai Baby negatif terus. Aneh kamu, Damar.”

“Bunda juga terus memuji Baby. Apa lebihnya, coba?”

Bunda Yasmin tersenyum, sambil terus memperhatikan Baby yang sudah mulai memainkan biolanya mengiringi seorang penyanyi. Walaupun sepertinya gadis itu tidak menyadari keberadaan Damar dan Bunda Yasmin di sana.

“Baby itu sama seperti ayahnya. Dia punya jiwa sosial yang tinggi. Kamu tahu, ini konser musik amal. Baby tampil di sini tanpa dibayar,” ucap Bunda Rinda membuat Damar terdiam.

Ternyata si Bambang baik juga. Rela capek-capek main di sini tanpa dibayar. Tadinya aku pikir dia tampil di sini untuk cari uang ganti rugi kamera. Dalam batin Damar.

“Terus ayahnya Bambang kemana, Bun?”

“Ayahnya Baby tewas dalam kecelakaan mobil beberapa bulan lalu.” Bunda Yasmin mendekatkan bibirnya ke telinga Damar, lalu berbisik. “Baby itu anaknya Irawan Rahardi.”

Mata Damar membulat penuh mendengar nama yang baru saja disebut oleh Bunda Yasmin. Seakan tak percaya, laki-laki itu belum sanggup mengeluarkan sepatah kata pun. Ia tahu betul siapa pemilik nama yang baru saja disebut oleh bundanya itu.

“Jangan bercanda, Bun—”

“Siapa yang bercanda. Kamu tidak lihat foto Baby sama ayahnya di rumahnya?”

“Lihat, Bun. Tapi tidak sempat memperhatikan.” Damar mengusap wajahnya. Karena terpaku kepada potret wajah polos seorang gadis kecil berusia lima tahun, ia sampai tidak memperhatikan sosok lain yang berada dalam satu bingkai yang sama. “Tapi rumah Irawan Rahardi kan bukan di rumah yang sekarang ditempati Bambang sama ibunya, Bun. Aku kan ikut meliput di rumah duka hari itu.”

“Memang bukan. Ayahnya Baby itu menyembunyikan informasi mengenai keluarganya dari masyarakat. Kamu tahu kan, spekulasi yang beredar di tentang kepergian ayahnya Baby?”

Damar menjawab dengan anggukan. Ia tahu resiko apa yang akan dihadapi oleh seorang pejuang hak yang mungkin bisa saja menjadi korban kejahatan orang berkepentingan. Nyawa adalah taruhannya. Sebab itulah ayah Baby menutup rapat kehidupan pribadinya agar tidak tersentuh media. Damar sendiri sangat mengagumi sosok Irawan Rahardi yang disebut bundanya adalah ayah Baby.

Sekarang aku mengerti kenapa kemarin si Bambang ikutan demo. Batin Damar.

“Oh ya, Bun … Kenapa Bu Rinda tidak kemari?”

“Bu Rinda kan nonton di tv.”

“Lah itu bisa nonton di tv. Kenapa kita harus repot-repot kemari? Kan bisa nonton di rumah. Enak, tidak berdesakan seperti tadi. Bisa sambil makan lagi.”

Bunda Yasmin berdecak. Sejak tadi Damar terus mendebatnya. “Bunda sengaja kemari biar kamu bisa lihat Baby dari dekat. Kurang afdhol kalau di tv. Siapa tahu, cinta tumbuh di konser amal.”

Mendengar ucapan bundanya, Damar hanya garuk-garuk kepala. Rasanya Damar akan sangat bahagia jika saja Bunda Yasmin setuju dengan hubungannya dengan Tria. Namun, semua itu hanyalah keinginan yang tidak akan pernah terwujud. Sebab Bunda Yasmin tidak pernah menyukai Tria.

Acara terus berlanjut. Konser amal malam itu diramaikan dengan penampilan beberapa artis ibu kota. Jika Bunda Yasmin begitu antusias, berbeda hal nya dengan Damar yang terlihat biasa-biasa saja.

