"Silakan Mbak, Mas!" ucap santun mbak-mbak yang baru saja menghidangkan pesanan kami.
"SOTO?" lafalku perlahan.
"Apa kamu mau pesan yang lain?" tawarnya.
Aku menggeleng.
"Mas, suka soto?" aku bertanya.
"Hmmmm ...," jawabnya sambil menambahkan kecap pada kuah sotonya.
Dia lantas menikmati soto dengan kuah panas tersebut. Aku pun ikut menikmati soto yang ada dihadapanku.
"Ambil lelenya nih," perintah dan tindakannya berjalan sealur.
Ia mengambilkan seekor lele goreng.
"Mas, tau gak?"
"Apa?" kali ini ia melihatku.
"Kalau makan soto begini, aku jadi inget sama papa. Dulu kemana pun kami pergi, makannya soto lagi soto lagi," ceritaku.
"Benarkah?" yakinnya.
"Ehmmn ... makanya tadi pas makanan datang aku bilang soto?"
"Berarti aku pantas menggantikan tugas papa kamu dong?" tukas Mas Rud.
Aku mencari tau apa maksud ucapannya.
"Maksud mas?"
"Selera kami soal soto kan sama, jadi sepertinya aku juga bisa memahami bagaimana papamu menjaga dan menyayangimu," selorohnya disertai senyum nakal.
"Gak nyambung,"
"Loh ini bener," dia semakin menambah kadar senyum nakalnya.
"Mas Rud sama kayak mas Rendra," aku membandingkan.
"Apa?" dia penasaran.
"Sama-sama suka gombal. Tapi maaf aku dah kebal." jelasku dengan senyum percaya diri.
"Aku bahkan lebih gombal dari dia."
"Ohya ...? Aku berarti harus waspada."
"Kenapa?"
"Banyak berkeliaran tukang gombal disekitarku."
Aku gak nyangka,bisa langsung akrab sama dia. Apa soto ini yang bikin kami akrab?
Ahh .... entahlah!
Aku merasa lucu memikirkannya, dan terpikir ide gila. Coba aja jadi judul FTV
"Cinta gara-gara semangkuk soto dan seekor lele goreng yang menggoreng-goreng hati dan menggangguk-anggukkan cinta".
"Apa an sih?" tanyaku pada hatiku sendiri yang sudah menghayal gak normal.
"Hei ... malah senyum-senyum," mas Rud menyenggol lenganku.
Aku sedikit gelagapan. Gak bisa menjawab dan malah tersenyum seperti habis ketangkep basah bertingkah konyol.
"Udah terpesona sama aku?" PDnya.
"Ngarep banget kayaknya," ku tersenyum lebar sambil menatap matanya.
"Mencintai itu gak dosa," kilahnya.
"Dan apakah kau mencintaiku?" batinku.
Aahh konyol ... Bagaimana bisa aku berpikir seperti itu?
Rosa ... Rosa ... Rosa ... sadarlah!
"Mau nambah?" tanyanya setelah melihatku tak menyisakan sebutir nasi pun di piring.
"Mau ... nambah cintamu!" candaku.
"Wah bisa gombal juga, tapi maaf aku dah kebal," tegasnya.
"Hei ... itu tadi kata-kataku, kenapa kau curi?"
"Buat apa aku nyuri kata-katamu, mending aku nyuri hatimu," ucapnya sambil mengulas senyum dan mengangkat kedua alisnya.
"Pulang aja yuk! Kita dah mulai ngaco."
Dia pun hanya tersenyum dan segera beranjak dari duduknya. Aku pun lantas mengikutinya.
Obrolan receh bersamanya tadi, entah kenapa membuatku berbunga-bunga. Aku kayak ABG yang baru terjerat cinta monyet. Senyum-senyum sendiri gak jelas.
Tapi rasanya, aku juga menemukan senyum di bibirnya yang tak kunjung padam.
*****
Waktu sudah beranjak menyentuh angka 9 malam. Tapi jalanan masih sangat ramai. Jarak yang seharusnya bisa ditempuh 25 menit, sepertinya akan menjadi 2x lipatnya. Dia fokus dengan jalanan di depannya, sementara aku berkutat dengan HP di tanganku.
"Hai Yo, ada apa?" suaraku terdengar lirih.
" Benarkah? Kapan?"
"Aku pasti dateng, udah kangen banget,"
"OK! Di tempat biasa ya? Aku dah kangen makan sotonya cak blangkon."
"Da ...."
Setelah menutup telepon, aku langsung memasang earphone ku. Tria mengirimiku rekaman suara lewat WA. Aku canggung, jika harus memutar dihadapannya. Karena biasanya kami seru-seruan lewat aplikasi ini, gak mungkin kan aku mempermalukan diriku sendiri dengan tingkah konyol kami.
"Di mobilku dilarang main HP lebih dari 10 menit!" ucapnya sambil melepaskan earphone dari telingaku sebelah kanan.
"Apa an sih?" gerutuku.
"Ada makhluk hidup disini, ngapain asyik-asyikan sama makhluk gak hidup?" dia balik menggerutu.
Dia makhluk apa sih? Sebentar bikin hati melayang, sebentar kemudian bikin darah mendidih.
"Sssstttt ... ini penting!" tegasku.
"Apa ada yang lebih penting dariku?" dia mengulaskan senyum ambigu.
Iya kan? Dia dah membuatku tersipu lagi.Oh Tuhaaaann ....
"Banyak."
"Pacar kamu banyak ya, Sa? Kemarin Dion sekarang Yo ...?" godanya.
"Kepo,"
"Aku emang sengaja kepo," celetuknya.
Aku udah bodo amatlah. Berdebat sama dia gak akan ada ujungnya. Ku pasang lagi earphone ku. Kali ini dia gak melepasnya, malah membelai lembut rambutku.
Sebenarnya aku gak kepikiran dia akan melakukan itu, tapi sejujurnya aku menikmatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Ririe Handay
ikuti alurnya aja
2022-05-28
0
💞Adinda Tya💞
eheemmmmm
2021-01-03
1
🍁 Fidh 🍁☘☘☘☘☘
ahhh ... hubungan yang bkin senyam senyum ndri .... 🤩🤩🤩🤩
2020-11-17
1