Seminggu sudah waktu berlalu. Tak juga ku temukan Dion di kampus. Dan jahatnya, perasaanku sudah seperti sedia kala. Seolah gak ada yang terjadi. Dengan riangnya aku menikmati waktuku untuk membaca novel di perpus. Ya ... hobiku emang membaca novel. Dan hobi ini sempat ku telantarkan karena tragedi seminggu kemarin.
Deg!
Samar-samar aku mendengar suara yang jelas ku hafal.
Itu milik Dion!
Benarkah?
Setelah sekian detik, ku tolehkan pandanganku ke kanan, ke kiri dan bahkan memutar, akhirnya ku menemukan sosoknya tengah berdiri di pintu masuk perpus tengah ngobrol dengan Rio sambil sesekali meneguk minuman botol yang dibawanya.
Kelegaan memenuhi ruang batinku. Tapi aku menemukan sekelumit rasa yang sedikit mencubit sakit hatiku. Saat pandang mata kami tak sengaja bertemu, dia seolah tak mengenalku dan berpindah pandang begitu saja. Tanpa seulas senyum, tatapan hangat, apalagi kata sapa yang biasanya teramat manis di telingaku, yang bahkan dulu aku membencinya.
"Di ...." batinku lirih.
Perasaan apa ini?
Aku bahagia dia sudah terlihat baik, tapi kenapa justru aku yang tak baik?
"Rosa, stop meracau!" hatiku menguatkan.
Dion akan baik tanpamu.Dan kamu juga akan baik tanpanya.
Fokus ... fokus ...
Aku berusaha untuk kembali fokus dengan novelku. Meski ku akui mataku masih ingin melihatnya. Berharap bisa menemukan lagi, dia yang manis memanjakanku. Telingaku masih ingin terus mendengar lembut suaranya. Dan aku hanya bisa memejamkan mata dan menekan kepalaku, saat aku kesulitan mengontrol diriku sendiri.
*****
"Gimana Sa, dapet nilai apa?" Tria antusias bertanya saat aku keluar ruang sidang dengan wajah kusut dan lusuh.
"A dong," jawaban yang seharusnya ku lambangkan dengan senyum seluas GBK itu, nyatanya hanya sanggup ku ukir selebar daun kelor.
"Selamat ya sayang" Tria menghambur dalam pelukanku.
Kami pun terlarut dalam kebahagiaan yang diagungkan setiap mahasiswa "LULUS".
"Kerja ... kerja ...!" teriak Tria penuh semangat.
"Gak perlu wisuda dulu?" tanyaku menggoda Tria.
"Itu jangan ditanya lah Sa, aku dah booking mas Doni buat hadir diwisuda ku." terang Tria bahagia.
"Baahh ... mentang-mentang punya cowok, pamer aja terus," sungutku kesal.
" Ya pastilah, siapa suruh pilih jadi jones abadi? Ada cowok tampan disia-siakan. Nyesel kan sekarang? Kamu tau gak sih, punya pacar itu enak. Ada yang merhatiin, ada yang bisa dijadiin sandaran saat rapuh, ada yaaaaaaaaa ...." ku bungkam mulut Tria yang sedang ngoceh itu.
"Berisik," teriakku.
Emang Tria berisik, tapi karena keberisikannyalah aku terhibur. Melupakan sejenak, hal aneh yang bergelayut dihatiku. Membuyarkan sepintas lalu "sesal" yang samar membayangiku.
*****
"Hai kebaya? Akhirnya aku memakaimu juga,"
sapaku miris pada kebaya gold yang ku pakai.
Ini hari wisudaku, hari yang sudah ingin ku jemput dari 4 tahun yang lalu. Hari bahagia yang seharusnya aku memang harus berbahagia. Tapi nyatanya aku tak bahagia sepenuhnya. Kuperhatikan, aku nampak manis mengenakan pakaianku ini.
"Kamu memang manis, lebih manis dari biasanya, kali ini manismu ada cantik-cantiknya," rayuan manja dari suara lelaki yang mungkin ku rindukan.
"Dion ... kau memang selalu bisa membuatku tersanjung," gumamku lirih.
Deg!
Ku pejamkan mataku. Perlahan ingin ku buka, tapi aku takut. Aku takut dia akan menghilang. Aku takut ini sekedar fantasiku. Dan benar, emang ini hanya halusinasiku semata. Bukan Dion yang ku temukan di pelupuk mataku, namun malah Tria berdiri mematung. Dia mengerutkan keningnya.
"Kamu kenapa?" tanya Tria dalam kebingungan.
"Ini ruangan rame kan Tri?" tanyaku, yang aku sendiri juga bingung kenapa bertanya seperti itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Ririe Handay
mulai merasa ada yang hilang
2022-05-28
0
Yessyka June
tu kannn nyesellll,
emang sih nyesel tu diakhir kl diawal mah pendaftaran donkk
2021-07-11
1
Esty Jamalee
nyesel kn sekarang??..
2021-06-07
1