Seorang pemandu acara berdiri di tengah panggung menyapa ribuan penonton yang memadati studio. Penampilan penutup akan diisi oleh Baby yang akan membawakan sebuah lagu dengan biolanya. Damar termangu saat menatap Baby naik ke tengah panggung. Seorang gadis muda yang baginya sangat pecicilan dan tidak sopan, malam itu berhasil menyita perhatiannya.

Alunan merdu biola mulai terdengar menggema ke setiap sudut ruangan. Baby tampil memukau dengan membawakan sebuah lagu berjudul ‘Dance With My Father’—sebuah lagu yang ia persembahkan untuk mendiang ayahnya—yang berhasil menyihir penonton. Seketika ruangan yang tadinya riuh oleh sorakan perlahan mulai senyap. Yang terdengar hanyalah alunan biola yang dimainkan oleh Baby. Bahkan banyak di antaranya menitikkan air mata, termasuk Bunda Yasmin. Sehingga damar segera menyandarkan sang bunda di bahunya.

Damar mengusap cairan yang menggenang di ujung matanya. Menyembunyikan agar Bunda Yasmin tidak melihat.

Dasar Bambang! Bisa juga bikin orang nangis berjamaah, gerutu Damar dalam hati.

Tepuk tangan meriah menggema sesaat setelah Baby selesai dengan lagu indahnya. Damar pun tersadar dari lamunannya.

🌼🌼🌼🌼

“Mar, kita temui baby dulu, ya … Bunda mau peluk sebentar.”

Damar hanya menjawab dengan anggukan kepala. Kemudian berjalan mengekor di belakang Bunda Yasmin. Baby terlihat terkejut saat menyadari Bunda Yasmin dan Damar sedang berjalan ke arahnya.

“Bunda …” Tangan Baby terulur hendak mencium punggung tangan wanita itu. “Bunda ada di sini sejak tadi?”

“Iya, Sayang. Bunda dikasih tau ibu kamu beberapa hari lalu kalau kamu akan tampil di konser amal. Makanya bunda belain pesan tiket dari beberapa hari sebelumnya.” Bunda Yasmin menyenggol lengan Damar. “Baby tadi keren ya, Mar?”

“Apanya, Bun? Biasa aja tuh,” ucap Damar dingin. Padahal dalam hati mengakui begitu terhanyut oleh alunan biola yang dibawakan Baby.

Baby melirik Damar sekilas, kemudian menunduk. Ia tampak tidak nyaman dengan tatapan Damar yang sangat datar seperti biasanya.

Menyadari sikap Damar yang selalu ketus kepada Baby, Bunda Yasmin pun mengusap puncak kepala gadis manis itu. “Jangan dengarkan Damar, Nak! Dia itu kayak pohon pisang, punya jantung tapi tidak punya hati.”

“Bun …!” Damar melirik bundanya seolah tak terima.

“Apa?” balas Bunda Yasmin seraya memelototkan mata.

Damar membuang muka dengan malas ke arah kursi penonton. Pandangannya menangkap seorang gadis yang sangat ia kenali sedang duduk di kursi penonton bagian tengah dan terlihat cukup mesra dengan seorang pria.

“Tria?”

🌼🌼🌼🌼🌼

Gak minta vote, kasih aja vote nya buat author favorit kalian. Akoh minta jempol dan komen doank.

Makasih sudah bersedia membaca. Semoga terhibur dengan tulisan acakadul ini. 🤗🤗

Terpopuler

Comments

Gina Savitri

Gina Savitri

Nah loh damar menciduk pacar yg katanya cantik dan berpendidikan 😏
Bnr bunda nya tria cewek nggak baik 😅

2024-12-06

0

Sulis Tyawati

Sulis Tyawati

nah lho damar,,,, benerkan apa kata bunda yasmin. Tria itu....

2024-11-17

0

Nisa Fatimah

Nisa Fatimah

bagus kak novelnya /Kiss/

2024-12-05

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 85 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!