Mendapati pertanyaan janggal dariku, Tria terdiam sebentar lantas tersenyum penuh arti.
" Kok aku rasanya hampa," gumamku lirih.
"Damai tapi kesepian?"
"Rindu digentayangin?"
"Kangen diperhatiin?"
"Itu namanya kamu kangen Dion."
"Dari kemarin-kemarin kemana aja neng? Baru berasa kan, kalau Dion itu bisa bahagiain harimu. Nyeselmu gak guna sekarang. Lihat tuh!"
Tria menggiring mataku menemui sosok di kursi belakang paling ujung. Nampak Dion bercanda mesra dengan seorang wanita yang ku kenali bernama "Ara". Aku hanya melihatnya sekilas dan mencoba menata hatiku yang terasa sesak.
"Kok gini ya rasanya?" aku menerka-nerka apa yang terjadi dengan batinku.
"Kamu itu cemburu Sa!" vonis Tria.
"Kamu jangan asal ngomong," sebenarnya aku sendiri sedikit mengamini perkataan Tria.
Ini sudah jelas tanda orang cemburu. Dan aku sangat memahami itu. Karena Dion selalu bertingkah seperti ini, kalau aku kedapatan bersama cowok lain. Loh kok Dion lagi? Aku menghela nafas. Aku memukul-mukul kepalaku. Berharap konslet diotakku segera enyah.
"Kenapa bisa begini? Kenapa sekarang justru aku yang gak bisa melepaskan diri darinya?"
Sesekali ku lihat dirinya. Masih asyik bercanda tawa. Sebentar kemudian ku lihat lagi, masih sama. Dan ku lihat lagi, dan masih sama juga.
Ya Tuhaaaaaaaannn ... aku bisa gila jika begini.
Kuatkan aku! Aku yang sudah membuangnya. Aku yang sudah membiarkannya memilih yang lain. Aku yang sudah memintanya bahagia. Aku yang sudah memutuskan, tapi rasanya sekarang ganti aku yang merasa baru di putus cinta.
Aku hanya bisa menunduk. Menahan air mata yang hendak jatuh, agar tertarik kembali ke pelupuk mataku. Sebisa mungkin, ku fokuskan pendengaranku pada suara keras yang memanggil satu persatu nama mahasiswa yang akan diwisuda.
"Bukan suara keras itu yang ku butuhkan saat ini. Aku hanya butuh suara lembutmu yang aku rindukan." aku menggumam.
*****
Ku pandangi wajahku di cermin wastafel yang terletak di luar toilet gedung wisudaku. Lama ku pandangi, entah apa yang ingin ku temukan. Namun yang ku dapat malah wajahnya. Iya ... itu wajahnya. Wajah Dion yang berdiri tepat disisi kananku. Aku mencoba mengingkarinya. Aku gak ingin halusinasiku tadi terulang kembali.
"Enyahlah, ku mohon!" ucapku sembari menutup mata.
"Matamu merah, kamu menangis?" hembusan nafasnya yang menyapu telingaku, meyakinkanku jika kehadirannya kali ini nyata.
Aku tak menjawab. Hanya sekarang mataku sudah ku buka. Ku tatap matanya sebentar dan ku balikkan tatapanku padanya lewat cermin di hadapanku.
"Bagaimana kabarmu? Apa kamu merindukanku?" dia membalikkan badannya dan bersandar di tembok.
"Aku baik," jawabku pendek.
"Aku senang bisa melihatmu lagi," terang Dion.
Hening ... Tak ada kata yang terucap dari mulutku ataupun darinya.
"Ara pacarku" siarnya tiba-tiba.
Deg!
Deg!
Deg!
Ku mencoba mengulas senyum. Aku yakin, dia pasti melihat dengan jelas bahwa senyumku kali ini adalah senyum yang ku paksakan.
"Selamat ya Di, aku ikut bahagia untukmu,"
Dia tak menjawab apa pun.
Dan aku siapkan langkahku untuk beranjak. Rasanya kalau aku berlama-lama disini, air mataku akan tumpah. Sebelum itu terjadi, aku harus cepat menjaga jarak darinya. Aku gak mau terlihat bodoh. Masa aku yang menyuruhnya meninggalkanku, kini malah aku juga yang menyuruh dia meninggalkan pacarnya untuk kembali padaku.
"Kamu bahagia?" tangannya menarik lembut lenganku.
"Iya ... aku bahagia," ku mencoba tegar walaupun mataku tak sanggup menatapnya saat aku menjawab tanyanya.
"Jangan menangis jika ini yang kamu mau!"
bisiknya di telingaku seraya melepaskan lenganku dan meninggalkanku tanpa sekalipun menoleh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Nnuraeni Eni
Kalau sudah tiada baru terasa .. Gini kali yaa😭
2023-11-12
0
Ririe Handay
kerasa nih
2022-05-28
0
Violet
tuh kn nyesek deh si Rosa, judul n rasakan lah yg ku rasa
2021-08-13
1